Ceramah Master Cheng Yen: Menghimpun Kekuatan untuk Menolong Semua Makhluk
Setiap orang harus menghargai kehidupan yang aman dan tenteram serta masyarakat yang harmonis. Kita sungguh harus menghargai semua itu. Kini sudah ada jutaan orang di Sudan Selatan yang sangat menderita karena kehilangan tempat tinggal. Di Suriah, kita juga bisa melihat serangan bom, tembakan, dan lain-lain. Warga hidup dalam ketakutan dan penderitaan. Melihat kondisi mereka, saya sungguh merasa tidak tega.
Di Amerika Selatan, terdapat sebuah hutan yang terkenal sebagai paru-paru dunia yang luasnya melebihi 700 juta hektare. Kebakaran telah terjadi selama 8 hingga 9 hari dan belum bisa dipadamkan. Melihat hutan yang begitu indah terbakar oleh api, saya sungguh merasa tidak tega. Sesungguhnya, mengapa Bumi kita terus terluka akibat aktivitas manusia dan bencana alam? Ini semua karena karma kolektif semua makhluk.
Kita juga melihat Topan Meranti yang menerjang Fujian kali ini telah mendatangkan bencana besar. Melihat berbagai wilayah terkena bencana akibat terpaan angin dan hujan, saya sungguh merasa tidak tega. Di Fujian, terdapat sebuah desa yang mayoritas warganya mencari nafkah dengan menanam sayuran. Akibat terjangan Topan Meranti, aliran listrik dan air di desa itu juga terputus. Karena itu, pemerintah setempat meminta bantuan kepada Tzu Chi.
Insan Tzu Chi di Zhangzhou segera menyiapkan makanan hangat dan menyetir selama sejam lebih untuk mengantarkan makanan hangat yang dibutuhkan oleh banyak orang. Inilah manfaat bagi wilayah yang memiliki insan Tzu Chi. Insan Tzu Chi bisa dengan cepat menghimpun kekuatan untuk mengumpulkan barang bantuan sehingga dapat memberikan bantuan.
Sungguh, saya sangat tersentuh dan bersyukur melihatnya. Saat terjadi bencana di dunia ini, dibutuhkan uluran tangan sesama manusia yang penuh kehangatan. Inilah yang terjadi di Fujian. Pingtung juga terkena terjangan Topan Meranti sehingga aliran air dan listriknya terputus. Di Xiaoliuqiu, ada 6.060 unit rumah yang aliran listriknya terputus. Selain itu, rumah warga juga mengalami kerusakan berat dan ringan. Kondisi bencana di sana termasuk parah. Para insan Tzu Chi juga mulai bergotong royong untuk memberikan bantuan.
Kita juga melihat seorang prajurit yang pulang ke kampung halamannya untuk bersumbangsih bagi korban bencana. “Pascatopan, saya langsung memberi tahu komandan saya bahwa saya bersedia turut membantu di sini untuk menunaikan kewajiban saya sebagai warga Xiaoliuqiu,” kata Li Zong-fu, Sersan Mayor Angkatan Darat.
Saat pulang ke kampung halaman, dia tidak langsung pulang ke rumahnya. Namun, dia terlebih dahulu mengerahkan tenaga untuk bergotong royong dengan semua orang membersihkan lingkungan sekolah dan memberikan bantuan bencana. Jadi, inilah cinta kasih tanpa pamrih. Untuk membersihkan lokasi bencana dengan cepat, dibutuhkan gotong royong banyak orang. Inilah kekuatan gotong royong dan cinta kasih tanpa pamrih. Melihat pemandangan seperti ini, sungguh membuat orang tersentuh. Insan Tzu Chi selalu bersumbangsih dengan kekuatan cinta kasih.
Hal yang menyentuh sungguh banyak. Kita juga bisa melihat kekeringan di Afrika yang membuat warga tidak bisa bercocok tanam. Kini yang mereka konsumsi adalah buah kaktus.
“Kami memetik buah kaktus, lalu membuang duri-durinya. Namun, ini bisa menyebabkan diare. Gejala penyakit setiap orang sama. Sebelumnya, kami menanam jagung, kacang-kacangan, dan singkong. Saat turun hujan, kami baru bisa merasa gembira,” kata seorang petani setempat.
Jika tidak mengonsumsi apa pun, mereka tidak bisa bertahan hidup. Namun, mengonsumsi buah kaktus dapat menimbulkan gangguan pencernaan. Mereka sungguh menderita. Inilah penderitaan manusia akibat ketidakselarasan empat unsur alam. Saya sering berkata bahwa kita harus bisa menempatkan diri di posisi orang lain. Dibandingkan dengan mereka, betapa beruntungnya kita bisa hidup seperti sekarang.
Karena itu, kita harus menghargai berkah. Orang yang dipenuhi berkah jangan hanya bisa menikmati berkah, tetapi juga harus menghargai berkah. Banyak warga di Afrika yang sulit untuk meminum seteguk air. Meski air itu bukanlah air yang bersih, tetapi mereka terpaksa meminumnya. Lihatlah betapa menderitanya kehidupan mereka. Sementara orang kurang mampu kelaparan, orang berada memboroskan sumber daya dan menciptakan sampah dapur. Bayangkanlah betapa banyaknya air dan makanan yang telah disia-siakan. Cobalah berpikir di posisi orang yang menderita.
Lihatlah, begitu banyak bencana yang terjadi di seluruh dunia. Di Afrika Selatan, orang-orang sangat menghargai air. Saya sangat bersyukur beras dari Taiwan bisa dikirimkan ke sana setiap tahun. Namun, apakah kita bisa membagikan beras kepada semua warga yang membutuhkan? Tentu saja tidak. Wilayah Afrika Selatan begitu luas dan banyak wilayah yang kekeringan yang sulit dijangkau. Relawan kita telah berusaha keras untuk menjangkau setiap tempat yang bisa dijangkau.
Kita juga melihat warga Afrika Selatan mengungkapkan rasa syukur terhadap Tzu Chi. Mereka juga mengimbau orang-orang untuk membangkitkan rasa syukur dan cinta kasih. Dalam pembagian beras bantuan di sebuah sekolah, saat kepala sekolah dan insan Tzu Chi menjelaskan bagaimana himpunan dana kecil bisa menolong banyak orang, kita bisa melihat anak-anak kecil maju untuk memasukkan uang ke dalam celengan. Jadi, dengan dana kecil, kita juga bisa menolong sesama. Kita harus mengembangkan cinta kasih kita.
Terjangan topan mendatangkan kerusakan
Bergotong royong dengan cinta kasih tanpa pamrih
Menolong pengungsi dan orang kurang mampu
Menghimpun kekuatan untuk menolong semua makhluk
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 20 September 2016
Sumber: Lentera Kehidupan- DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 22 September 2016