Ceramah Master Cheng Yen: Menghormati Guru, Mewariskan Dharma, dan Menciptakan Energi Kebajikan


“Hari ini, kami akan mengajak Master untuk berkeliling secara daring ke Desa Shwe Na Gwin, Myanmar,”
kata Li Jin-lan relawan Tzu Chi.

“Master, kami semua sungguh senang karena Master mengunjungi Myanmar,” kata Huang Xiu-zhi relawan Tzu Chi.

“Kami telah menyiapkan topi bambu untuk Master. Silakan dipakai,” kata Wang Meng-lan relawan Tzu Chi.

“Master, selamat datang di Jalan Tzu Chi, Desa Shwe Na Gwin,” kata Li Qiu-lan relawan Tzu Chi.

“Selamat datang, Master. Seluruh warga desa menyambut Master,” kata U San Thein relawan Tzu Chi.

Lihatlah, saya melakukan telekonferensi dengan insan Tzu Chi di Myanmar. Mereka menyambut saya dengan sukacita dan menunjukkan lingkungan mereka kepada saya. Tujuh atau delapan tahun yang lalu, mereka diliputi dengan kemiskinan dan penderitaan, bahkan lahan di sana ditumbuhi dengan rumput liar dan tidak ada jalan yang dapat dilalui. Saat itu, relawan Tzu Chi menjangkau wilayah itu. Saat melihat kondisi lingkungan mereka, relawan Tzu Chi memulai misi bantuan di sana.

Selama beberapa tahun terakhir, mereka telah menerima bahan pangan serta benih padi dan kacang dari Tzu Chi. Kita membagikan benih padi kepada mereka yang dapat menanam padi. Semua orang menggarap sawah dengan baik sehingga saat ini, kita dapat melihat bahwa tanaman padi di sana bertumbuh dengan baik. Berkat benih padi, pupuk, dan edukasi pertanian yang kita berikan, saat ini, kita dapat melihat sawah yang begitu luas. Mereka menyebutnya sebagai ladang berkah Tzu Chi. Dengan tekun menggarap ladang berkah Tzu Chi, mereka dapat menikmati hasil panen yang baik.


Kita juga dapat melihat jalan setapak yang sebelumnya ditumbuhi rumput liar telah mereka perbaiki menjadi jalan yang lebar. Pertama-tama, mereka membuat batu bata satu per satu dengan semen, kemudian menyusunnya agar menjadi sebuah jalan. Saat seorang relawan ingin menunjukkan ladang itu, dia takut saya berjalan terlalu jauh sehingga menjemput saya dengan kereta lembu.

Murid-murid saya di Myanmar memiliki hati yang sungguh tulus dan dekat dengan saya. Kereta lembu dibersihkan secara menyeluruh dan dilengkapi dengan alas duduk yang agung dan penuh energi kebahagiaan. Di bawah kereta lembu juga disediakan bangku kecil agar saya bisa menggunakannya untuk naik. Insan Tzu Chi menemani saya sepanjang perjalanan.

Saya juga melihat ada sebuah gudang di sana yang dipenuhi dengan banyak anak kecil. Mereka semua bertekad untuk belajar dengan baik. Saat melihat sekelompok anak itu, saya melihat harapan di masa depan. Berkat jalan yang rata, anak-anak dapat pergi ke sekolah dengan aman. Sebuah sekolah juga telah dibangun sehingga anak-anak dari desa yang berbeda-beda dapat berkumpul dan menerima pendidikan.


Saya juga melihat para petani berhimpun dan membawa celengan beras mereka. Ini adalah acara yang mereka adakan setiap bulan. Praktik celengan beras adalah hal yang sudah biasa mereka lakukan. Mereka selalu menyisihkan segenggam beras setiap hari. Inilah yang sering saya katakan selama bertahun-tahun bahwa semangat celengan beras telah tersebar ke seluruh dunia. Penduduk dari desa yang berbeda-beda menuangkan celengan beras dalam satu hari yang sama.

Lihatlah, butir demi butir beras terkumpul menjadi banyak. Hanya dengan menyisihkan segenggam beras, mereka dapat membantu hampir 4 ribu keluarga. Mereka telah menciptakan pahala yang tak terhingga. Dengan demikian, semua orang dapat mengenyangkan perut. Beginilah Tzu Chi yang selalu berusaha agar semua orang dapat memiliki makanan. Ketika kita bersumbangsih dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin, semua orang dapat menapaki Jalan Bodhisatwa dan mencapai kebuddhaan. Orang-orang kurang mampu juga dapat bersumbangsih.

Di saat yang sama, kita juga dapat melihat bagaimana relawan di sana meneladan relawan Tzu Chi di Afrika Selatan. Saat itu, saya berkata kepada mereka bahwa di sana terdapat banyak wanita dan bagaimana cara mereka dapat bekerja di rumah melalui sebuah keterampilan. Oleh karena itu, relawan kita mengajari mereka untuk menjahit. Melihat bahwa relawan di Myanmar telah melakukan hal yang sama, saya sungguh senang. Ketika melihat mereka menjahit untuk mencari nafkah, saya sungguh merasa lega. Metode kebajikan harus diwariskan selamanya. Metode yang bajik adalah metode yang benar. Hendaklah kita mewariskannya tanpa henti.


Di dunia ini, ada yang miskin dan ada yang kaya. Di dunia ini akan selalu ada orang-orang yang kurang mampu dan menderita. Jadi, dibutuhkan cinta kasih dari banyak orang yang dapat membawa bantuan dengan berbagai metode. Dengan sebersit niat dan hati yang penuh cinta kasih, kita dapat menyelamatkan banyak orang hingga tak terhitung jumlahnya dan menciptakan pahala yang tak terhingga.

Hendaklah kita membangkitkan cinta kasih dan bekerja keras untuk membawa manfaat bagi orang lain sehingga kita dapat menciptakan pahala tak terhingga. Anak-anak yang tadinya masih kecil pun telah menjadi Tzu Ching dan dapat mewariskan Dharma. Inilah kehidupan. Cinta kasih akan mendatangkan harapan. Saya bersyukur atas energi yang melimpah di sana. Anak-anak di sana telah tumbuh dewasa dan semua warga desa bersama-sama menghimpun kekuatan cinta kasih. Ini sungguh menghangatkan hati dan membawa sukacita.

Dijemput dengan kereta lembu lebih membahagiakan daripada mobil mewah. Saya sungguh berterima kasih kepada semua orang yang telah menghimpun kekuatan cinta kasih mereka. Kita telah melihat pencapaian mereka. Semua ini berkat kekuatan cinta kasih kalian. Hendaklah Anda, dia, dan saya bersama-sama bersumbangsih dengan kesatuan hati serta mewariskan Dharma dan kebajikan tanpa henti sehingga membawa energi dan keharmonisan bagi dunia. Terima kasih, saudara sekalian. Hendaklah kita semua menciptakan berkah bagi dunia dan menumbuhkan kebijaksanaan. 

Pernah larut dalam kemiskinan yang tanpa solusi
Membentangkan jalan dengan cinta kasih dan menciptakan ladang berkah
Menghormati guru, mewariskan Dharma, dan menciptakan energi kebajikan
Mengadakan pertemuan yang penuh sukacita secara daring    

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 20 Oktober 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 22 Oktober 2022
Benih yang kita tebar sendiri, hasilnya pasti akan kita tuai sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -