Ceramah Master Cheng Yen: Menghormati Kehidupan dan Membangkitkan Cinta Kasih
Kini, bagi warga di berbagai negara, satu hari mungkin terasa
bagaikan satu tahun. Di India, Bangladesh, dan Nepal, hujan kembali turun
sebelum banjir surut. Penderitaan para korban bencana sungguh tak terkira. Kondisi
korban bencana di Sierra Leone, Afrika juga sangat mengkhawatirkan. Bagaimana
mereka menjalani hidup pascabanjir?
Kemarin, saat melakukan telekonferensi dengan insan Tzu Chi AS, saya
mendengar bahwa karena hujan kembali turun, wilayah yang tergenang banjir
bertambah satu. Saya sungguh tidak tega mendengarnya. Penderitaan mereka tidak
berkurang, malah bertambah. Orang yang membutuhkan barang bantuan semakin
banyak.
Kemarin, saya mendengar bahwa akibat turun hujan, wilayah yang
tergenang banjir bertambah satu lagi. Bayangkanlah, bagi korban bencana, satu
detik mungkin terasa bagaikan satu tahun. Entah berapa lama mereka harus
menjalani hidup di tengah penderitaan dan kesengsaraan. Saya sungguh tidak tega
melihat kondisi mereka. Texas juga diterjang badai yang mendatangkan angin
kencang dan hujan deras. Warga hanya bisa melihat lingkungan tempat tinggal
mereka tergenang banjir tanpa bisa berbuat apa-apa.
Mereka sangat panik dan takut.Karena itu, kemarin saya kembali
mengimbau orang-orang untuk bermawas diri, berhati tulus, dan
bersungguh-sungguh bervegetaris. Kita harus bervegetaris dan jangan membunuh
hewan. Setiap orang hendaknya membangkitkan kebajikan dan cinta kasih hakiki untuk
menghormati kehidupan. Dengan kembali pada kebajikan hakiki, kita tidak akan
tega membunuh hewan.
Kini, kita hendaknya bervegetaris. Bervegetaris bukanlah demi
agama, melainkan demi alam, diri sendiri, dan ketenteraman anak cucu kita. Kita
harus mengendalikan nafsu makan. Keinginan untuk mengonsumsi daging hanya
sesaat, kita hendaknya bisa mengendalikannya. Mengapa harus mengonsumsi daging?
Bervegetaris sangat mudah. Yang disayangkan adalah, orang-orang enggan
bervegetaris dan mengubah pola makan.
Jika kita terus mengonsumsi daging, karma buruk yang tercipta akan
semakin banyak. Kekuatan karma buruk ini sangatlah besar. Satu-satunya cara
untuk mengikis karma buruk adalah semua orang bermawas diri dan berdoa dengan
tulus demi semua makhluk di seluruh dunia. Kita bukan hanya mendoakan
ketenteraman fisik, tetapi juga ketenteraman batin. Agar hati kita tenang, kita
harus memastikan bahwa semua makhluk aman dan tenteram. Inilah cinta kasih yang
sesungguhnya.
Singkat kata, kini kekuatan karma telah menimbulkan begitu banyak
bencana, bisakah kita mengabaikannya? Hanya terus membicarakan teori tiada
guna, kita harus bertindak secara nyata. Setiap hari, mendengar bencana yang
terjadi, saya merasa sangat sedih. Namun, divisi kerohanian kita mendengar dari
Tzu Chi Texas bahwa hujan sudah berhenti dan Texas sudah terbebas dari pengaruh
badai.
Intinya, kondisi jauh lebih baik dari kemarin. Ini membuat saya
merasa lebih tenang. Meski kondisi sudah membaik, semua orang tetap harus
bermawas diri dan tulus. Kemarin, saya berkata pada relawan di AS, “Berhubung
kalian belum bisa keluar, bagaimana jika kalian berdoa dengan tulus?” Saya berharap
kita semua bisa membiasakan diri untuk bervegetaris serta senantiasa bermawas
diri dan berhati tulus.
Kita bisa menelusuri jejak sumbangsih insan Tzu Chi pascabencana hingga
bulan Juni dan Juli. Saat bencana terjadi silih berganti di AS, insan Tzu Chi
di berbagai negara bagian terus-menerus menyalurkan bantuan bencana.
“Saya berterima kasih kepada setiap orang di sini atas sumbangsih tanpa
pamrih kalian. Yang membuat saya terharu bukanlah hadiah, melainkan semangat
kalian,” kata Ted Kudich, seorang korban bencana.
“Acara ini, ya Tuhan, saat mendengar lagu-lagu ini, saya hampir
menangis. Sangat indah. Acara ini sangat bagus, saya sangat terkejut. Yang saya
miliki tidak banyak, tetapi dengan bantuan yang saya peroleh, saya mungkin bisa
menolong orang lain dengan menyumbangkan dua sen dolar AS,” kata Joseph Ignatowski, korban bencana lainnya.
“Ini untuk pertama kalinya saya tersenyum dalam tiga minggu terakhir. Saya
kehilangan dapur, kulkas, dan berbagai barang lainnya. Saya sangat berterima
kasih kepada kalian yang memberi bantuan di masa-masa sulit kami,” kata Anna Murahuva, korban bencana.
“Terima kasih atas cinta kasih Master yang memberi saya kekuatan. Pembagian
bantuan dan perhatian kalian membuat saya sangat terharu. Saya bukan orang yang
cengeng, tetapi saat ini, saya menangis karena gembira. Saya akan menjalani
hidup seperti sediakala dan menabung untuk Tzu Chi agar kalian bisa
menggunakannya untuk menolong orang yang membutuhkan,” ujar Julia Turner, korban bencana.
“Terima kasih atas perhatian dan lagu kalian. Dalam acara ini, orang-orang
tersentuh oleh lagu dan perhatian kalian. Kalian membantu semua orang melewati
masa-masa yang sulit. Ini membuat saya sangat terinspirasi,” tutur Yvette Alexander-Maxie, Manajer Departemen Hubungan Eksternal Palang
Merah Chicago.
Selama beberapa tahun ini, insan Tzu Chi di AS bekerja keras untuk
menginspirasi Bodhisatwa dunia. Mereka berbagi dengan orang-orang tentang kisah
celengan bambu dan menginspirasi orang-orang untuk berbuat satu kebajikan
setiap hari. Relawan kita telah mengunjungi lebih dari 20.000 toko. Relawan
kita telah mengunjungi lebih dari 20.000 toko. Dengan melakukan kunjungan, kita
bisa menginspirasi orang lain. Demi menggalang cinta kasih, relawan kita tidak
takut bekerja keras. Mereka melakukan sosialisasi dari toko ke toko.
“Saya tahu
bahwa Tzu Chi benar-benar berbuat kebajikan dan bukan sekadar nama saja. Jadi,
saya mendukung kalian. Saat melihat kalian masuk, saya sudah tahu karena sudah
lama mendengar tentang Tzu Chi,” kata Zhou Xiao-zhen,
pemilik usaha penatu.
Dari 20.000 lebih toko yang dikunjungi, terdapat 12.000 lebih toko
yang bersedia mengajak pelanggan mereka untuk menyumbangkan uang ke dalam
celengan. Inilah yang disebut menghimpun kekuatan cinta kasih. Kita ingin
membangkitkan cinta kasih orang-orang. Kita memberinya sebutir benih agar
mereka bisa menanamnya dan menggarap ladang berkah. Inilah yang paling kita
harapkan. Yang penting bukanlah besarnya donasi, melainkan banyaknya orang yang
terinspirasi dan prinsip kebenaran yang dipahami. Namun, jangan hanya
mempelajari permukaannya.
Dalam ceramah pagi, saya juga berkata bahwa kita harus mempelajari
kebenaran secara mendalam, jangan hanya permukaannya saja. Dengan mempelajari
kebenaran secara mendalam, kita baru bisa memahami kebenaran dan menyatu dengan
kebijaksanaan Buddha. Inilah cara menapaki Jalan Bodhisatwa. Kita harus terus
maju selangkah demi selangkah.
Hujan deras tanpa henti menambah lokasi bencana
Menghormati kehidupan dengan cinta kasih
Tetap bermawas diri dan berhati tulus meski
banjir surut dan hujan berhenti
Menghimpun berkah dan berbuat amal
besar dengan dana kecil
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 30 Agustus 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 1 September 2017