Ceramah Master Cheng Yen: Menghormati Langit dan Mengasihi Bumi


“Pada tanggal 18 September 2001, tepatnya pukul 4 hingga 5 pagi, saya tiba-tiba mendengar bunyi peluit dan orang-orang berteriak, ‘Banjir! Banjir! Cepat bangun! Cepat bangun!’ Setelah banjirnya surut, banyak saudara se-Dharma yang datang ke rumah saya untuk membantu merapikan rumah. Relawan Tzu Chi juga pergi ke rumah tetangga untuk membantu. Mereka sangat bersyukur atas bantuan relawan Tzu Chi. Berkat bencana banjir kali ini, banyak keluarga yang tinggal sejalan dengan saya turut menjadi donator,”
kata Yang Jin-zhi relawan Tzu Chi

“Mengenang kembali kejadian tanggal 12 Juni 2012, sejauh mata memandang, yang terlihat hanyalah lautan luas yang membuat orang ketakutan. Saat itu, relawan kita sedang mendorong perahu karet untuk mengantarkan makanan hangat dari rumah ke rumah. Ada satu keluarga yang berkata bahwa dia belum pernah mengalami banjir sebesar ini selama lebih dari 30 tahun. Banjir ini bahkan mengakibatkan suplai air dan listrik terputus. Kompor dan pancinya juga mengapung di permukaan air,” kata Pan Kai-ling relawan Tzu Chi.

“Saat dia sudah di titik tidak tahu harus berbuat apa, relawan kita datang untuk mengantarkan makanan hangat sampai ke depan rumahnya. Dengan terharu, dia berkata bahwa dia juga merupakan donatur Tzu Chi. Jadi, saat melihat kita, dia langsung merasa lega. Setelah itu, kami mulai melakukan pembersihan. Karena area yang perlu dibersihkan sangat luas, Kakak Wen Su-rui turut membawa timnya untuk membantu pembersihan,” lanjut Pan Kai-ling.

“Melihat kami melakukan pembersihan, para tetangga pun datang untuk meminta bantuan. Sebenarnya, sebagian relawan kita juga terdampak bencana. Namun, yang mengharukan ialah mereka mengesampingkan rumah mereka yang terdampak bencana dan memilih untuk membantu pembersihan terlebih dahulu,” pungkas Pan Kai-ling.


Relawan Tzu Chi selalu menunjukkan cinta kasih mereka terhadap warga. Di mana pun ada kesulitan, mereka akan berkumpul untuk memberikan bantuan tanpa membeda-bedakan wilayah. Lihatlah, selama beberapa tahun belakangan, ketidakseimbangan iklim mengakibatkan banyak bencana. Begitu bencana topan ataupun banjir menyerang, banyak warga lansia sebatang kara yang tidak tahu harus berbuat apa. Karena itu, para relawan Tzu Chi selalu datang tepat waktu. Saya sungguh bersyukur pada mereka.

Di mana pun ada orang yang membutuhkan bantuan, mereka akan datang ke sana untuk membantu. Saat banjir menyerang, meskipun hanya memiliki sampan, mereka tetap mengantarkan makanan hangat dari rumah ke rumah. Ada warga yang menurunkan keranjang, ada pula yang menurunkan ember untuk menerima bantuan makanan. Para relawan kita membagikan makanan sesuai jumlah anggota masing-masing keluarga. Jadi, tidak ada satu pun yang tidak mendapat makanan.

Setiap kali saya melihat dan mendengar tentang itu, saya selalu beranjali untuk mengucap syukur. Saya bersyukur kepada seluruh insan Tzu Chi yang telah bersumbangsih tanpa pamrih. Singkat kata, insan Tzu Chi melakukan dengan sukarela dan menerima dengan sukacita. Sesulit apa pun, mereka selalu rela bersumbangsih dan menerima segalanya dengan sukacita. Ini sungguh membuat saya selalu merasa bersyukur. Rasa syukur saya tak habis untuk diungkapkan.


Saya hanya berharap insan Tzu Chi selalu aman. Setiap terjadi bencana di suatu tempat, saya selalu berpesan bahwa keselamatan adalah yang nomor satu. Karena kalian semua mengasihi saya dan mendengarkan perkataan saya, hendaknya kalian ingat untuk tidak membuat saya khawatir. Kalian semua harus mengingatkan satu sama lain soal itu. Saya berharap kalian ingat bahwa kita perlu terlebih dahulu berada dalam kondisi aman, baru bisa terus menyelamatkan sesama.

Saya sering mendengar bahwa kalian bersumbangsih hingga dipenuhi rasa sukacita. Inilah yang disebut melakukan dengan sukarela, menerima dengan sukacita. Hidup manusia tidaklah kekal. Kita tidak tahu kapan bencana akan terjadi, seperti halnya ketika terjadi Topan Kong-rey. Griya Jing Si juga terkena dampak dari topan kali ini. Melihat pohon besar yang telah dipotong dengan gergaji menjadi beberapa bagian, hati saya terasa sangat sakit.

Sejak beberapa dekade yang lalu, setelah tinggal di Griya Jing Si, saya melihat pohon-pohon kecil ini terus bertumbuh hingga kini menjadi pohon yang sangat besar. Kini, mereka tidak mampu menahan kekuatan topan sehingga tercabut dari akarnya dan tumbang. Sungguh, kekuatan alam begitu besar. Saya sering mendengar orang mengatakan bahwa kekuatan manusia pasti bisa menaklukkan alam. Apakah mungkin seperti itu?

Manusia itu sangat kecil, maka jangan terlalu sombong. Kekuatan besar yang sejati muncul ketika banyak orang terinspirasi untuk menghimpun cinta kasih dan bersedia bersumbangsih demi membawa manfaat bagi kehidupan manusia. Kita mendengar bahwa beberapa tahun yang lalu, juga pernah terjadi bencana topan dan banjir besar. Dahulu demikian, sekarang pun demikian. Semua ini dipengaruhi oleh kekuatan karma.


Kekuatan karma yang sangat besar dapat memengaruhi segala sesuatu di alam semesta dan keselarasan empat unsur alam. Sebenarnya, kekuatan karma buruk juga mengakibatkan terjadinya bencana alam. Dari waktu ke waktu, bencana terjadi karena tindakan kita di masa lalu. Saya sungguh tidak sampai hati melihatnya.

Di saat yang bersamaan, kita juga bisa melihat cinta kasih relawan Tzu Chi. Mereka selalu mengatur segalanya dengan sangat baik. Setelah sampai di Hualien, mereka tidak hanya membersihkan Griya Jing Si, tetapi juga membantu warga lansia sebatang kara ataupun orang-orang yang terkena dampak bencana serius. Relawan Tzu Chi mencurahkan cinta kasih tanpa membeda-bedakan wilayah. Setelah memahami situasi pascatopan, meski tidak mengenal korban bencana, mereka segera pergi menyalurkan bantuan dengan hati Bodhisatwa. Mereka segera membantu membersihkan rumah para korban bencana agar kembali kering dan bersih.

Saya sangat bersyukur pada para relawan yang selalu bersama-sama berbuat baik. Tak peduli bencana apa pun yang terjadi, asalkan ada sekelompok orang baik yang terjun melakukan kebaikan dengan kekuatan cinta kasih, rumah-rumah korban bencana bisa lebih cepat bersih. Inilah kekuatan cinta kasih.

Bencana topan dan banjir menyusahkan kehidupan warga
Menjangkau semua orang tanpa membeda-bedakan wilayah
Membantu sesama dapat membawa damai dan sukacita
Menghormati langit, mengasihi bumi, dan melindungi lingkungan sekitar

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 06 November 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 08 November 2024
Mendedikasikan jiwa, waktu, tenaga, dan kebijaksanaan semuanya disebut berdana.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -