Ceramah Master Cheng Yen: Mengikis Karma Buruk dengan Cinta Kasih, Welas Asih, Sukacita, dan Keseimbangan Batin

Wabah COVID-19 merupakan isu global. Saat ini belum ditemukan obat untuk virus ini. Jadi, kita harus meningkatkan kewaspadaan. Jangan biarkan virus ini terus meluas. Jangan panik dan jangan takut.

Meski obatnya belum ditemukan, tetapi ada sebuah resep mujarab. Dengan tulus, saya selalu berharap dan berdoa semoga semua orang dapat menenangkan batin, membangkitkan niat baik, dan berintrospeksi atas kehidupan kita sebelumnya.

Dalam pertemuan pagi relawan beberapa kali ini, saya terus mengingatkan untuk berintrospeksi dan bertobat. Buddha sering mengatakan bahwa manusia harus menyadari kesadaran diri sendiri, berintrospeksi, dan bertobat. Kesadaran diri sangatlah penting karena tanpa disadari, kita menciptakan karma buruk.

Sesungguhnya, berapa banyak karma buruk yang telah terakumulasi dari kehidupan lampau? Akibat akumulasi karma buruk, dunia yang tadinya sederhana menjadi rumit. Kehidupan yang tadinya murni menjadi tercemar karena ketamakan. Manusia telah mengakumulasi karma buruk dalam jangka panjang.

 

Terlebih, dalam puluhan tahun belakangan ini, pola hidup masyarakat terus berubah dengan cepat. Tanpa disadari, pikiran manusia dipenuhi keserakahan dan hanya mengejar kenikmatan hidup. Manusia berbuat apa pun sesuka hati dan memakan apa pun yang diinginkan.

Memakan daging hewan langka pun menjadi tren. Setelah memakan daging hewan langka, mereka akan memamerkan apa yang telah mereka makan serta betapa langka dan mahalnya daging itu. Mereka memakan berbagai macam daging untuk menunjukkan bahwa mereka kaya dan bisa terus mengejar kenikmatan hidup dengan kemampuan mereka. Seperti inilah manusia membina kekejaman tanpa disadari.

Dahulu, manusia berhati murni, yakin bahwa semua makhluk memiliki hakikat kebuddhan, dan percaya pada hukum sebab akibat. Namun, sekarang sudah tidak seperti itu. Zaman sekarang, jarang ada orang yang berpegang pada pandangan tradisional untuk selalu melakukan kebajikan. Ini sangat mengkhawatirkan.


Saat kebajikan memudar, kekuatan karma buruk akan meningkat. Bagaikan sebuah neraca, jika kebajikan memudar, karma baik akan semakin ringan dan jika niat buruk terus terbangkitkan, karma buruk akan semakin berat. Akibatnya, kekuatan karma buruk semakin besar. Kita harus memahami konsep neraca antara karma baik dan karma buruk.

Akibat wabah kali ini, semua orang ketakutan. Apa gunanya merasa takut? Akan lebih baik jika kita berintrospeksi dan membangkitkan niat baik, yakni berhenti membunuh hewan dan bervegetaris. Jangan lagi menciptakan karma buruk membunuh. Karma buruk membunuh tercipta tanpa kita sadari.

Sebenarnya, dahulu, saat seseorang akan menyembelih ayam atau bebek, dia akan berkata, "Semoga kamu tidak terlahir sebagai hewan lagi di kehidupan mendatang. Meski saya yang membunuhmu, tetapi carilah orang yang memakanmu." Saudara sekalian, karma buruk atas satu nyawa harus ditanggung oleh berapa orang?

Karena itu, saya sering berkata bahwa para hewan akan melakukan perlawanan dan mencari orang-orang yang pada masa lampau menciptakan karma buruk dan pernah memakan daging mereka. Hati mereka dipenuhi rasa dendam dan benci. Arwah hewan tidak bisa dilihat ataupun disentuh. Bukankah virus kali ini seperti arwah?


Virus ini menumpang hidup pada makhluk bernyawa. Jika kita tidak memakan makhluk bernyawa, bukankah akan bertambah satu lapisan pelindung bagi kesehatan kita? Kita harus menjaga tekad untuk bervegetaris serta mengembangkan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin  untuk mengikis karma buruk. Kita harus mengembangkan cinta kasih, bersumbangsih, saling mengasihi sesama manusia, dan mengasihi hewan.

Kita bukan hanya harus mengasihi sesama manusia dan hewan, melainkan harus mengasihi semua makhluk. Saya selalu berharap dan mengimbau orang-orang untuk mengembangkan cinta kasih dan kebijaksanaan untuk menjaga kesehatan. Untuk menjaga kesehatan, kita harus mengembangkan kebijaksanaan, merenungkan kesalahan kita dahulu, dan mencari arah yang benar.

Setelah menemukan arah yang benar, kita harus yakin dan bertindak secara nyata. Setelah tahu dan paham, kita harus mengambil tindakan nyata. Semoga perebakan wabah ini dapat segera dihentikan.

Perebakan wabah belum berhenti dan membuat orang-orang panik
Membina kekejaman demi mengejar kenikmatan hidup tanpa disadari
Merenungkan kesalahan dan mencari arah yang benar
Mengikis karma buruk dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 4 Maret 2020   
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 6 Maret 2020
Mendedikasikan jiwa, waktu, tenaga, dan kebijaksanaan semuanya disebut berdana.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -