Ceramah Master Cheng Yen: Menghimpun Niat Baik untuk Membawa Manfaat

Waktu berlalu dengan sangat cepat. Kini kita kembali mengadakan acara Pemberkahan Akhir Tahun. Kali ini, relawan dari 10 negara berkumpul di Hualien untuk menjalani pelantikan. Kisah-kisah yang mereka bagikan sangat menyentuh. Dengan kesatuan hati dan tekad, mereka bersumbangsih di negara masing-masing dalam jangka panjang.

Mereka mengadakan berbagai kegiatan untuk menyucikan hati manusia dan menggalakkan semangat budaya humanis. Saat terjadi bencana dan ada yang menderita, kita bisa melihat para relawan senior dan relawan baru yang mengenakan seragam abu-abu putih terjun ke jalan dengan tertib untuk bersumbangsih. Di setiap negara, para relawan harus mengikuti pelatihan selama dua hingga tiga tahun, baru bisa menjalani pelantikan.

Kemarin, Relawan Lim dari Malaysia berkata, “Tidak sulit bagi saya untuk memperoleh gelar doktor. Namun, tidak mudah untuk memperoleh kartu relawan Tzu Chi.”

Beliau adalah seorang pengusaha besar. Namun, sama seperti relawan lain, beliau juga harus berkunjung ke toko-toko untuk memperkenalkan Tzu Chi dengan membawa buku donasi. Setelah mengunjungi banyak toko, beliau baru menggalang donasi 36 ringgit Malaysia. Beliau berkata bahwa ini membuatnya menyadari bahwa tidak mudah menjadi komite Tzu Chi. Beliau berkata bahwa Tzu Chi telah membangkitkan niat baik dan kekuatan cinta kasih orang-orang di seluruh dunia.

doc tzu chi

Semua orang menghimpun cinta kasih bersama. Ini adalah hal yang sangat bermakna. Beliau berkata bahwa beliau mengembangkan bisnisnya ke berbagai negara demi menghasilkan uang, sedangkan Tzu Chi demi membawa manfaat bagi semua makhluk. Ini membutuhkan himpunan kekuatan cinta kasih banyak orang. Jika bukan di Tzu Chi, di mana lagi kita bisa menghimpun begitu banyak cinta kasih dan kekuatan?

Beliau juga bisa melepas status sosialnya. Ini sungguh tidak mudah. Kemarin, kita juga melihat relawan dari Afrika yang sangat menggemaskan. Seorang relawan dari Mozambik berbagi kisah dengan air mata dan tawa.

“Saya adalah seorang anak yatim piatu. Setelah menikah, suami saya selalu memukul saya setelah minum arak. Bertahun-tahun berlalu hingga dia meninggal dunia beberapa tahun yang lalu. Meski dia sudah tiada, tetapi saya masih trauma. Saya juga sering menangis dan khawatir bagaimana menghidupi keluarga saya. Saya pernah berpikir untuk bunuh diri, tetapi jika saya mati, bagaimana dengan anak-anak saya? Mereka mungkin harus mencuri atau merampok. Demi mereka, saya harus tetap hidup,” kata Roda, relawan Tzu Chi.

“Suatu hari, insan Tzu Chi mengunjungi saya karena tahu saya selalu murung dan menangis. Mereka berkata, “Bergabunglah dengan kami. Ada sekelompok anggota keluarga yang bahagia bisa mendampingimu. Kamu tidak perlu menangis lagi.” Saya sangat bersyukur atas ajaran Master yang memberi saya kehidupan baru. Saya tidak memiliki apa pun, tetapi saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyebarluaskan Tzu Chi di Mozambik. Sebelumnya, batin saya sangat kering. Setelah mendengar ceramah Master, saya seakan-akan meminum air yang sejuk. Batin saya menjadi jernih dan sejuk serta tidak kering lagi,” lanjutnya.

doc tzu chi

Kehidupannya penuh kesulitan, tetapi setelah bergabung dengan Tzu Chi, kehidupannya pun berubah. Dalam sebuah video, ada sekelompok relawan Lesotho yang semula mengenakan pakaian tradisional. Setelah berputar 360 derajat, mereka menjadi mengenakan seragam biru putih. Artinya, mereka telah mengubah kehidupan mereka. Batin mereka sangat cemerlang. Mereka tidak memiliki banyak materi, tetapi mereka rela menyisihkan sebagian untuk menolong orang yang membutuhkan.

Himpunan kekuatan banyak orang dapat membentuk kekuatan besar. Mereka bisa bersumbangsih meski hidup kekurangan. Mereka telah menjadi orang miskin yang kaya batinnya dan bisa menolong sesama. Ini sungguh sangat menyentuh. Bahkan mereka yang hidup kekurangan juga bisa menolong sesama. Dari kegelapan, mereka berjalan menuju kecemerlangan.

Ada pula relawan dari Indonesia yang kembali untuk menjalani pelantikan. Kita juga melihat seorang relawan dari Kali Angke. Pada tahun 2002, Indonesia dilanda banjir besar. Insan Tzu Chi menjangkau kawasan kumuh yang telah satu hingga dua bulan terendam banjir dan dipenuhi sampah. Saya lalu meminta insan Tzu Chi Indonesia, termasuk Bapak Eka Tjipta Widjaja, datang ke sini.

Mereka pun datang ke Taiwan untuk mendiskusikan bagaimana menolong kawasan kumuh tersebut. Beliau yang menghubungi pemerintah, pihak militer, dan sebagainya. Lalu, normalisasi Kali Angke pun dimulai. Kita juga mendirikan Perumahan Cinta Kasih bagi warga yang tinggal di bantaran Kali Angke. Anak-anak yang dahulu bertelanjang kaki dan bermain di tepi kali, kini telah lulus dari perguruan tinggi. Salah satu dari mereka bekerja di DAAI TV Indonesia. Dia berikrar di atas panggung.

doc tzu chi

“Saya adalah anak dari Kali Angke. Saya sudah tumbuh dewasa. Saya juga anggota Tzu Ching. Saya dulu Ketua Tzu Ching di Indonesia. Saya sekarang bekerja untuk DAAI TV Indonesia. Saya berterima kasih kepada Tzu Chi Indonesia yang membantu saya menjadi seorang anak yang dapat diandalkan oleh orang tua saya. Saya bersyukur kepada orang tua saya karena mendukung saya dalam melakukan karya di Tzu Chi. Bagi saya, Master Cheng Yen seperti seorang ibu yang menemani saya dan membimbing saya, sambil membantu saya menumbuhkan kebijaksanaan. Saya akan menapaki jalan Tzu Chi dari kehidupan ke kehidupan serta melindungi dan mewariskan Dharma,” ujar Hasan Basri, relawan Tzu Chi.

Sungguh, inilah yang paling menggembirakan. Sudah belasan tahun berlalu sejak tahun 2002. Kehidupannya telah berubah. Dia bisa bersekolah hingga lulus dari perguruan tinggi. Dia memperoleh banyak pencapaian. Kini, dia membangun tekad dan ikrar seperti ini. Saat masih seorang mahasiswa, dia adalah anggota Tzu Ching. Kini, dia adalah staf DAAI TV Indonesia. Ini membuat kita dipenuhi harapan.

Akumulasi waktu dapat mendukung segala pencapaian. Himpunan kekuatan banyak orang dapat membentuk kekuatan besar. Jadi, seperti yang Relawan Lim katakan, menjalankan bisnis adalah demi keuntungan, sedangkan menjalankan misi Tzu Chi adalah demi membawa manfaat bagi semua makhluk. Sungguh, dengan menghimpun sedikit demi sedikit cinta kasih dari banyak orang, kita bisa melakukan banyak kebaikan di dunia ini.

Melatih diri dengan rendah hati dan menaati aturan dengan tulus
Menghimpun kekuatan banyak orang untuk bersumbangsih bersama
Orang miskin yang kaya batinnya memiliki hati yang murni dan jernih
Mengubah kehidupan dan memikul tanggung jawab besar

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 17 November 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 19 November 2017
Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -