Ceramah Master Cheng Yen: Menghimpun Tetesan Cinta Kasih dengan Semangat Bodhisatwa


“Kakak Yu-zhen mengajak saya untuk memikul tanggung jawab mengurus program sosialisasi celengan bambu ke toko-toko, baik yang ada di jalan besar maupun di gang-gang. Saya sangat bersyukur dan mengiakan ajakannya. Saat bekerja, kita belajar dan akhirnya bisa memperoleh kesadaran. Ketika masuk ke dalam toko, kami akan berkata pada mereka, ‘Kami adalah relawan dari Yayasan Tzu Chi. Hari ini, kami ingin meletakkan sebuah celengan bambu di toko kalian, bagaimana? Ini adalah celengan bambu untuk membangkitkan cinta kasih orang-orang’,”
kata Liu Xiu-hua relawan Tzu Chi.

“Lalu, saya juga akan berkata, ‘Kini, kami juga sedang menjalankan proyek peningkatan keamanan rumah. Kita dapat saling membantu antartetangga. Jika ada kasus tertentu, seperti lansia yang tinggal sendirian ataupun keluarga yang tak mampu membayar biaya pendidikan, kalian bisa melaporkannya pada Tzu Chi lewat nomor 0800-787-080,” kata Liu Xiu-hua.

“Ketika saya mengikuti pementasan adaptasi Sutra tahun lalu, terdapat suatu dialog yang berbunyi, ‘Uang 50 sen juga dapat menolong orang. Kalau begitu, saya juga ingin berpartisipasi.’ Dialog itulah yang menyentuh hati saya. Dari sana, saya merasa bahwa kita perlu merekrut lebih banyak orang untuk turut menolong sesama,” kata Lai Mei-ru relawan Tzu Chi.

“Setiap Rabu sore, kami bagaikan sekumpulan kunang-kunang. Kami pergi bertemu orang-orang di pasar untuk menjalin jodoh baik, menjalin interaksi yang menyenangkan, dan memperkenalkan Tzu Chi. Kami menceritakan kisah 50 sen kepada mereka dan mendorong mereka untuk berdonasi lewat celengan bambu. Konsep ‘dana kecil amal besar’ mendapatkan pengakuan di pasar-pasar. Kegiatan ini juga dapat menggerakan kita semua untuk lebih bersemangat. Semuanya tampak sangat sukacita,” lanjut Lai Mei-ru.

“Ada orang yang bertanya kepada saya, ‘Kakak, apakah menggalang cinta kasih di pasar adalah sesuatu yang sulit?’ Master, jawabannya ialah tidak sulit sama sekali, karena ajaran Master sudah tertanamdi hati kami. Tidak ada yang sulit jika kita memiliki kesungguhan hati. Jadi, kami akan terus bekerja keras untuk menjadi sosok-sosok pembabar dan penyebar Dharma yang merekrut lebih banyak Bodhisatwa dunia,” pungkas Lai Mei-ru.

Celengan bambu disosialisasikan di toko-toko. Saya sangat bersyukur. Masyarakat saat ini berorientasi pada perdagangan sehingga ada banyak toko. Kita sangat penuh berkah. Saya bersyukur akan hal itu. Kekuatan cinta kasih dihimpun dari tetes-tetes kekuatan kecil. Hal yang paling saya sukai dari program donasi ini ialah orang-orang bisa rutin berdonasi setiap hari dalam jumlah yang mereka inginkan.

Ketika mendengar bunyi koin yang jatuh ke celengan, kalian mendoakan diri kalian sendiri dan senantiasa mengingatkan diri sendiri bahwa kekuatan cinta kasih dapat menciptakan berkah bagi dunia. Jumlah uangnya tidak harus banyak, niat baik kalianlah yang saya harapkan.


Kakak You-mei berusia 83 tahun. Tubuhnya sudah bungkuk dan tangannya sudah berubah bentuk akibat reumatisme. Tangan kanannya sudah tidak bertenaga, sehingga dia mengandalkan tangan kirinya untuk melakukan segala sesuatu. Namun, dia bekerja keras saat membantu bazar amal. Lewat bazar amal, dia menyebarkan Dharma dan membawa manfaat bagi sesama,” kata Huang Shu-min relawan Tzu Chi.

Kamu telah melakukan banyak hal. (Tidak.) Tindakanmu sangat bernilai. (Terima kasih.)

Saya sangat berterima kash pada orang-orang yang mengadakan bazar amal. Bazar amal adalah salah satu cara menyebarkan Dharma. Ajaran Buddha harus menjangkau orang-orang dan untuk itu diperlukan sosok-sosok yang menyebarkannya. Donasi bagaikan tetes demi tetes air yang menyatu di lautan. Saat terjadi bencana di suatu tempat di dunia, insan Tzu Chi akan pergi ke sana untuk bersumbangsih. Uang donasi bagaikan tetes-tetes air yang masuk ke dalam tong besar. Dari tong besar ini, segelas demi segelas air dapat diambil untuk melegakan tenggorokan dan menghilangkan dahaga.

“Nona Xiao menjual makanan rebus dan terdapat celengan bambu di tokonya. Tak sampai 2 hari, celengan bambunya sudah penuh. Dia bahkan membuat poster sendiri. Dia sangat bahagia bisa menjadi donatur Tzu Chi,” kata salah seorang relawan Tzu Chi.

“Saya kebetulan bertemu dengan para relawan di pasar. Mereka tampak sangat bersungguh hati dalam menggalang bantuan untuk korban bencana di Hualien. Berhubung teman saya kebetulan berasal dari Ji'an, Hualien, saya berinisiatif untuk bertanya padanya apakah saya bisa memiliki 1 celengan bambu untuk diri saya sendiri agar saya bisa membantu kampung teman saya dan memberikan sedikit sumbangsih,” kata Xiao Jia-hui Pemilik toko bercelengan bambu.

“Saya sendiri merupakan korban gempa 21 September 1999. Setelah mendapatkan celengan bambu, saya membuat selembar poster dengan sangat gembira, lalu menempelkannya di bagian depan celengan. Ketika sangat sibuk, saya mungkin tidak memiliki waktu untuk memperkenalkan celengan bambu pada pelanggan saya. Meskipun begitu, mereka tetap berinisiatif untuk memasukkan uang kecil ke dalam celengan bambu. Setelah bekerja, saya juga akan memasukkan koin,” lanjut Xiao Jia-hui.

“Berkat adanya celengan bambu ini, teman-teman saya juga bisa turut membantu sedikit dalam upaya pemulihan bencana di Hualien,” pungkas Xiao Jia-hui.


Bencana gempa ini telah menggerakan dan membangkitkan cinta kasih. Karena bencana gempa terakhir telah berlalu cukup lama, orang-orang mungkin telah melupakannya. Orang-orang mungkin sudah cukup puas dengan apa yang mereka lakukan pada masa lalu. Sebenarnya, ini bisa diibaratkan seperti makan. Setiap harinya, kita makan hingga kenyang. Namun, kita pasti akan tetap merasa lapar lagi sehingga harus makan kembali. Pada dasarnya, prinsipnya sama saja.

Kita hendaknya tidak hanya menikmati berkah, tetapi juga menciptakan berkah. Jika kita tidak menciptakan berkah, tidak ada berkah yang dapat kita nikmati. Sekecil apa pun sumbangsih kita, kita sendirilah yang akan menerima buahnya. Kita sendiri yang akan menerima buah dari apa yang kita tanam selama kita menanamnya dengan penuh cinta kasih. Selain itu, kita juga memerlukan keyakinan. Jadi, kita memerlukan keyakinan, ikrar, dan praktik.

Kita harus yakin pada Tzu Chi. Tzu Chi dimulai dari 50 sen di pasar hingga menjadi seperti sekarang dan tersebar ke seluruh dunia. Di berbagai negara, di mana terjadi bencana, insan Tzu Chi akan hadir. Ini adalah pahala tak terhingga dari ketidakmelekatan. Ini pun perlu dipertahankan dalam jangka waktu yang panjang. Kita hendaknya menyebarkan cinta kasih kita. Saya berharap semua orang bisa bersama-sama menyatukan kekuatan cinta kasih mereka.

Anggota komite Tzu Chi kita sudah sangat senior. Saat melihat rambut mereka sudah memutih semua, saya merasa sangat dekat dengan mereka, tetapi juga tidak sampai hati. Namun, melihat rambut mereka memutih seperti itu, itu menandakan bahwa jiwa kebijaksanaan mereka sudah sangat maju.

Saya paling suka mendengar relawan berbagi tentang aktivitas Tzu Chi yang telah mereka lakukan dan nilai kehidupan yang sudah mereka inventarisasi. Hingga kini, sudah berapa tahun kalian menjalankan aktivitas Tzu Chi? Kita hendaknya menginventarisasi hal itu lagi. Ini seperti sedang membabarkan Dharma. Bukan ucapan saya saja yang disebut pembabaran Dharma. Dharma ini telah kalian praktikkan. Kalian telah mempraktikkannya secara nyata.


Setiap langkah yang diambil meninggalkan jejak yang nyata. Saya hanya berbicara. Saya tidak mampu pergi dari toko ke toko untuk menghimpun donasi. Jadi, saya mengandalkan kekuatan kalian. Kalian bisa menggalang donasi dari orang-orang yang kalian kenal ataupun teman kalian sendiri.

Selain itu, kalian juga bisa mengadakan bazar amal dan menggalang donasi di jalan. Saya sudah tidak mampu melakukan itu semua. Sekalipun saya mampu untuk berpartisipasi, saya hanya satu orang. Jadi, saya membutuhkan banyak orang untuk menyebarkan apa yang telah saya katakan dan melakukan apa yang ingin saya lakukan.

Dalam bekerja bagi ajaran Buddha dan seluruh makhluk, orang dari agama mana pun bisa berpartisipasi. Semua orang hanya perlu menunjukkan semangat Buddha dan Bodhisatwa. Jadi, saya sangat berterima kasih pada setiap insan Tzu Chi.

Pada kedatangan saya ke Taichung kali ini, saya merasa semua orang mengalami banyak kemajuan dan telah menggenggam jalinan jodoh dengan baik. Saya sangat bersyukur. Lihatlah barang-barang ini. Barang-barang ini dibuat dengan kesungguhan hati dan dengan tangan relawan sendiri. Saat mengangkat dan melihatnya, kita tidak tahu bahwa barang-barang ini terbuat dari lilitan benang.

Walaupun benar-benar menyentuhnya, kita tidak akan sadar bahwa ini terbuat dari lilitan benang, yang terasa hanyalah helaian demi helaian benangnya. Mereka dibuat dengan melilitkan benang di permukaan kertas yang dibentuk menjadi daun atau bunga. Sungguh, cinta kasih Bodhisatwa tertanam dalam setiap helai benang yang dililit menjadi kerajinan yang indah ini.   
    
Tetes-tetes kebajikan membentuk lautan pahala
Membangkitkan niat baik dan mengubah pola piker
Bergabung dalam kelompok untuk mempraktikkan Dharma dan jalan kebenaran
Menyebarkan cinta kasih dengan semangat Bodhisatwa

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 06 Agustus 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 08 Agustus 2024
Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -