Ceramah Master Cheng Yen: Menginspirasi Kebajikan untuk Menciptakan Berkah Bersama


“Saya sangat bersyukur kepada Master. Bergabung dengan Tzu Chi adalah hal yang paling membahagiakan bagi saya. Putra saya juga bergabung dengan Tzu Chi. Kini dia telah menjadi anggota Tzu Cheng. Saya sangat gembira putra saya bisa bergabung dan mewarisi semangat Tzu Chi. Berkat Master, saya bisa memiliki keluarga yang harmonis, putra saya bisa keluar bersumbangsih, dan semua anak saya sangat berbakti. Saya bersyukur kepada Master,”
kata Xiao Chun-feng relawan Tzu Chi.

Bodhisatwa sekalian, selama beberapa hari berada di sini, saya mendengar banyak orang berbagi kisah masing-masing. Ada orang yang berbagi kisah yang membahagiakan, ada pula yang berbagi tentang orang tua yang sudah berusia lanjut dan mengalami penurunan fungsi tubuh. Semua ini adalah bagian dari hukum alam.

Melihat bagaimana mereka berbakti pada orang tua, saya merasa bahwa mereka sungguh dipenuhi berkah. Dengan berbakti kepada orang tua, mereka telah memupuk berkah bagi diri sendiri.

Saat anak atau menantu berbakti kepada orang tua, berarti mereka tengah menciptakan berkah. Mereka bertindak secara nyata untuk berbakti kepada orang tua yang merupakan Buddha hidup dalam keluarga mereka.


“Ayah saya meninggal dunia saat berusia 80 tahun. Saat itu, ibu saya berusia 77 tahun dan kesehatannya sangat baik. Saat beliau berusia 86 atau 87 tahun, fungsi otaknya mulai menurun. Karena itu, beliau menjadi sangat keras kepala. Sulit bagi saya untuk berkomunikasi dengannya. Lalu, apa yang harus saya lakukan? Beruntung, kita selalu mengikuti kegiatan relawan dan melakukan survei kasus. Kita tahu bahwa saat seseorang jatuh sakit, yang dibutuhkannya ialah pendampingan keluarga,”
kata Chen Dong-ming relawan Tzu Chi.

“Saat itu, saya merasa bahwa saya harus merawat ibu saya sendiri. Kehidupan sungguh tidak kekal. Kesehatan ibu saya memburuk dengan cepat. Dari terkena demensia hingga tidak bisa berjalan dan hanya terbaring di ranjang, semua itu terjadi dengan cepat. Saya sangat bersyukur bisa mempelajari banyak pengetahuan medis setelah bergabung dengan Tzu Chi sehingga saya dan istri saya bisa merawat ibu saya tanpa mengalami kesulitan apa pun. Saya merawat ibu saya selama belasan tahun,” lanjut Chen Dong-ming relawan Tzu Chi.

“Saat ibu saya meninggal dunia pada usia 101 tahun, di tubuhnya sama sekali tidak ada ulkus dekubitus. Saat berkunjung ke rumah saya, ada banyak petugas dari rumah sakit yang berkata, ‘Kalian berdua merawatnya dengan baik. Meski beliau sudah lanjut usia, tetapi kulitnya terjaga dengan baik.’ Tentu saja, sebagai putranya, saya merawatnya dengan sukarela dan penuh sukacita. Saat ibu kita masih ada di sisi kita, itu adalah berkah kita,” pungkas Chen Dong-ming relawan Tzu Chi.


Mengenai orang tua sendiri, sebagian orang mungkin berpikir, "Mereka mengomeli saya setiap hari. Menjengkelkan sekali." Apakah ini bisa disebut berbakti? Tidak, karena mereka tidak menghormati orang tua. Jadi, setiap orang hendaklah menaati tata krama. Tata krama adalah bagian dari prinsip kebenaran.

Bodhisatwa sekalian, saat saya berkunjung ke sini, kalian selalu sangat tertib. Saat saya tiba, kalian semua berdiri dengan tertib dan memberi penghormatan pada saya. Saya bisa merasakan rasa hormat kalian terhadap Tiga Permata. Prinsip kebenaran tak lepas dari tata krama. Saya juga merupakan bagian dari Tiga Pertama, yaitu anggota Sangha. Anggota Sangha harus berpegang pada Dharma. Karena itulah, saya sangat menghormati Dharma dan selalu membabarkan Dharma.

Bodhisatwa sekalian, kalian menghormati saya karena saya telah menyerap ajaran Buddha dan berusaha untuk menyebarluaskannya agar orang-orang dapat memahaminya. Jadi, saya hanyalah mendengar Dharma dan mewariskannya ke seluruh dunia.

Di Tzu Chi, kita hendaklah mewariskan Dharma dan menaati tata krama. Jika semua orang di dunia ini dapat berinteraksi dengan harmonis dan menaati tata krama, bukankah dunia ini akan aman dan tenteram?


Buddha datang ke dunia ini untuk mengajarkan cara menjaga kesehatan jiwa dan raga. Berhubung di Dunia Saha ini terdapat kebaikan dan keburukan, kita hendaknya mengimbau orang-orang untuk menjauhi keburukan dan menuju kebaikan. Inilah ajaran Buddha.

Agar bisa selamanya menjauhkan keburukan, kita harus lebih sering memberikan imbauan. Untuk itu, kita harus lebih bersungguh hati. Asalkan memiliki kesungguhan hati, kita pasti bisa menyebarluaskan Dharma.

Kita bisa melihat Relawan Faisal Hu dari Turki. Dia bisa menjalankan Tzu Chi di Turki tanpa perlu pindah agama. Dia tetaplah umat Islam. Dia memberi penghormatan tertinggi kepada saya dengan gestur seperti ini dan saya membalasnya dengan beranjali.

Dengan beranjali, berarti kita memusatkan pikiran dan bersungguh hati untuk mengikis sepuluh karma buruk dan menapaki jalan kebajikan. Dengan menghapus pikiran bercabang dan memutus pikiran buruk, kini saya memusatkan pikiran dan dengan tulus mendoakan kalian semua. Kalian juga memusatkan pikiran untuk menaati sepuluh sila Tzu Chi dengan sepenuh hati.

Kita mempelajari ajaran Buddha untuk menyadarkan diri sendiri dan menapaki jalan kebajikan. Dengan mengikis sepuluh karma buruk, barulah kita bisa menjadi makhluk berkesadaran dan membangkitkan rasa hormat yang tulus. Apakah kalian mengerti? (Mengerti).


Hari ini, kehadiran Relawan Faisal Hu beserta ayahnya membuat saya merasakan bahwa meski menganut agama yang berbeda, semua orang bisa menghormati satu sama lain. Inilah yang saya katakan setiap hari. Jadi, ingatlah bahwa gestur ini menandakan penghormatan tertinggi bagi umat Islam.

Jika bertemu umat Islam, kita juga bisa menggunakan gestur ini untuk menunjukkan rasa hormat kita pada mereka. Kita juga bisa membalas mereka dengan beranjali yang berarti kita mengikis sepuluh karma buruk, kembali pada pikiran baik, dan dipenuhi rasa syukur.

Singkat kata, prinsip kebenaran dan tata krama diajarkan oleh semua agama. Sifat hakiki manusia ialah bajik dan semua orang memiliki hakikat kebuddhaan. Buddha mengatakan bahwa semua orang memiliki hakikat kebuddhaan dan setiap orang bisa mencapai kebuddhaan dengan melatih diri.

Jadi, kita hendaklah bersyukur kepada Buddha yang membimbing kita untuk menjadi makhluk berkesadaran. Karena itu, kita harus mempraktikkan ajaran Buddha dan menghormati Tiga Permata.  

Menjalankan misi Tzu Chi demi menyebarkan kebajikan
Menjadi makhluk berkesadaran dengan menghapus pikiran bercabang
Hormat dan berbakti kepada orang tua serta menaati tata krama
Tulus memutus keburukan dan menciptakan berkah bersama       
         
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 15 November 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 17 November 2021
Semua manusia berkeinginan untuk "memiliki", padahal "memiliki" adalah sumber dari kerisauan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -