Ceramah Master Cheng Yen: Menghormati Langit, Mengasihi Bumi, dan Menghimpun Berkah

“Pak Lurah memberi tahu kami bahwa mereka berharap kami bisa pergi memberi bantuan dan makanan hangat karena para lansia dan anak-anak di daerah yang lebih terpencil  tidak bisa keluar rumah. Jadi, kami pun segera menggerakkan anak-anak para relawan yang  memiliki hari libur dan masih muda untuk pergi ke Kantor Perwakilan Tzu Chi Jiali guna memasak lebih dari 1.000 porsi makanan hangat,” kata Zhang Yi-min, relawan Tzu Chi.

“Bisa menerima makanan hangat ketika membutuhkan bantuan sungguh menghangatkan hati kami. Karena turun hujan seperti ini, kami semua berada di rumah tanpa makanan yang bisa dimakan,” ujar warga korban bencana.

Dunia ini sungguh membutuhkan cinta kasih tanpa pamrih. Ketika terjadi bencana di mana pun, selalu ada Bodhisatwa yang mendedikasikan diri. Kita bisa melihat orang berhati mulia yang memberi bantuan tepat waktu. Insan Tzu Chi dapat terlihat dengan jelas dengan pakaian seragam biru putih. Saya sangat berterima kasih kepada para dokter RS Tzu Chi Dalin dan para Bodhisatwa yang mendedikasikan diri untuk menyiapkan makanan hangat selama 2 hari di hari Sabtu dan Minggu.

“Ada permintaan 200 nasi kotak pada pukul 08.59. Karena semua orang sudah kelaparan seharian, maka kami segera bergerak. Kami akan berangkat dalam waktu 2 jam. Nanti kami mungkin akan menggunakan perahu karet untuk membagikan makanan ini,” jelas Lai Ning-sheng, Kepala RS Tzu Chi Dalin.


“Hari ini kami sangat berterima kasih kepada Tzu Chi yang telah menyediakan makanan hangat bagi kami di Tianshe Zhuang sehingga warga yang tinggal di sini bisa menikmati makanan hangat,” tutur Sun Wei-cong, Pelaksana Tugas Kepala Desa Xikou, Chiayi. 

“Apakah kalian memiliki ember? Ikatkan tali ke ember, lalu turunkan ke bawah,” tanya relawan.

“Saya sungguh sangat berterima kasih karena kalian mengantarkan bekal cinta kasih kepada mereka di malam hari. Saat siang hari, kami ingin pergi menyiapkan makanan, tetapi tak tahu harus pergi ke mana,” kata Yan Cai Shu-hui, Kepala Desa Yizhu, Chiayi.

Para relawan menyiapkan makanan hangat yang bergizi dengan sangat bersungguh hati. Dibutuhkan usaha banyak orang untuk dapat mengantarkan makanan itu. Banjir masih begitu tinggi, bagaimana kita bisa mencapai lokasi orang yang membutuhkan? Kita sangat berterima kasih kepada tentara yang mendukung kita dengan kendaraan militer. Saya juga sangat tersentuh melihat anggota Tzu Cheng kita memberi bantuan dengan sekoci.

“Apakah di dalam masih ada orang?”

“Ya, masih banyak orang. Lebih dari 10 orang. Tidak apa-apa.”

“Kami masih memiliki banyak makanan.”

“Kami berharap warga yang terjebak banjir bisa mendapat curahan cinta kasih.”

Baik melewati jalan yang kering maupun harus melewati genangan air, para relawan tetap bergotong royong dengan satu hati. Mereka hanya berharap para korban bencana tak merasa takut dan kelaparan. Kita segera memberi mereka makanan agar mereka merasa tenang dan tak kelaparan. Saya sangat tersentuh melihatnya. Selain itu, insan Tzu Chi di Chiayi membentuk 36 kelompok untuk menjangkau wilayah yang terkena bencana.


“Kini warga yang terkena dampak bencana masih membersihkan rumah mereka. Banyak orang yang sangat berterima kasih. Kita juga mencari tahu apa yang mereka butuhkan dan mencatatnya agar nanti bisa memberikan perhatian,” terang Zhang Wen-lang, relawan Tzu Chi.

“Kami berpikir bahwa dia seharusnya sudah sangat lapar. Saat kami mengantarkan kartu amal, dia bisa pergi membeli makanan-makanan yang bisa mengenyangkan perut, seperti buah dan susu. Begini lebih praktis,” Liu Zhen-rong, Kepala Sekretaris RS Tzu Chi Dalin.

“Saya mendoakan semoga banjir cepat surut serta semua orang aman dan tenteram,” kata Xie Hui-fen, relawan Tzu Chi.

Berdasarkan pengalaman, insan Tzu Chi tahu bahwa pemulihan tidaklah mudah. Sekarang kita memperbaiki cara kita dalam memberi bantuan, yaitu sebisa mungkin menggunakan kartu amal. Namun, kartu amal ini memiliki ketentuan tidak dapat membeli minuman keras dan rokok. Barang kebutuhan lainnya dapat dibeli selama di dalam kartu tersebut masih tersedia dana. Cara seperti ini sangatlah praktis.

Bagi orang yang tak bisa menggunakannya, para relawan akan mendampingi mereka pergi belanja. Setelah belajar bagaimana menggunakannya, mereka sangat gembira. Rasanya ini sangatlah praktis. Mereka bisa membeli barang kebutuhan mereka dengan kartu tersebut. Dalam melakukan pekerjaan amal, kita terus memperbaiki cara kita  serta menyesuaikannya dengan perkembangan zaman agar aman dan praktis. Jika tidak, barang yang kita berikan belum tentu bisa mereka gunakan dan lama-kelamaan menjadi kedaluwarsa.

Dengan memberi mereka kartu seperti ini, saat mereka butuh sesuatu, mereka dapat membelinya. Ini seperti kartu uang elektronik. Saya sangat bersyukur kita dapat menggunakan cara modern untuk memperbaiki cara bantuan kita di masa depan. Selain itu, rumah sakit kita juga menggerakkan begitu banyak dokter untuk mengadakan pengobatan gratis.

“Tempat ini menampung sebanyak 41 hingga 42 lansia. Karena para lansia ini dievakuasi secara darurat, maka mereka tak membawa obat-obatan yang biasa mereka konsumsi. Karena itu, mereka membutuhkan bantuan medis,” kata Deng Chun-hua, relawan Tzu Chi.

“TIMA secara berkala selalu mengadakan baksos kesehatan, maka obat-obatan dan peralatan medis lainnya selalu tersedia. Jadi, ketika dibutuhkan, kita tinggal mengemasnya sehingga bisa memberikan layanan medis kapan saja kepada korban bencana,” jelas Jian Rui-teng, Wakil Kepala RS Tzu Chi Dalin.


“Sekarang Anda jangan khawatir dahulu, ada begitu banyak orang yang membantu untuk membersihkan rumah Anda. dr. Ye akan bertanya beberapa hal padamu. Setelah diperiksa, mungkin akan diberi obat oles atau obat oral dan sebagainya. Kesehatan kedua orang tua ini tak begitu baik. Jadi, sore ini kami menggerakkan staf badan misi untuk membantu kedua nenek ini membersihkan rumah,” kata Ye Li-qing, relawan Tzu Chi.  

TIMA dan para perawat menghimpun kekuatan cinta kasih bersama insan Tzu Chi untuk memberi perhatian kepada keluarga korban bencana. Singkat kata, dalam bantuan bencana kali ini, hal pertama yang kita lakukan adalah membagikan nasi kotak sesegera mungkin. Sebanyak lebih dari 20.000 porsi nasi kotak telah terdistribusikan. Kita sangat berterima kasih kepada tentara yang telah mendukung kita sehingga kita bisa memasuki wilayah yang banjirnya lebih tinggi untuk membagikan barang bantuan dalam keadaan bersih. Orang yang ikut mendedikasikan diri juga jadi lebih leluasa.

Saat tiba di tempat tertentu, masih ada perahu yang bisa kita tumpangi untuk mengirimkan makanan hangat. Saya sungguh harus berterima kasih kepada banyak orang. Dibutuhkan banyak usaha dan tenaga untuk menyiapkan dan mengantarkan nasi kotak. Kita bisa melihat para dokter, relawan, tentara, polisi, dan petugas pemadam kebakaran mendedikasikan diri untuk memberi perhatian. Kita bisa melihat orang-orang yang penuh cinta kasih ini bersumbangsih tanpa kenal lelah. Lihat, ini sangatlah menyentuh orang.

Saya juga sangat bersyukur dari lubuk hati yang terdalam. Semoga orang-orang ingat untuk mawas diri dan tulus. Kita harus menghormati langit, mengasihi bumi, serta menghimpun berkah. Ini sangatlah penting. Saya berharap mulai sekarang Bodhisatwa sekalian dapat menyebarkan semangat untuk menghormati langit, mengasihi bumi, dan menghimpun berkah. Dengan menghargai kehidupan, barulah kita bisa hidup aman dan tenteram.

Mengarungi banjir untuk mengantarkan makanan hangat

Memberi kartu amal kepada orang yang membutuhkan

TIMA mengadakan baksos kesehatan dengan cinta kasih

Berdoa dengan hati yang tulus dan penuh syukur

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 27 Agustus 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Li Lie

Ditayangkan tanggal 29 Agustus 2018

Saat membantu orang lain, yang paling banyak memperoleh keuntungan abadi adalah diri kita sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -