Ceramah Master Cheng Yen: Menghormati Kehidupan dan Melenyapkan Segala Penderitaan
Beberapa hari ini, anggota TIMA dari berbagai negara berangsur-angsur kembali ke Taiwan. Saya bersyukur pada lebih dari 500 relawan yang dengan aktif memberi pelayanan sebagai tuan rumah. Kali ini, para relawan di wilayah tengah Taiwan membagi diri ke dalam berbagai kelompok dan melayani para anggota TIMA dengan ketulusan terdalam. Ini membuat saya sangat terhibur.
Tzu Chi bagaikan sebuah keluarga besar dan para anggota TIMA bagaikan perantau yang kembali ke kampung halaman. Melihat semua orang begitu dekat satu sama lain, saya sangat tersentuh. Hal yang harus disyukuri sangat banyak. Meski berada di negara yang berbeda-beda, tetapi semua insan Tzu Chi memiliki filosofi, kekuatan cinta kasih, dan tujuan yang sama. Kita bisa melihat banyak orang yang penuh cinta kasih.
Ada sebagian relawan yang belum kembali
karena beberapa hari ini, mereka berada di Amerika Serikat, Meksiko, dan
pulau-pulau kecil untuk menyalurkan bantuan bencana. Setelah penyaluran bantuan
berakhir, mereka akan kembali ke Taiwan. Pascabadai Harvey di Amerika Serikat
pada tanggal 25 Agustus, lebih dari 600 relawan dari berbagai negara bagian
bekerja sama untuk menyalurkan bantuan di Texas.
Relawan kita melakukan survei bencana untuk mendata jumlah anggota setiap keluarga yang terkena dampak bencana. Kita juga bekerja sama dengan wali kota setempat. Wali kota memberikan data korban bencana yang sangat akurat pada kita. Insan Tzu Chi berinteraksi dengan para pejabat dengan hati yang paling tulus sehingga mereka bisa merasakan ketulusan niat kita memberikan bantuan dan bersedia bekerja sama dengan memberikan data yang akurat. Selain itu, kita juga membutuhkan daftar nama imigran illegal karena mereka tidak berani meminta bantuan kepada instansi yang berwenang.
“Meski berada di Amerika Serikat, mereka mungkin lebih menderita, tertekan, dan putus asa daripada korban bencana di Amerika Tengah atau Amerika Selatan. Mengapa demikian? Karena di sana, setidaknya mereka bisa terang-terangan meminta bantuan. Namun, di sini, meski dilanda bencana, mereka tetap harus bersembunyi. Jadi, penderitaan batin mereka meningkat menjadi dua kali lipat. Jadi, penderitaan batin mereka meningkat menjadi dua kali lipat,” kata Ge Ji Jue, relawan Tzu Chi.
“Saya mengupah orang untuk merawat anak saya. Saya tinggal di dalam mobil. Saya tidak punya tempat tinggal,” ucap Quinsha Narshall, korban bencana.
Orang-orang seperti inilah yang harus kita bantu. Penyaluran bantuan kita tidak berkaitan dengan politik ataupun status penerima bantuan. Yang terpenting bagi kita adalah melenyapkan penderitaan.
“Kami harus memadatkan semua pekerjaan untuk mengatur dan menghubungi para penghuni dalam waktu singkat. Kami menelepon, mengirim surat elektronik, dan melakukan semua yang bisa dilakukan dengan waktu yang kami miliki untuk memberi tahu orang-orang tentang ini,” jelas Jeannie Werthman, manajer pemasaran perusahaan penyewaan apartemen.
Kita sangat bersyukur bisa menolong orang-orang yang paling membutuhkan. Kita telah membagikan bantuan kepada lebih dari 12.000 keluarga atau hampir 35.000 orang. Penyaluran bantuan kita akan terus berlanjut.
“Kita berharap setelah kembali dari Taiwan, kita bisa melanjutkan penyaluran bantuan. Pada saat itu, mungkin relawan yang datang ke sini akan lebih banyak. Meski setiap penyaluran bantuan sangat menantang, tetapi kita rela melakukannya,” harap Huang Ji En, Ketua Pelaksana Tzu Chi Texas.
Ketulusan kasih sayang relawan kita sungguh membuat orang tersentuh. Seperti yang saya ulas dalam ceramah pagi, kita harus menghormati kehidupan. Buddha mengajarkan pada kita makna sesungguhnya dari kehidupan. Saat baru tersadarkan, Buddha mendapati bahwa semua makhluk memiliki hakikat kebuddhaan. Hati Buddha dan semua makhluk pada hakikatnya tiada perbedaan. Awalnya, Buddha ingin membabarkan kebenaran ini secara langsung kepada setiap orang. Namun, kemampuan setiap orang berbeda-beda. Karena itu, selama lebih dari 40 tahun, Buddha membabarkan Dharma sesuai kondisi dan tingkat kemampuan orang-orang. Jadi, kita harus membimbing orang-orang sesuai kondisi dan tingkat kemampuan mereka.
Berhubung memiliki jalinan jodoh dengan orang-orang yang dilanda bencana besar, kita harus menggenggam kesempatan ini untuk menginspirasi mereka mengurangi pencemaran lingkungan dan melindungi bumi. Kita harus membimbing mereka agar bisa mengasihi diri sendiri sekaligus orang lain.
Kita bisa melihat pengungsi Suriah di Yordania. Demi menafkahi keluarga, sang ayah harus bersusah payah. Anaknya yang menderita peritonitis perlu menjalani operasi dan biayanya setara dengan upahnya selama setengah tahun. Berkat bantuan insan Tzu Chi, anaknya bisa menjalani operasi dan pulih kembali. Setelah membantu anaknya, kita juga membantu istrinya menjalani operasi pengangkatan tumor di lehernya.
“Saya mendengar bahwa kamu berbagi tentang Tzu Chi dengan teman-teman sekolahmu. Saya berharap kamu juga bisa berbagi dengan mereka bahwa dana untuk biaya operasimu berasal dari anak-anak di seluruh dunia yang menyisihkan sedikit uang setiap hari. Seiring berlalunya waktu, dana yang terkumpul bisa menolong banyak orang di seluruh dunia. Saya berikan celengan bambu ini padamu,” kata Ci Ai, relawan Tzu Chi saat berkunjung ke rumah Hadi.
Setelah menerima celengan bambu, dia membawanya ke sekolah dan memberi tahu orang-orang bahwa Tzu Chi-lah yang telah menolongnya. Dia juga memberi tahu teman-teman sekolahnya bahwa berkat anak-anak di seluruh dunia yang menyisihkan koin setiap hari demi menolong orang-orang yang menderita, dia baru bisa terselamatkan. Dia juga mengajak teman-temannya untuk turut berdonasi dan mereka rela melakukannya. Dia juga berkata bahwa para insan Tzu Chi, termasuk Ji Hui, bagaikan anggota keluarganya karena terus memperhatikannya dalam jangka panjang. Dia bisa memahami kebenaran.
Setelah nyawanya terselamatkan, dia berbagi pengalaman dengan teman-temannya. Meski masih anak-anak, dia bisa melakukan semua itu.
Belakangan ini, demi penyaluran bantuan bencana internasional, murid-murid kita dari TK, SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi mengembangkan potensi kebajikan mereka. Mereka menghimpun setetes demi setetes cinta kasih untuk bersumbangsih bagi orang yang membutuhkan. Untuk memberikan bantuan pada saat ini dan masa mendatang, dibutuhkan himpunan tetes demi tetes cinta kasih.
Singkat kata, kisah yang menyentuh sangatlah banyak. Pada zaman sekarang dengan kondisi seperti ini, Bodhisatwa dunia sungguh sangat dibutuhkan. Saya sangat tersentuh.
Bertemu dalam Konferensi
Tahunan TIMA dengan
penuh sukacita
Segera menyalurkan bantuan
bencana dan melindungi
kehidupan
Turut menggalang cinta
kasih setelah nyawanya
terselamatkan
Menghimpun setetes demi setetes cinta kasih untuk menolong semua
makhluk
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 3 Oktober 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina