Ceramah Master Cheng Yen: Menghormati Guru dan Meneruskan Jalinan Jodoh
“Saya sangat bersyukur enam tahun lalu telah menjalin jodoh dengan Tzu Chi sehingga SMP Gaotai menjadi sekolah pertama di Taiwan yang memiliki Taman Bacaan Jing Si. Lima tahun lalu, saya mulai bergabung di SMP Gaotai. Selama lima tahun terakhir, baik masyarakat sekitar maupun orang tua murid, mereka semua memiliki pendapat yang sama mengenai SMP Gaotai, ‘Betapa besar perubahannya,” kata Sun Xin-yi Kepsek SMP Gaotai.
“Enam tahun lalu, murid-murid di SMP Gaotai memiliki temperamen buruk, sering berkelahi, dan suka berkata kasar. Namun, sejak berdirinya Taman Bacaan Jing Si di sekolah kami, pandangan masyarakat sekitar dan orang tua murid terhadap murid-murid kami mulai berubah dan menjadi makin positif. Murid-murid kami menjadi sangat sopan. Mereka menyapa orang yang berkunjung ke sekolah tanpa disuruh. Selain itu, mereka juga menawarkan bantuan. Perubahan ini telah meninggalkan kesan mendalam bagi para orang tua murid,” pungkas Sun Xin-yi.
“Sekitar setahun lalu, para relawan Tzu Chi telah mendirikan Taman Bacaan Jing Si di sekolah kami. Saya sendiri juga masuk ke dalam dan menemukan bahwa semua buku di sana adalah buku-buku bermanfaat, termasuk Kata Renungan Jing Si, buku tentang kisah para dokter di Rumah Sakit Tzu Chi, serta banyak buku yang berisi kisah inspiratif lainnya. Saya menyadari ini adalah ruang lingkup yang luar biasa untuk pendidikan budi pekerti,” kata Huang Feng-qin Kepsek SMP Wandan.
“Tzu Chi telah menghadiahkan mitra bajik kepada sekolah kami. Meski taman bacaan ini baru berdiri setahun, tetapi kami yakin kelak, ia dapat terus berkembang dan menjadi sebuah tempat yang sangat penting dalam memberikan pendidikan budi pekerti di sekolah kami. Saya berharap para guru dan murid yang membaca buku-buku bermanfaat ini dapat membangkitkan niat baik di hati mereka,” pungkas Huang Feng-qin.
Saya sangat bersyukur dan berdoa untuk kalian. Sebenarnya, semuanya bergantung pada jalinan jodoh. Berkat jalinan jodoh, orang-orang dapat berkumpul dan bersatu. Kalian semua bersatu demi pendidikan. Kita semua memiliki tujuan yang sama, yaitu memberikan pendidikan untuk anak-anak.
Saya yakin bahwa para kepala sekolah dapat menceritakan banyak kisah tentang bagaimana pendidikan mengubah tabiat murid dan keluarga mereka. Anak-anak juga bisa menginspirasi orang tua mereka. Oleh karena itu, pendidikan anak-anak dapat membawa dampak bagi keluarga mereka, bahkan masyarakat.
Kita mengajarkan kebajikan sejak sekolah menengah pertama sehingga ketika berada di perguruan tinggi, mereka sudah membangun fondasi yang kuat. Anak-anak bagaikan benih. Setelah benih ini ditabur, dengan adanya kondisi pendukung, seperti tanah, air, dan sinar matahari, benih ini akan tumbuh menjadi pohon kecil dan perlahan-lahan menjadi pohon besar.
Bencana juga merupakan jalinan jodoh. Pada saat itu, saya tidak tahu harus memperbaiki atau membangun kembali sekolah-sekolah ini. Saya juga tidak tahu di mana dananya dan apakah akan berhasil atau tidak. Yang diperlukan adalah sebersit niat dan ketulusan hati. Dengan hati yang tulus dan langkah yang mantap, saya yakin semuanya dapat berhasil dilaksanakan.
Saya juga melihat kepala sekolah yang tulus dalam menjalankan sekolah dan menerapkan program untuk mendidik murid-murid dengan baik. Singkat kata, ini membutuhkan cinta kasih semua orang. Dengan himpunan cinta kasih semua orang, barulah kita dapat mewujudkan hal ini.
Selama beberapa dekade terakhir, Tzu Chi telah banyak bersumbangsih untuk Taiwan. Bukan saya, melainkan para insan Tzu Chi. Mereka bersumbangsih dengan rendah hati dan penuh cinta kasih. Mereka melakukan hal yang benar. Saya tidak bisa membalas budi mereka di kehidupan ini. Mereka selalu melakukan apa yang saya katakan. Mereka merasa bahwa saya telah bekerja keras dan mereka hendak membantu saya. Inilah cinta kasih mereka. Jadi, mereka bersumbangsih dengan sungguh-sungguh dan penuh cinta kasih.
“Saya sangat bersyukur sepanjang hidup saya. Bersumbangsih dalam hidup adalah sebuah berkah. Terima kasih, Master,” kata Chen Cui-ying relawan Tzu Chi berusia 90 tahun.
“Setelah suami saya meninggal pada tahun 2005, saya merasa sangat kesepian. Saya melihat ceramah Master di televisi dan berpikir bahwa menjalankan Tzu Chi adalah hal yang tepat,” kata Lin Jin-yun relawan Tzu Chi berusia 90 tahun.
“Mengumpulkan barang daur ulang membuat saya tetap sehat. Kalau tidak, bagaimana saya masih bisa seperti ini di usia 93 tahun? Saya sungguh bersyukur. Terima kasih, Master,” kata Liu Bu-chan relawan Tzu Chi berusia 93 tahun.
“Saya sudah melakukan pelestarian lingkungan selama hampir 20 tahun. Saya merasa tubuh makin sehat dan tidak pernah mengalami flu atau sakit lainnya. Setiap hari, saya melakukan pelestarian lingkungan,” kata Zeng Ba-mei relawan Tzu Chi berusia 92 tahun.
“Saya telah melakukan pelestarian lingkungan selama lebih dari 30 tahun. Saya dapat mengumpulkan satu truk barang daur ulang setiap tiga hari,” kata Gao Lai-you relawan Tzu Chi berusia 87 tahun.
Ayo, kemari. Lihatlah, betapa indahnya tangan ini.
“Dengan melihatnya, sudah langsung tahu,” ucap Gao Lai-you.
Kita langsung tahu setelah melihatnya.
“Saya telah melakukan daur ulang selama lebih dari 30 tahun,” tutur Gao Lai-you relawan Tzu Chi berusia 87 tahun.
Sangat indah. Anda telah melakukan hal yang bernilai. Mendengar cerita para relawan lansia membuat saya sangat gembira. Saya melihat semua orang sangat sehat dan tekun. Mereka juga menyayangi saya, bahkan sampai memimpikan saya. Saya sungguh berterima kasih kepada kalian.
Saya selalu merasa di kehidupan berikutnya, saya ingin menjalin jodoh lagi dengan kalian semua. Untuk bisa menjalin jodoh lagi di kehidupan berikutnya, saya mengatakan bahwa kalian harus membangkitkan ikrar untuk mengikuti langkah saya dari kehidupan ke kehidupan. Saya juga membangkitkan ikrar bahwa bagi mereka yang telah menjalin jodoh dengan saya, seperti murid-murid saya yang telah meninggal, setelah saya meninggal, saya juga akan mengikuti langkah mereka.
Mari kita mengikuti langkah mereka. Jadi, ini hanya perkara dahulu dan belakangan. Tidak peduli siapa yang pergi terlebih dahulu, kita tetap menjalin jodoh dengan satu sama lain. Mungkin kalian yang mengikuti langkah saya dari kehidupan ke kehidupan atau saya yang mengikuti langkah kalian dari kehidupan ke kehidupan. Namun, kita harus tetap ingat satu hal, Jalan Bodhisatwa.
Kita harus berikrar menjadi Bodhisatwa. Dari sekarang hingga masa mendatang, dalam kurun waktu yang panjang ini, kita membutuhkan Bodhisatwa datang ke dunia. Menyelamatkan dan melindungi Bumi dengan pelestarian lingkungan adalah hal yang sekarang kita lakukan. Menggandeng tangan kalian, setiap pasang tangan terlihat sangat indah. Setelah bersumbangsih selama bertahun-tahun, tangan kalian mengalami pembengkakan sendi. Ini menjadi bukti bahwa kita telah mengembangkan nilai kehidupan.
Saya sering berbicara tentang nilai kehidupan dan buktinya. Kita dapat memberi tahu orang-orang, "Master berkata bahwa kehidupan kita sungguh bernilai karena kita telah melakukan banyak hal. Kita melakukannya demi dunia dan melindungi Bumi." Jadi, kita telah melakukan hal yang bermanfaat bagi dunia. Kita melakukannya dengan kedua tangan ini.
Para relawan lansia, jangan merasa kesepian. Pertama, ada saya yang mendampingi kalian. Kedua, ada begitu banyak Bodhisatwa yang berjalan bersama kita. Jadi, kita tidak sendirian. Apakah kalian mengerti? Ya. Kita harus berbahagia setiap hari.
Mendidik orang-orang dan menanam benih baik
Tulus menjalankan sekolah dan mewujudkan tekad
Menghormati guru dan menjalin jodoh dengan sesama
Terus bersumbangsih dan menggarap ladang berkah
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 05 Januari 2023
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 07 Januari 2023