Ceramah Master Cheng Yen: Mengingat Dharma dan Memikul Bakul Beras bagi Duni a

Setiap kali melihat celengan bambu yang bebentuk bunga teratai, saya sangat memuji relawan yang membuatnya. Ini adalah kesungguhan hati murid-murid saya. Mereka merancang dan menggunakan sepasang tangan mereka untuk mengukirnya agar ia bisa berputar dan bisa dibuka.

Ketika kita menuangkan koin ke dalamnya, setiap bunga teratai tersebut bisa berputar. Saya sangat memuji mereka. Saya benar-benar melihat banyak berkah dalam celengan bambu. Mereka terinspirasi karena memiliki kebijaksanaan. Tanpa kebijaksanaan, mereka tidak dapat melakukannya.

“Master, terima kasih. Saya Wang Yu-luan dari Puli. Saya menanam buah apel, pir, dan persik di Lishan. Saya sangat bersyukur bahwa topan tahun ini hanya lewat begitu saja dan tidak merusak tanaman kami sehingga kami mendapat panen yang baik. Karena itu, saya bisa berdonasi untuk membantu Master menolong orang,” tutur Wang Yu-luan, Relawan Tzu Chi.

 

“Untuk pergi ke kebun buahnya, dia tidak hanya harus naik mobil, tetapi juga harus naik gondola. Suatu kali, tali gondola tidak diikat dengan baik sehingga dia hampir terjatuh ke bawah,” terang Hong Qi-fen, Relawan Tzu Chi.

Anda harus lebih berhati-hati dan menjaga keselamatan Anda. Kalian berdua harus bekerja di atas gunung?

“Ya. Kami berdua bekerja di atas gunung. Berkat budi luhur Master, kami memiliki berkah ini dan masih dapat bekerja di usia kami ini,” jawab Wang Yu-luan.

Kalian menghasilkan uang sedikit demi sedikit dan telah menyumbang 9 komisaris kehormatan?

“Ya. Semua ini berkat ajaran Master,” kata Wang Yu-luan.

Kita bisa melihat bagaimana kerja keras Bodhisatwa yang tinggal di atas gunung ini. Setiap kali pulang, dia harus naik gondola. Dia menanam buah-buahan di atas gunung. Dia bekerja keras di kebun buahnya. Buah yang bagus akan dia jual dan hasil penjualannya disumbangkan ke Tzu Chi. Dia telah menyumbang 9 komisaris kehormatan. Mereka suami istri bekerja di kebun mereka. Saya sangat berterima kasih kepada mereka.

Saya berharap semua orang tahu mengapa saya sering mengucapkan terima kasih (gan en). Sungguh, dalam aksara "gan" mengandung aksara "xin" (hati). Aksara "en" terdiri atas aksara "yin" (sebab) dan "xin" (hati). Jadi, setiap benih tertanam di dalam hati. Kita telah merasakannya sehingga kita ingin menjadi sebutir benih.

Ketika dibimbing untuk berjalan di jalan Tzu Chi dan melihat penderitaan di dunia, kita ingin pergi membantu dan membimbing mereka. Jadi, kita harus membuka jalan ini. Jadi, kita harus membuka jalan ini. Bagi donatur yang belum bergabung dengan kita, kita harus membentangkan jalan dan membimbing mereka untuk berjalan di Jalan Bodhisatwa ini dan bergabung dengan Tzu Chi.

 

Jadi, kita bergabung dengan Tzu Chi dan berjalan di Jalan Bodhisatwa. Setelah bergabung dengan Tzu Chi, kita harus tahu untuk memikul bakul beras bagi semua makhluk di dunia. Semua orang memiliki tanggung jawab ini.

“Setelah Taiwan diguncang gempa 21 September 1999, saat itu Master pernah berkata bahwa pendidikan tidak boleh ditunda. Karena welas asih Master, Master ingin membangun kembali sekolah

walaupun tidak punya uang. Tzu Chi tidak hanya membantu membangun kembali sekolah-sekolah, tetapi juga meminimalkan risiko bencana. Kemudian, di banyak sekolah ada ruang baca Jing Si. Kita sering berkata bahwa membuka satu buku bagikan membuka seluruh dunia. Kami berharap setiap orang yang masuk ke ruang baca Jing Si dapat terinspirasi untuk bergabung ke dunia Tzu Chi

yang penuh cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin sehingga semua orang peduli dengan komunitas, sesama, dan pendidikan,” ujar Zou Geng-xin, Kepala Sekolah Dasar Shanzhu.

Mendengar apa yang dibagikan kepala sekolah atau guru yang sekolahnya terkena dampak gempa 21 September 1999, saya merasa mereka sangat bersungguh hati. Tahun ini ialah tahun 2019. Saya terus berharap semua orang dapat mengenang kembali gempa yang terjadi pada tanggal 21 September 1999. Tentu saja, saya juga berharap insan Tzu Chi dapat mengenang kembali gempa yang terjadi pada tahun itu.


Bagi saya, saya tidak akan melupakan tahun itu. Tahun itu terjadi banyak bencana alam dan bencana akibat ulah manusia. Ada bencana gempa, bencana topan, dan bencana akibat ulah manusia yang membutuhkan Tzu Chi untuk pergi memberikan bantuan bencana. Jadi, saya berkata kepada insan Tzu Chi bahwa kita jangan melupakan tahun itu.

Tahun itu, pascagempa 21 September 1999, kita menerima bantuan dari seluruh dunia. Relawan Tzu Chi di banyak negara terjun ke jalan untuk menggalang dana. Saya ingin membantu pembangunan ulang sekolah-sekolah itu, tetapi pada saat itu, Yayasan Tzu Chi tidak memiliki uang untuk proyek pembangunan ini. Saya melihat daftar sekolah yang dikirim dari Kementerian Pendidikan untuk mencari tahu berapa banyak sekolah yang bisa kita bantu pembangunannya.

Wakil Ketua Lin dan Wakil Ketua Wang berada di samping saya. Melihat saya terus mencentang satu demi satu sekolah yang ada di dalam daftar, mereka berkata, "Master, Anda sudah mencentang lebih dari 30 sekolah dan yang Master centangi semuanya adalah sekolah besar." Saya masih ingat bahwa saya menjawab, "Jika kita tak membantu membangun kembali sekolah yang besar, siapa yang akan membantunya?"

Mereka berkata, "Itu akan menghabiskan banyak uang. Apakah kita memiliki begitu banyak uang?" Saya masih terus mencentangi daftar sekolah. Mereka berkata, "Dari mana uang kita untuk membantu membangun kembali lebih dari 30 sekolah?" Saya berkata kepada mereka, "Kita harus yakin bahwa kita tidak memiliki pamrih dan yakin orang-orang memiliki cinta kasih." Inilah keyakinan saya.

 

Saya yakin saya tidak memiliki pamrih. Setelah pembangunan sekolah selesai, kita menyerahkannya kepada pihak sekolah. Namun, selama lebih dari 10 tahun, kita masih terus memberi perhatian kepada sekolah-sekolah itu. Saya berharap dapat membina minat membaca para murid. Di luar pelajaran, para murid juga dapat menyerap Kata Renungan Jing Si, membaca kisah-kisah yang bagus, buku anak-anak, dll. Seperti inilah kita menambah budaya humanis dalam pendidikan dan membimbing mereka berjalan di jalan yang benar.

Setiap hari, saya berkata bahwa kita harus menyucikan hati manusia. Meski ada banyak bencana di dunia, tujuan kita ialah membangkitkan cinta kasih semua orang. Saya berharap semua orang memiliki cinta kasih dan berjalan di Jalan Tzu Chi yang rata ini.

Jangan sampai jalan rata yang ini pun tidak dapat dilewati karena orang-orang menghadapi hambatan ketika ingin menjadi donatur. Jika begitu, bagaimana mereka memasuki Jalan Bodhisatwa?

Jika mereka tidak dapat memasuki Jalan Bodhisatwa, kita tidak dapat menyucikan hati mereka. Ini sungguh sangat disayangkan. Kehidupan ini sangat singkat dan penuh penderitaan. Jadi, kita harus menggenggam waktu dan memanfaatkan kehidupan. Yang bisa kita lakukan, harus kita lakukan. Kita harus mengingat Dharma di dalam hati dan menerapkannya dalam keseharian.

 

Mengukir bunga teratai pada celengan bambu dengan kebijaksanaan

Menaiki gondola untuk pergi menjaga kebun buah

Membangun ikrar untuk menebarkan benih kebajikan

Memikul bakul beras bagi dunia demi membimbing semua makhluk

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 16 Maret 2019

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 18 Maret 2019

Benih yang kita tebar sendiri, hasilnya pasti akan kita tuai sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -