Ceramah Master Cheng Yen: Menghimpun Tetes-tetes Donasi demi Menolong Semua Makhluk
“Master Cheng Yen memulai pelatihan dirinya dengan tinggal sendirian di sebuah pondok kayu. Ini adalah bagian dari sejarah Tzu Chi. Kami juga membangun replika Griya Jing Si di sini. Kami sangat merindukan Master dan Hualien. Setidaknya, dengan adanya bangunan ini, para relawan bisa datang ke sini untuk melihat-lihat. Mereka akan merasa bagai berada di Hualien,” tutur Henry Yunez, Ketua Tzu Chi Filipina.
Kita melihat replika Griya Jing Si di Filipina yang memiliki ukuran dan bentuk yang persis dengan yang ada di Hualien. Mereka sangat bersungguh hati. Di depan replika Griya Jing Si itu juga terdapat logo Tzu Chi yang hijau. Di kompleks ini, ketua Tzu Chi Filipina, Henry Yunez, mengajak para insan Tzu Chi untuk merampungkan pembangunan tersebut. Kompleks itu penuh kehangatan.
Kompleks itu akan menjadi ladang pelatihan para insan Tzu Chi Filipina. Karena itu, mereka sangat bersungguh hati dalam pembangunannya. Mereka juga mencuci kerikil dan melakukan segalanya dengan teliti. Saya sungguh sangat bersyukur. Tzu Chi senantiasa ada dalam pikiran mereka.
Mereka ingin mendirikan replika Griya Jing Si yang persis dengan yang berada di sini, termasuk barang-barang di dalamnya. Altar dan meja di sana juga persis dengan yang ada di Griya Jing Si yang dahulu diukir di Sanyi. Sungguh, saya sangat tersentuh. Saya sangat kagum dan tersentuh.
Pembangunan di Kompleks Tzu Chi Filipina akan segera rampung. Saat ini, kita bisa melihat bahwa pembangunan di sana hampir rampung. Sesungguhnya, dalam proses pembangunan, terdapat banyak kisah yang penuh kehangatan. Intinya, mereka sepenuh hati dalam hal ini.
Pandemi COVID-19 juga membawa dampak serius bagi Filipina. Sektor industri dan usaha yang terhenti membuat banyak orang kehilangan pekerjaan. Pembangunan Kompleks Tzu Chi Filipina telah membawa manfaat bagi keluarga-keluarga yang sangat membutuhkan.
“Saya bisa melunasi utang saya dengan cepat karena saya tidak perlu menggunakan upah saya untuk keseharian saya. Berhubung di sini disediakan akomodasi dan makanan, saya bisa mengirimkan semua upah saya kepada keluarga saya untuk melunasi utang,” kata Kending, pekerja konstruksi.
“Di tengah pandemi, banyak perusahaan yang mengalami kesulitan. Karena itu, para pekerja konstruksi di sini sangat bersyukur bisa mendapat pekerjaan. Tzu Chi juga sangat gembira bisa menolong mereka,” terang Ana, seorang mandor.
Selain itu, saya juga bersyukur kepada para dokter TIMA yang kembali ke Hualien kemarin, seperti dr. Chi, dr. Chen, dan dr. Chang. Saya bertanya pada mereka, “Apa yang kalian lakukan selama pandemi? Di wilayah pegunungan di Nanzhuang terdapat banyak lansia dan orang berketerbatasan yang bergantung pada kalian. Apakah kalian tetap pergi ke sana?” Mereka berkata, “Kami pergi seperti biasa dan tidak beristirahat.” Berhubung selalu mencurahkan perhatian ke pegunungan, mereka tetap melakukannya.
Di wilayah pegunungan terdapat banyak keluarga yang hidup menderita. Kemarin, saya berkata pada mereka, “Kisah yang saya dengar sangat mengharukan dan penuh kehangatan. Sumbangsih kalian sungguh mengharukan dan penuh kehangatan.” Namun, di balik rasa haru dan kehangatan ini terdapat kepiluan. Tanpa orang-orang yang mengalami penderitaan dalam jangka panjang, tidak akan ada kisah yang penuh kehangatan.
Sudah berapa lama mereka mengalami kepedihan dan penderitaan? Sudah berapa lama tubuh mereka memborok dan menderita penyakit? Para dokter kita menjangkau wilayah terpencil tanpa takut aroma tidak sedap dan kotor meski kaki pasien memborok. Mereka bisa menjangkau pasien serta menyentuh, membersihkan, dan mengobati luka pasien.
Ada sekelompok dokter yang bersungguh hati menghibur dan mengobati pasien. Dokter kita menghibur mereka dengan penuh kehangatan. Namun, mereka telah mengalami penderitaan dalam jangka panjang. Jadi, di balik kehangatan terdapat kepiluan. Beruntung, ada sekelompok Bodhisatwa Tzu Chi yang menjangkau mereka untuk menghibur dan mengobati mereka dengan kekuatan cinta kasih.
Dalam pertemuan itu, saya berkata pada mereka,“Berilah mereka kesempatan untuk menanam benih kebajikan. Baik orang yang memberikan bantuan maupun orang yang menerima bantuan, semua orang hendaknya memupuk berkah dan menanam lebih banyak benih kebajikan.” Jadi, mereka juga berbagi tentang semangat celengan bambu. Sebagai orang yang bersumbangsih dengan penuh cinta kasih, dokter kita juga menyisihkan uang ke dalam celengan bambu.
Di Filipina, insan Tzu Chi menginspirasi para penerima bantuan untuk menyisihkan sedikit uang ke dalam celengan bambu dan menanam sebutir benih kebajikan. Dengan menyisihkan satu koin, mereka bisa menanam sebutir benih kebajikan bagi diri sendiri. Saya berkata bahwa sebutir benih bisa bertumbuh menjadi tak terhingga. Sebutir benih padi bisa bertumbuh dan menghasilkan seuntai padi. Demikianlah satu bertumbuh menjadi tak terhingga.
Inilah ajaran Buddha. Setelah melenyapkan penderitaan orang-orang, kita harus berbagi Dharma dengan mereka. Setelah melenyapkan penderitaan orang-orang, kita harus berbagi Dharma dengan mereka. Kita juga harus membimbing mereka untuk berbuat baik. Dengan sebutir benih padi saja, mereka bisa menggarap ladang berkah. Dengan kekuatan cinta kasih, kita menolong dan membimbing mereka agar mereka merasa tenang.
Relawan kita selalu berkata pada mereka, “Barang bantuan yang kalian terima merupakan akumulasi dari tetes-tetes donasi banyak orang. Jadi, setelah menerima barang bantuan ini, kalian juga bisa berdonasi untuk menolong orang lain.” Dengan kebijaksanaan, relawan kita membimbing penerima bantuan untuk menanam benih kebajikan dan membebaskan mereka dari rasa minder. Orang kurang mampu juga bisa menolong sesama. Dengan donasi kecil, kita juga bisa menolong sesama.
Singkat kata, tetesan air dapat membentuk sungai dan butiran padi dapat memenuhi lumbung. Tzu Chi bisa memberikan bantuan di 116 negara dan wilayah di seluruh dunia berkat himpunan tetes demi tetes donasi banyak orang. Komite dan Tzu Cheng sekalian, setiap orang harus tahu apa yang Tzu Chi lakukan, berapa banyak yang telah Tzu Chi lakukan, dan berapa banyak orang yang mendapat manfaat. Berkat banyaknya orang yang menabur benih kebajikan, kita bisa menolong banyak orang. Berkat kekuatan yang terhimpun, banyak orang yang dapat memperoleh manfaat.
Demikianlah Tzu Chi menghimpun kekuatan banyak orang untuk bersumbangsih. Anggota komite, Tzu Cheng, dan masyarakat harus memahami apa yang Tzu Chi lakukan. Kalian harus lebih banyak berbagi dengan donatur kalian tentang apa yang Tzu Chi lakukan.
Melihat-lihat replika Griya Jing Si untuk melepas rindu terhadap guru
Tetap memberikan bantuan seperti biasa pada masa merebaknya wabah
Berdana, memupuk berkah, dan menciptakan karma baik
Menghimpun tetes-tetes donasi demi
menolong semua makhluk
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 5 Agustus 2020