Ceramah Master Cheng Yen: Mengingat Nasihat dengan Hati Penuh Syukur

Melihat anak-anak kita, hati saya dipenuhi sukacita. Saya merasa sangat gembira dan sangat ingin mengulurkan tangan untuk merangkul anak-anak ini. Mereka sangat menggemaskan. Saya bersyukur kepada para orang tua yang memberikan pendidikan keluarga dan pendampingan dengan sepenuh hati sejak mereka kecil. Saya bersyukur para orang tua mengantarkan anak mereka ke TK, SD, SMP, dan SMA Tzu Chi.

Melihat kelulusan mereka hari ini, saya sangat bersyukur. Selain bersyukur kepada para orang tua, saya juga bersyukur kepada para Ayah Tzu Cheng dan Ibu Yi De yang terus bersumbangsih. Mereka mengasihi dan melindungi anak-anak kita bagai cucu sendiri. Mereka berkomunikasi dengan anak-anak sesuai usia dan kemampuan anak-anak. Mereka mengasihi anak-anak dengan cinta kasih kakek dan nenek.


Selama bertahun-tahun, saya sangat bersyukur. Cinta kasih mereka sangat tulus. Mereka bersumbangsih dengan uang dan tenaga. Saya sangat bersyukur. Tentu saja, saya juga bersyukur kepada para guru yang begitu bersungguh-sungguh, tulus, dan perhatian. Dahulu, mereka memilih menjadi guru karena berikrar menjadi guru teladan. Sungguh, mereka tidak menyimpang dari jalan pilihan mereka. Mereka selalu berpegang pada aturan dan semangat misi. Mereka selalu menaati aturan dan bersiteguh menjalankan misi mereka karena cita-cita utama mereka adalah menjadi guru teladan.

Menjadi guru berarti menjadi teladan. Guru memberikan teladan moral dan karakter. Seumur hidup, guru harus menjadi teladan. Ini sungguh tidak mudah. Di era sekarang, para guru bisa menaati aturan serta mengasihi dan melindungi murid-murid dengan ikrar mereka, saya sungguh sangat bersyukur. Selain itu, kita juga membina kebajikan sejak usia dini. Setiap kali kita menyerukan penyaluran bantuan bencana internasional, anak-anak kita selalu turut menyambut dengan semangat celengan bambu.


Kita membina cinta kasih mereka sejak usia dini untuk berbuat baik dan menciptakan berkah bagi masyarakat setiap hari. Dalam pertumbuhan anak-anak, kita melatih ketenangan mereka agar mereka dapat memiliki arah tujuan yang pasti. Dengan ketenangan, hati mereka akan damai. Dengan hati yang damai, pikiran mereka tidak akan menyimpang. Jika bisa demikian, setelah tumbuh dewasa, anak-anak ini bisa mewujudkan masyarakat yang harmonis dan memiliki potensi untuk bersumbangsih bagi masyarakat.

Lihatlah, banyak anak-anak yang bergerak dengan serentak. Begitu banyak anak-anak yang menghasilkan bunyi dengan serentak. Dari sini bisa diketahui kekompakan mereka. Dengan kekompakan, mereka bisa bergerak dengan serentak. Jadi, dengan ketenangan, akan tercipta kedamaian dan kekompakan. Saya sangat tersentuh melihatnya.


Upacara kelulusan Universitas Tzu Chi membuat saya sangat bersyukur dan tersentuh. Kita bisa melihat rektor dan para dosen memperagakan isyarat tangan lagu “Nasihat”. Sungguh, hidup ini hanya puluhan tahun. Karena itu, kita harus ingat untuk bersyukur atas ingatan yang baik. Dalam perjalanan hidup ini, ada berapa banyak hal yang pantas disimpan dalam ingatan kita? Contohnya rasa syukur saya kepada guru saya. Pesan guru saya adalah demi ajaran Buddha, demi semua makhluk. Demi enam kata ini saja, sudah ada banyak misi yang tidak habis saya jalankan. Saya akan selamanya mengingat kewajiban dan arah tujuan saya.

Arah tujuan dan tekad satu orang bukan hanya berdampak bagi diri sendiri, tetapi juga bisa berdampak bagi seluruh dunia. Dalam hidup ini, kita mungkin sering tersesat karena delusi yang timbul terus-menerus. Namun, para Ayah Tzu Cheng dan Ibu Yi De mengasihi anak-anak kita bagai anak-anak sendiri. Mereka terus mendampingi anak-anak kita. Membangkitkan rasa syukur berarti membangkitkan cinta kasih. Inilah jawaban atas kehidupan ini.


Dengan melenyapkan delusi, kita akan tersadarkan. Inilah jawaban terbaik atas kehidupan ini. Ini karena orang yang tersadarkan akan selalu dipenuhi rasa syukur. Kita harus senantiasa bersyukur. Gabungan aksara “yin” (benih) dan “xin” (hati) akan membentuk aksara “en” (syukur). Berhubung berjodoh dengan Tzu Chi, maka kalian bersekolah di Tzu Chi. Benih baik dengan kondisi pendukung yang baik harus ditanam di dalam hati.

Jalinan jodoh baik ini harus selamanya diingat di dalam hati. Kita harus selamanya ingat dan bersyukur kepada orang-orang yang telah menjalin jodoh baik dengan kita. Jadi, membangkitkan rasa syukur berarti membangkitkan cinta kasih. Inilah jawaban terbaik atas kehidupan ini. Jika jawaban yang baik bisa dijadikan pedoman hidup, kalian seharusnya bisa memiliki masa depan yang cerah. Saya berharap anak-anak dapat memahami maksud saya.


Kita sungguh harus bersyukur kepada para guru, Ayah Tzu Cheng, Ibu Yi De,dan orang tua. Orang tua melahirkan, membesarkan, dan mendidik kalian sejak kecil hingga sekarang. Orang tua sangat bekerja keras. Kelak, kesuksesan kalian juga merupakan arah tujuan mereka. Jadi, arah tujuan kalian kelak juga akan diwariskan kepada generasi-generasi penerus kalian.  Demikianlah kehidupan. Kalian harus mengingat nasihat para dosen. Hidup manusia sangat singkat, hanya puluhan tahun. Karena itu, kita harus bersungguh-sungguh mengingat jalinan jodoh baik ini dan senantiasa bersyukur.

Saat ini adalah masa-masa kelulusan. Saya mendoakan anak-anak. Saya juga bersyukur pada para orang tua, Ayah Tzu Cheng, Ibu Yi De, rektor, dan dosen yang memberi pendampingan dengan sepenuh hati dan penuh cinta kasih. Saya dengan tulus mendoakan anak-anak semoga memiliki tujuan yang pasti dan masa depan yang cerah. Saya mendoakan kalian. Terima kasih.

Bertekad menjadi guru untuk membimbing menuju arah yang benar

Menumbuhkan akar kebajikan serta melatih ketenangan dan kebijaksanaan

Mengingat nasihat guru dengan hati penuh rasa syukur

Menggapai masa depan yang cerah dan tak terbatas

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 15 Juni 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Li Lie

Ditayangkan tanggal 17 Juni 2018
Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -