Ceramah Master Cheng Yen: Menginspirasi Bodhisatwa yang Tak Terhingga
Selamat Hari Ayah! Hari ini adalah Hari Ayah di Taiwan. Saya mendoakan semoga setiap ayah bahagia dan dipenuhi sukacita. Sungguh, yang terpenting adalah bersyukur dan mendoakan. Selain itu, kita juga harus memahami kebenaran dan membuka pintu hati. Kita harus menuju arah yang benar dan melakukan hal yang benar. Inilah yang disebut kebijaksanaan. Dengan memahami kebenaran, kita bisa berbuat baik di tengah masyarakat dan membawa manfaat bagi orang banyak.
Inilah
cara mengembangkan nilai hidup kita.
“Orang lain mungkin merasa bahwa kontribusi saya sangat besar. Sesungguhnya,
kontribusi setiap insan Tzu Chi bagi masyarakat sangat besar. Saya bisa terus
berkontribusi hingga sekarang berkat dukungan anak-anak dan keluarga saya,”
kata Chen Qing-bo, relawan Tzu Chi di Sanxia.
Kita
bisa melihat relawan Chen di Sanxia. Banyak orang yang memanggilnya “Dewa Bumi
Sanxia”. Sebelum bergabung dengan Tzu Chi, dia juga pernah berjalan menyimpang.
Dia sibuk meniti karier demi keluarganya, tetapi arahnya agak menyimpang.
“Dahulu, dia sangat gemar bermain mahyong. Terkadang, dia
bermain hingga dua atau tiga hari tidak pulang ke rumah,” kata istri Chen.
“Lalu, apa yang Anda lakukan?” tanya reporter.
“Saya bersabar menghadapi semua itu. Saat sibuk, dia bermain
mahyong. Saat tidak sibuk, dia juga bermain mahyong.”
“Sekarang sudah tidak seperti itu?” tanya reporter kembali.
“Sekarang? Setelah bergabung dengan Tzu Chi, hal pertama yang dilakukannya
adalah berhenti bermain mahyong. Saya yakin setelah bergabung dengan Tzu Chi, dia bisa memperbaiki tabiat buruknya. Sungguh, dalam waktu singkat,
dia berhenti berjudi. Sekarang temperamennya juga jauh lebih
baik,” terang istri Chen.
“Saya sudah lama mengenal Tzu Chi. Saat itu, saya hanya membantu
sesuai permintaan relawan lain. Saya bisa membantu kegiatan Tzu Chi, tetapi tidak
bersedia mendaftar karena jika mendaftar, maka saya harus menaati aturan. Saya
masih memiliki banyak tabiat buruk, seperti berjudi dan minum minuman keras. Sifat
saya juga sangat keras dan tidak mudah dibujuk. Kemudian, saya membantu
kegiatan seminar dan donor sumsum tulang. Saya melakukannya dengan gembira, tetapi
tetap tidak bergabung dengan Tzu Chi. Belakangan, saya baru bergabung. Dengan
bersumbangsih secara nyata, kita baru bisa merasakannya sendiri,” kata Chen.
Setelah mengikuti kegiatan Tzu Chi, dia bisa memahami Jalan Tzu Chi. Dia memahami jalan kebenaran dan bertekad untuk mencapai kebuddhaan. Ini berawal dari sebersit niat. Dahulu, dia bersungguh hati meniti karier. Kini, dia juga sangat bersungguh hati mengemban misi Tzu Chi. Selama lebih dari 20 tahun ini,
dia
mengatasi berbagai kesulitan. Dia juga merupakan relawan pertama yang mengemban
tanggung jawab sebagai relawan dokumentasi. Dia meninggalkan sejarah mengenai
setiap kegiatan Tzu Chi sehingga kita bisa melihat kegiatan apa yang diadakan Tzu
Chi pada waktu tertentu. Dia sangat ahli dalam melakukan perencanaan dan menginspirasi
orang lain. Peranan apa pun yang dimainkannya, dia selalu berusaha sebaik
mungkin. Dia memiliki hati Bodhisatwa, menapaki Jalan Bodhisatwa, dan terus
menginspirasi orang lain.
Inilah
kisah Relawan Chen. Kini dia telah berusia 84 tahun, tetapi dedikasinya tidak
berkurang. Dia tetap sangat bersungguh hati. Selama ini, dia tidak pernah absen
dari kegiatan Tzu Chi. Terlebih penggalakan kegiatan daur ulang, dia
melakukannya dengan sangat baik. Dia dan istrinya memiliki kesatuan tekad. Mereka
bersumbangsih secara nyata dan telah menginspirasi banyak relawan untuk meneladani
mereka. Mereka sungguh merupakan teladan. Sebelumnya, tempat itu adalah sebuah
tanur. Kemudian, kita membersihkannya. Lahan itu dimanfaatkan dengan baik untuk
menanam buah-buahan dan sayuran. Dia sering mengajak relawan lain bercocok
tanam di sana dan berbagi hasil dengan semua orang. Jadi, para relawan
bersama-sama menanam sayuran organik dan berbagi hasil.
Pascatopan
Haiyan di Filipina, tempat itu juga digunakan untuk membuat material ruang
kelas dan rumah sementara bagi korban bencana di Filipina. Saya sangat
tersentuh melihat para relawan di Sanxia yang pergi ke sana untuk membantu, bahkan
relawan berusia 80-an hingga 90-an tahun juga turut membantu. Saat pergi ke
sana, dari jauh saya melihat seorang relawan yang sudah beruban turut membantu
mengangkat kerangka baja. Setelah berjalan mendekat, saya melihat bahwa relawan
itu adalah Gao Ai. Saya berkata padanya, “Kamu sudah lanjut usia, mengapa tidak
membiarkan relawan yang lebih muda mengerjakannya?” Dia berkata, “Master,
justru karena saya sudah lanjut usia, orang lain pasti akan mengerjakannya jika
saya tidak mengerjakannya.” “Jadi, saya
harus menggenggam kesempatan ini.” Dia selalu menawarkan diri untuk melakukan
pekerjaan yang berat.
Seperti
inilah insan Tzu Chi. Meski sudah berusia 80-an tahun, dia tidak menyerah pada
usia. Seperti inilah dia bersumbangsih selama ini. Ada banyak relawan
sepertinya, termasuk istri Relawan Chen. Relawan Zi-fan juga tidak pernah absen
dari kegiatan Tzu Chi, sama seperti suaminya. Mereka berdua bagaikan Dewa dan
Dewi Bumi yang menjadi pelindung di Sanxia. Sanxia adalah sebuah ladang
pelatihan Bodhisatwa. Satu benih bertumbuh menjadi tak terhingga dan yang tak
terhingga bertumbuh dari satu. Mereka menginspirasi satu demi satu relawan hingga
membentuk barisan yang panjang. Sejak mereka mengajak orang-orang berkunjung ke
Griya Jing Si hingga sekarang, mereka telah menginspirasi banyak relawan.
Jadi,
satu benih tumbuh menjadi tak terhingga. Kita harus menanam benih kebajikan di
dalam hati setiap orang agar benih-benih ini bisa bertumbuh menjadi kebajikan
yang tak terhingga di dunia ini. Intinya, menapaki Jalan Bodhisatwa sangatlah
penting. Kini perubahan iklim sungguh sangat ekstrem. Setiap hari, kita bisa
melihat bencana terjadi. Kita harus bermawas diri dan berhati tulus. Saya
berharap setiap orang bisa bermawas diri dan membangkitkan ketulusan dari lubuk
hati masing-masing. Kini jumlah sumber daya alam yang dikonsumsi manusia telah
melampaui jumlah sumber daya alam yang dihasilkan Bumi. Seluruh umat manusia
harus bekerja sama untuk mengubah pola hidup dan pola pikir masing-masing. Jika
setiap orang bisa menjaga pikiran masing-masing, maka akan membawa manfaat
besar bagi kondisi iklim. Ini bergantung pada hati setiap orang. Jika kita bisa
membangkitkan hati Bodhisatwa untuk bersumbangsih bagi umat manusia, maka nilai
hidup kita akan meningkat dan berkah kita akan bertambah. Dengan demikian,
dunia baru bisa harmonis, aman, dan tenteram.
Mengubah kesesatan menjadi
kesadaran dan berikrar untuk bersumbangsih
Menggarap ladang berkah di
komunitas
Menginspirasi satu demi satu
relawan hingga membentuk hutan Bodhi
Menghimpun kekuatan untuk menciptakan keharmonisan
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 8 Agustus 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 10 Agustus 2017