Ceramah Master Cheng Yen: Menghindari Perbuatan Jahat dan Melakukan Segala Kebajikan
“Ini adalah barang berbahan kaca, bukan? Kaca di sebelah sana. Karena tidak mengerti bahasa Mandarin, saya butuh seorang relawan Tzu Chi menerjemahkannya untuk saya. Saya mencatat semua poin penting di dalam buku catatan saya. Jika ingin memperoleh suatu pencapaian, kita harus lebih bekerja keras dan mencoba menghadapi semua masalah. Ada banyak orang yang kondisinya lebih buruk dan sulit dari saya. Ini adalah kewajiban saya. Saya harus melakukannya dengan baik. Hingga kini, saya masih melatih diri. Jika kita belajar dan berlatih setiap hari, segalanya akan berjalan lancar,” tutur Yoganantini, seorang relawan.
Kita semua harus bersungguh hati. Berhubung telah lahir di dunia ini, kita harus bersungguh hati mendalami Dharma karena mendengar Dharma merupakan kesempatan langka. Kita harus bersungguh hati menyerap Dharma ke dalam hati. Dengan kesungguhan hati, barulah kita bisa memahami Dharma. Jika kita merintangi diri sendiri, maka Dharma tidak akan bisa meresap ke dalam hati kita. Demikian pula dalam menghadapi semua orang, hal, dan materi. Dengan adanya kesungguhan hati, barulah kita bisa menjaga keharmonisan dalam menghadapi semua orang dan hal.
“Organisasi ini kepada komunitas kami membuat saya dan warga merasa gembira karena mereka mendapat bantuan berupa makanan dan pakaian untuk melewati musim dingin ini,” kata Freddie Mokhachane, pejabat dinas pendidikan.
“Saat kalian menggunakan beras-beras ini, saya berharap kalian tidak hanya merasakan kehangatan di musim dingin, tetapi juga merasakan cinta kasih lintas negara ini. Banyak orang yang terlibat di dalamnya,” kata Zheng Ai-bao, relawan Tzu Chi.
“Pembagian bantuan hari ini berjalan lancar. Kita bisa melihat wajah setiap anak dan orang tua dihiasi senyuman penuh rasa syukur. Kami juga merasa sangat gembira karena bisa menolong mereka,” ujar Chen Hua-fang, relawan Tzu Chi.
Asalkan kita bersungguh hati, maka semuga tugas bisa dituntaskan dengan saksama. Asalkan bersungguh hati, kita pasti bisa memahami kebenaran secara tuntas. Setelah bersungguh hati memilih ajaran kebenaran dan kebajikan, kita harus sepenuh hati dan berfokus mendedikasikan diri. Kita harus menggenggam waktu dan memanfaatkan kehidupan untuk melakukan kebajikan dengan tekun. Para Buddha dan Bodhisatwa menuntaskan praktik Enam Paramita dari kehidupan ke kehidupan. Berapa lamakah itu?
Jika pikiran kita bergejolak, maka kita akan menanam benih yang baik dan buruk lagi. Kini kita telah memahami kebenaran. Di kehidupan ini, berhubung telah memahami ketidakkekalan, kita harus menggenggam setiap waktu dan mengarahkan diri sendiri ke arah yang bajik. Kita harus menapaki jalan kebajikan yang ditunjukkan oleh ajaran kebajikan. Kita harus berpegang pada prinsip kebenaran dan memiliki keteguhan.
Jika kita tidak memiliki keteguhan, maka pikiran buruk dan kekeruhan akan mudah menyusup ke dalam pikiran kita. Kita akan mudah terpengaruh oleh ucapan orang lain atau tergoda oleh pandangan keliru sehingga berhenti di tempat dan tidak bisa maju. Akibatnya, kita hidup di tengah delusi. Kehidupan kita berlalu sia-sia karena kita tidak bisa membedakan yang baik dan buruk. Kita tetaplah makhluk awam yang hidup di tengah kegelapan batin dan delusi. Karena itulah, dunia ini penuh penderitaan.
Setiap orang menerima akibat dari perbuatan di kehidupan lampau. Di kehidupan lampau, kita berbuat baik, juga berbuat jahat. Kini, kita juga melakukan perbuatan baik dan jahat sehingga menciptakan semakin banyak karma. Jika demikian, di kehidupan mendatang, kita juga akan melakukan hal yang sama. Jadi, kita menanam benih baik, juga menanam benih buruk. Dengan benih baik,
kita bisa terlahir sebagai manusia. Namun, karena adanya benih buruk, kita hidup di tengah delusi dan memiliki jalinan jodoh buruk. Inilah yang disebut perpaduan benih baik dan buruk.
Saat ini, noda dan kegelapan batin serta pandangan kita bagai arus air yang deras. Kini, kegelapan batin terus meningkat bagai arus sungai yang semakin deras. Ini sangat menakutkan. Saya merasa sangat khawatir. Dari mana kegelapan batin berasal? Dari kekeruhan pandangan. Pandangan manusia tidak murni. Jika memiliki pandangan yang murni, maka setelah mendengar Dharma, kita bisa melatih diri dan mempraktikkan Dharma.
Setelah mempelajari cara untuk melakukan hal yang benar, kita harus bersungguh hati mempraktikkannya. Setelah mempraktikkannya, kita juga harus berintrospeksi diri. Jika ada cara yang baik, kita harus mengingatnya. Saat menghadapi kesulitan, kita juga harus memetik hikmah darinya dan jangan mengulangi kesalahan yang sama. Kita harus berbagi pengalaman kita dalam melakukan hal yang benar.
“Saya adalah mantan narapidana. Saat saya keluar dari lapas, ibu saya juga tidak bisa menerima saya sepenuhnya. Jadi, saya mengerti perasaan para mantan narapidana yang merindukan rasa kekeluargaanSeperti yang Master katakan, setiap orang memiliki sifat hakiki yang murni. Jadi, saya memberi mereka kehangatan dan cinta kasih insan Tzu Chi,” kata Chen Yue-liang, relawan Tzu Chi.
Dahulu, dia pernah berjalan menyimpang dan jalinan jodohnya sangat buruk. Namun, dia bisa menyerap Dharma saat jalinan jodoh matang. Dia langsung memperbaiki diri dan berfokus bersumbangsih. Dia tekun melatih diri dan menggunakan sumbangsih nyata sebagai wujud persembahan bagi banyak orang. Dia merupakan Bodhisatwa yang mengagumkan. Dia mendedikasikan diri lewat perbuatan, ucapan, dan pikirannya.
Saudara sekalian, kita sungguh harus mawas diri setiap hari. Yang terpenting, kita harus menenangkan hati. Untuk menyucikan hati manusia, kita harus menghindari perbuatan jahat dan melakukan segala kebajikan. Kurangilah berbuat jahat dan lebih banyak berbuat baik. Kita harus segera melenyapkan pandangan keliru dan membina pikiran baik. Inilah yang disebut tekun melatih diri dan memberi persembahan lewat tindakan. Kita harus mempraktikkan Dharma dan menyebarkan ajaran kebajikan ke seluruh dunia.
Menerima buah dari perpaduan benih baik dan buruk
Arus deras kegelapan batin mencemari dunia
Tekun melatih diri dengan tekad yang teguh
Berpegang pada Dharma untuk menjaga keharmonisan
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 19 Agustus 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Li Lie