Ceramah Master Cheng Yen: Mengikuti Langkah Master dengan Erat
Bodhisatwa
sekalian, saya sangat bersyukur sekarang kita memiliki ruang seluas ini. Pada
masa-masa awal, Griya Jing Si hanyalah sebuah ruang kecil. Ruang yang kecil itu
digunakan untuk mengadakan retret tujuh hari, melakukan pradaksina, dan tidur. Bisa
dibayangkan betapa sedikitnya orang yang hadir saat itu.
Lebih
dari 30 tahun yang lalu, saat akan membangun rumah sakit, Tzu Chi mulai
menjangkau orang banyak. Namun, saat itu Griya Jing Si masih sangat kecil. Griya
Jing Si yang kecil itu digunakan untuk bekerja, tidur, melakukan pradaksina, dan
membabarkan Dharma. Di ruang yang kecil itu, kita memulai pelatihan diri kita.
Perlahan-lahan,
Griya Jing Si terus diperluas hingga seperti sekarang. Anggota Tzu Cheng dan
komite kitalah yang membangun Griya Jing Si sedikit demi sedikit hingga seperti
sekarang ini. Jika dihitung, upah mereka akan mencapai jumlah yang besar. Namun,
jalinan jodoh kita akan berlanjut dari kehidupan ke kehidupan. Singkat kata, saya
bersyukur kepada kalian yang dari masa-masa awal hingga sekarang telah
membentangkan inci demi inci jalan.
Kita
telah mewariskan ajaran Jing Si dan mengukuhkan mazhab Tzu Chi. Ini berkat
dedikasi para relawan senior selama lebih dari 50 tahun ini. Dalam perjalanan
Tzu Chi selama bertahun-tahun ini, kita bisa melihat ada relawan baru yang
terus bergabung sehingga bisa membentuk barisan relawan yang panjang seperti
sekarang.
Kalian
mengikuti langkah saya dengan erat dan berikrar untuk mengikuti langkah saya dari
kehidupan ke kehidupan. Ini merupakan jalinan jodoh yang sangat dalam. Jalinan
jodoh kita bukan terbentuk dalam waktu singkat, tetapi dari kehidupan ke
kehidupan. Kalian terus mengikuti langkah saya.
Saya
juga pernah memberi tahu kalian bahwa setiap kali melangkah, saya
meninggalkan “delapan jejak kaki”. Saya hanya bisa terus melangkah maju dan tak
punya waktu untuk menoleh ke belakang. Kalian harus mengikuti langkah saya
dengan erat. Saya tak punya waktu untuk menoleh ke belakang.
Saya
hanya bisa melihat ke depan dan terus melangkah maju. Benar. Lihatlah, kini Tzu
Chi telah memasuki usia ke-52. Ini berkat insan Tzu Chi yang menghimpun sedikit
demi sedikit kekuatan. Di mana pun bencana besar terjadi, relawan dari Taiwan
akan pergi ke sana atau menggerakkan relawan di sekitar lokasi bencana untuk
memberikan bantuan.
Kita
telah memberikan bantuan kepada hampir 100 negara dan wilayah. Selain itu, kita
juga telah menginspirasi relawan lokal di hampir 60 negara dan wilayah. Ini
berkat akumulasi tetes demi tetes sumbangsih relawan kita. Dahulu, Tzu Chi
dimulai dari 30 buah celengan bambu dan tiga atau empat anggota komite. Tanpa
sumbangsih para relawan yang tak terputus, bagaimana Tzu Chi bisa berkembang seperti
sekarang ini?
Berkat
kekuatan para relawan kita, benih kebajikan bisa tersebar di seluruh dunia. Benih-benih
itu telah bertumbuh membentuk hutan pahala. Tidak peduli benih-benih itu tersebar
ke negara mana dan ditanam di mana, asalkan berasal dari pohon yang sama, maka
akan bertumbuh menjadi pohon yang sama seperti pohon induk.
Jika
tidak, saya tidak pernah pergi ke luar negeri, mengapa insan Tzu Chi di
berbagai negara bisa memiliki semangat dan penampilan yang sama? Tidak peduli
berasal dari negara mana, begitu relawan kita tiba di bandara di Taiwan, orang-orang
sudah tahu bahwa mereka adalah insan Tzu Chi.
Ke
negara mana pun relawan kita pergi, warga setempat tahu bahwa mereka
adalah insan Tzu Chi. Jadi, semua pohon yang tumbuh sama seperti pohon induk. Kini
insan Tzu Chi telah tersebar di seluruh dunia. Jika setuju dengan arah tujuan
Tzu Chi, kita harus meneguhkan tekad untuk menapaki jalan ini dari kehidupan ke
kehidupan.
Bukan
saya yang harus menoleh ke belakang, tetapi kalianlah yang harus mengikuti
langkah relawan di depan kalian dan membimbing relawan baru di belakang kalian.
Relawan senior sekalian, kalian harus melakukannya untuk saya. Kalian harus
membimbing dan meneguhkan tekad relawan baru.
Bodhisatwa
sekalian, saya sangat bersyukur pada kalian. Tidak peduli dari mana kalian
berasal, kalian bagaikan sebatang pohon yang memiliki cabang di sepuluh penjuru.
Dengan memiliki satu tujuan yang sama, maka dilihat dari sisi mana pun, pohon
ini akan terlihat sama. Jadi, tidak ada perbedaan depan atau belakang.
Saya
berharap setiap orang dapat bersungguh hati. Tzu Chi telah melakukan banyak
hal. Yang melakukannya bukan saya, melainkan kalian semua. Saya hanya terus
melangkah maju. Sesungguhnya, kalianlah yang telah menghabiskan waktu untuk
bersumbangsih. Kalian bisa berbagi dengan orang-orang bahwa selama 51 tahun
ini, para relawan Tzu Chi telah bersumbangsih dengan berbagai cara.
Lewat
Da Ai TV, kita sering melihat orang-orang berterima kasih atas cinta kasih
Taiwan. Jadi, Taiwan bagaikan sebatang pohon yang memiliki cabang di sepuluh
penjuru. Satu benih bertumbuh menjadi tak terhingga dan yang tak terhingga
bertumbuh dari satu. Di dalam hati kalian semua, terdapat benih yang sama.
Benih
ini juga bertumbuh menjadi pohon yang memiliki cabang di sepuluh penjuru. Jadi,
setiap negara yang memiliki jalinan jodoh dengan Tzu Chi juga memiliki jalinan
jodoh dengan kalian.
Dalam
benih berkah yang ditabur di berbagai negara terdapat jerih payah kalian. Kalian
telah menjalin jodoh baik secara luas. Bodhisatwa sekalian, kalian harus lebih
bersungguh hati. Selama 51 tahun ini, saya setiap hari berkata bahwa kita harus
lebih bersungguh hati. Kelak, saya masih akan mengucapkan “lebih bersungguh
hati” yang tak terhingga.
Kita
juga harus bersyukur setiap hari. Saya tidak bisa mengungkapkan semua rasa
syukur saya sekarang. Benar, kita harus membangkitkan cinta kasih universal. Alangkah
baiknya jika setiap orang bisa senantiasa bersungguh hati, dipenuhi rasa
syukur, rasa hormat, dan cinta kasih, serta bekerja sama dengan harmonis. Inilah
arah tujuan kita.
Empat
Ikrar Agung adalah jalan menuju kebuddhaan. Insan Tzu Chi harus membina ketulusan,
kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan. Dengan ketulusan, kita berikrar menyelamatkan
semua makhluk. Kalian harus ingat bahwa dalam meneladani Buddha, kita harus
membina ketulusan. Dengan kebenaran, kita berikrar memutus noda batin. Tanpa
kebenaran, bagaimana kita bisa memutus noda batin?
Dengan
keyakinan, kita berikrar mempelajari seluruh pintu Dharma. Untuk mencapai
kebuddhaan, kita harus bersungguh-sungguh menjalin jodoh baik secara luas serta
menjalankan Enam Paramita dan puluhan ribu praktik. Untuk mencapai kebuddhaan, kita
harus menempuh perjalanan yang panjang. Saya berterima kasih pada kalian semua.
Saya berharap kalian dapat membangkitkan cinta kasih universal dan senantiasa
bersungguh hati.
Jalinan jodoh antara guru dan murid terakumulasi dari kehidupan ke
kehidupan
Setiap kali melangkah, Master meninggalkan “delapan jejak kaki”
Benih kebajikan tersebar ke seluruh penjuru dunia dan membentuk hutan
pahala
Mewariskan
Dharma untuk selamanya
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 21 Mei 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 23 Mei 2017