Ceramah Master Cheng Yen: Menghormati Langit, Mengasihi Bumi, dan Menciptakan Karma Baik

Selama beberapa hari ini, yang saya dengar adalah hujan deras di wilayah selatan Taiwan. Kali ini Bodhisatwa tanggap darurat juga segera bergerak untuk memberi bantuan bencana. Saya juga sangat berterima kasih atas dukungan tentara. Seluruh rakyat bisa melihat cuacanya sungguh sangat ekstrem. Begitu turun hujan, sudah menyebabkan bencana yang begitu parah. Orang yang menyelamatkan orang telah bekerja keras.

Korban bencana adalah orang-orang yang paling menderita. Setelah banjir surut, tim penyelamat sudah menyelesaikan tugas mereka. Bagaimana dengan mereka yang terkena dampak bencana membersihkan barang mereka yang masih basah dan kotor? Bagaimana dengan mereka yang hidup sebatang kara? Bagaimana mereka melewati hari? Karena itu, dibutuhkan orang-orang di masyarakat  untuk memberi perhatian kepada mereka. Jadi, pascabencana, dibutuhkan orang yang berhati mulia untuk menginspirasi orang-orang dengan cinta kasih.

Kita harus berdoa dengan tulus semoga dunia aman, tenteram, dan bebas bencana. Acara doa bersama dalam rangka Bulan Tujuh Penuh Berkah selama 3 hari diikuti oleh hampir 40.000 orang, sungguh luar biasa. Namun, apakah mereka semua membangun tekad dengan tulus? Saya berharap orang-orang tersentuh dan menanamkan ketulusan di hati mereka serta memahami bahwa cuaca sangatlah ekstrem sehingga kerap terjadi bencana.


Kita sungguh harus bersyukur dengan tulus setiap saat. Kita sering mengatakan bahwa kita harus menghormati langit, mengasihi bumi, dan menghimpun berkah. Di Griya Jing Si juga diadakan acara doa bersama dalam rangka Bulan Tujuh Penuh Berkah. Secara tradisi, pada tanggal 15 bulan ini merupakan hari sukacita bagi Buddha. Para bhiksuni berkumpul dan berdoa dengan tulus bagi kedamaian dunia. Tidak ada kegiatan lain, ratusan peserta dengan hati yang tenang berdoa dengan tulus dalam acara yang khidmat ini. Intinya, jika kita tersentuh, kita harus bersyukur dengan hati yang tulus.

Kita bisa melihat seorang manajer perusahaan di Malaysia. Setelah mengenal Tzu Chi dan memahami cara Tzu Chi melakukan daur ulang, dia bersedia menerapkan cara daur ulang Tzu Chi di pabrik tempat dia bekerja.

“Pada tahun 2014, perusahaan kami sudah mendapat sertifikat manajemen perlestarian lingkungan dan kami telah menerapkan langkah-langkah untuk pengolahan bahan limbah, air limbah, dan limbah gas. Namun, kami sendiri merasa bahwa yang kami lakukan masih tidak cukup. Kami berharap para karyawan dapat berpartisipasi dalam kegiatan yang lebih relevan,” kata Chen Xiao-run, Manajer Perusahaan yang mengundang relawan Tzu Chi untuk mengadakan seminar guna mempromosikan konsep pelestarian lingkungan.

“Dia sangat ingin melakukan daur ulang di perusahaannya. Dia berkata bahwa dia tak berpengalaman dalam hal ini. Saya pun berkata, ‘Baik, kamu tenang saja, asalkan kamu bersedia melakukannya, kami akan mendukungmu sekuat tenaga.’ Apa yang bisa kita lakukan untuk mengurangi kerusakan pada Bumi?” jelas Fang Wen-guang, relawan Tzu Chi. “Mendaur ulang, menggunakan kembali, dan pengurangan sampah. Lakukan saja. Yang paling penting adalah menolak untuk menggunakan  produk yang tak ramah lingkungan. Sebagai gantinya, kita harus menggunakan kotak makan seperti ini,” lanjut Fang Wen-guang.

Insan Tzu Chi diundang untuk berbagi tentang Tzu Chi dan daur ulang. Para karyawan memahami bahwa insan Tzu Chi pergi ke sana bukan untuk menyebarkan agama Buddha, melainkan untuk membimbing mereka bagaimana membantu orang yang membutuhkan dan memperbaiki lingkungan. Relawan Tzu Chi berbagi banyak kisah orang-orang yang menderita di dunia. Mereka juga menonton banyak video edukasi singkat. Para karyawan dan manajer perusahaan itu Para karyawan dan manajer perusahaan itu telah terinspirasi.


“Bulan lalu kami ada datang ke sini untuk mengambil barang daur ulang dari kalian. Jadi, hari ini saya datang dengan membawa tanda terima. Setelah mendengarnya, kalian akan sangat terkejut. Berapa banyak uang yang telah disumbangkan dari barang daur ulang dalam sekali jual? Apakah saya boleh mengumumkan nominalnya? Setelah menjual semua barang daur ulang, kita mendapat 1.114 ringgit. Kami sangat berterima kasih kepada kalian. Coba kalian bayangkan, jika barang daur ulang tersebut dibuang atau dibakar, tentu menjadi tak ada nilainya,” tutur Fang Wen-guang.

Mereka melakukan daur ulang untuk membantu orang yang membutuhkan. Setelah memahami apa yang telah Tzu Chi lakukan, mereka menyambut baik semangat celengan bambu. Hampir 500 karyawan di sana dipenuhi sukacita. Meski berbeda agama, tetapi mereka memiliki arah yang sama, yaitu bersumbangsih dengan cinta kasih. Dengan bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, dan bergotong royong, orang-orang dipenuhi sukacita. Untuk memperbaiki lingkungan, dibutuhkan banyak orang yang bersedia mendedikasikan diri agar perusahaan yang begitu besar dapat tetap terjaga dengan bersih dan sebagainya. Yang terpenting adalah dapat menginspirasi lebih banyak orang.

“Jika para karyawan itu hanya sebatas melakukan daur ulang, itu sangatlah disayangkan. Jadi, kami berbagi kepada mereka tentang misi amal Tzu Chi untuk menginspirasi mereka. Dalam bahasa Melayu Tzu Chi berarti kasih sayang dan bantuan. Ketika Tzu Chi didirikan, para ibu rumah tangga mengurangi barang belanja mereka dan berbagi kepada pedagang pasar bahwa mereka ingin menghemat 50 sen untuk membantu Master menolong orang yang membutuhkan,” lanjut Fang Wen-guang.

“Ini tidak ada paksaan. Bagi yang bersedia, bisa kemari untuk mengambilnya. Saya ingin menekankan bahwa kami tidak memaksa karyawan kami tidak memaksa karyawan untuk mengambil celengan bambu. Mereka sendiri yang bersedia mengambil celengan bambu. Ketika mereka mengetahui bahwa Tzu Chi merupakan yayasan amal, mereka pun bersedia mendaftarkan diri untuk mengambil celengan bambu dan menyumbang. Mereka sangat menyambut baik semangat celengan bambu,” imbuh Chen Xiao-run.


“Jika kita terus menyisihkan 5 sen, lama-kelamaan akan terakumulasi menjadi banyak,” kata Wadi, karyawan perusahaan. “Kami akan terus menyumbangnya dengan hati yang tulus dan ikhlas, walaupun hanya 1 sen,” tambah Supriyono.

“Pertama kali celengan bambu dikembalikan, kami menemukan bahwa di dalamnya terdapat banyak uang Indonesia. Namun, setelah melihatnya, kami sangat tersentuh karena para karyawan itu telah membangkitkan niat baik,” kata Zhong Ming-mei.

“Sebenarnya, dana amal Tzu Chi ini digunakan untuk membantu keluarga warga setempat yang kurang mampu, termasuk keluarga umat Muslim atau penduduk asli. Mereka juga merasa sangat senang,” tutur Chen Xiao-run.

Kita harus meyakini bahwa sebersit niat baik dapat membawa kita ke arah kebajikan dan menghimpun kekuatan cinta kasih. Pikiran jugalah yang dapat membuat kita menyimpang dari arah hidup yang benar dan melakukan kesalahan. Jadi, sangat penting bagi kita untuk menjaga pikiran kita.  

Berterima kasih atas gotong royong dalam bantuan bencana

Berdoa dengan tulus demi kedamaian dunia

Menghormati langit, mengasihi bumi, dan menciptakan karma baik

Menjaga pikiran agar tidak menyimpang

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 29 Agustus 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 31 Agustus 2018

Editor: Metta Wulandari

Orang yang mau mengaku salah dan memperbaikinya dengan rendah hati, akan mampu meningkatkan kebijaksanaannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -