Ceramah Master Cheng Yen: Menginspirasi Semua Makhluk dengan Hati yang Benar dan Tulus
“Untuk para lansia yang hidup sebatang kara, kami mulai untuk memperbaiki keamanan rumah mereka. Kami berharap bisa merajut sebuah jaringan yang aman di tengah komunitas dan membangun sebuah lingkungan yang indah, yaitu keluarga dan tetangga yang saling membantu. Oleh karena itu, kami telah melakukan banyak aksi kepedulian terhadap para lansia,” kata Zhang Ji Duo, Wakil ketua badan misi amal Tzu Chi.
“Sepanjang tahun 2024, keterlibatan relawan dalam kegiatan tersebut telah mencapai lebih dari 137 ribu kali. Relawan telah menyelesaikan proyek di 9.300 rumah yang tersebar di 22 kabupaten dan kota. Satu hal lain yang sangat diapresiasi ialah platform alat bantu yang kami sebut sebagai ‘alat berkah’,” lanjut Zhang Ji Duo.
“Setiap tahun, alat bantu yang kami salurkan membantu masyarakat menghemat pengeluaran. Sejak tahun 2017 hingga kini, total penghematan telah mencapai lebih dari 1 miliar dolar NT dan jumlah keluarga penerima manfaat mencapai lebih dari 70 ribu,” pungkas Zhang Ji Duo.
Memang, kita semua tengah mencurahkan perhatian. Bagaimana Tzu Chi bisa benar-benar berakar dengan kuat? Semua ini bermula dari Taiwan, dari sebuah benih kecil yang ditanam di waktu dan tempat yang tepat. Berkat adanya waktu yang tepat dan kondisi yang mendukung, sesuatu yang sangat kecil bisa berkembang hingga menjangkau seluruh dunia.
“Perjalanan Tzu Chi bersama PBB telah berlangsung hampir 14 tahun. Hingga tahun 2024, kita telah bekerja sama dengan banyak organisasi kemanusiaan. Kita sangat berterima kasih atas upaya yang dilakukan oleh Divisi Kerohanian Tzu Chi sehingga kita dapat bekerja sama dengan lebih dari 29 LSM dan organisasi keagamaan untuk merespons keadaan darurat serta mengerjakan berbagai proyek bantuan terkait bencana alam dan bencana akibat ulah manusia,” kata Huang Jing En, Kepala Departemen Pengembangan Anak Muda dan Kerja Sama Global.
“Tentu saja, seperti yang dikatakan Master, apa yang kita lakukan bukan untuk mencari keuntungan, melainkan merupakan usaha untuk memperkuat posisi di panggung internasional demi menyebarkan Dharma, menggalakkan vegetarisme, dan mendorong kebajikan,” pungkas Huang Jing En.

Belakangan ini, saya terus merenung tentang betapa cepatnya waktu berlalu. Sudah lebih dari 2.500 tahun sejak Buddha datang ke dunia. Lebih dari 2 ribu tahun yang lalu, Buddha datang ke dunia untuk membabarkan Sutra Teratai. Tzu Chi pun berakar dari ajaran Sutra Teratai dan telah berjalan lebih dari 50 tahun. Semangat Sutra Teratai inilah yang terus kita hayati. Dimulai dari 50 sen, Tzu Chi bisa berkembang menjadi seperti sekarang ini.
Belakangan ini, saya juga terus mengingat bahwa kita tidak boleh meremehkan sebersit niat baik yang muncul di dalam hati. Selama arahnya benar, niat itu bisa melahirkan banyak perbuatan baik yang berlandaskan ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan. Kita semua memiliki pemikiran yang tulus dan keyakinan yang sama. Tanpa membeda-bedakan agama, kita semua teguh pada kebenaran.
Buddha adalah perwujudan hati yang benar dan tulus. Buddha datang ke dunia dengan satu tujuan utama, yaitu menuntun semua makhluk menuju ke arah kesadaran sempurna. Oleh karena itu, belakangan ini, saya terus berbicara tentang "belajar" dan "sadar". Hendaknya kita mempelajari ajaran Buddha. Melalui proses belajar, kita dapat melihat jalan yang membuat kita tidak menyimpang.
“Berkat adanya proyek peningkatan keamanan rumah, pemberian perhatian di komunitas, dan platform alat bantu ramah lingkungan, masyarakat lebih merasakan kehadiran Tzu Chi. Semua ini adalah hal paling dasar yang kami lakukan. Inilah praktik nyata yang benar-benar hadir di tengah masyarakat,” kata Yan Bo-wen, Ketua badan misi amal Tzu Chi.
“Beberapa kali ketika terjadi banjir dan topan di Taiwan, relawan Tzu Chi turun tangan untuk membantu membersihkan lingkungan. Semua orang merasakan kehadiran kita. Inilah bagian paling mendasar dari misi Tzu Chi. Oleh karena itu, saya merasa bahwa kita bisa menjalankan hal-hal ini seperti biasa. Kita harus ingat tekad awal ketika pertama kali melangkah di jalan ini,” pungkas Yan Bo-wen.

Hari ini, saya merasa sangat bersukacita, terutama ketika mendengar tentang apa yang dilakukan oleh insan Tzu Chi dalam membawa manfaat bagi komunitas. Dari awal hingga kini, semuanya dilakukan dengan tulus demi kesejahteraan masyarakat. Tadi, kita juga membicarakan tentang alat bantu. Insan Tzu Chi selalu mengumpulkan alat bantu yang sudah tidak digunakan. Begitulah insan Tzu Chi menghargai berkah.
Seperti tempat tidur, mereka bahkan mengangkatnya satu per satu untuk dikumpulkan di satu tempat. Lalu, anggota komite Tzu Chi akan membersihkan, mencuci, dan memperbaikinya hingga bersih. Ketika ada yang membutuhkan, kita pun siap mengirimkan tempat tidur yang masih bagus dan bersih itu. Tidak peduli seberapa tinggi gunung yang harus dilalui, tempat tidur itu tetap diangkut ke sana. Inilah wujud cinta kasih insan Tzu Chi.
Terutama soal pegangan tangan, semuanya sangat teliti dalam memasangnya. Belakangan ini, saya merasa bahwa pegangan tangan itu sangatlah bermanfaat. Saat keluar dan masuk, saya bisa merasakan betapa bergunanya pegangan tangan itu. Jadi, saya merasa sangat berterima kasih kepada seluruh insan Tzu Chi, terutama anggota Tzu Cheng.
Memang benar, mulai dari komisaris kehormatan hingga para pedagang kecil di pinggir jalan, semuanya memiliki satu niat yang sama. Tak ada perbedaan siapa yang menjabat sebagai direktur dan siapa yang hanya seorang pekerja biasa. Semuanya berhimpun untuk bekerja sama.
Ketika ada barang yang berat, mereka memikulnya bersama; ketika ada sesuatu yang kotor, mereka bersama-sama membersihkannya. Inilah yang disebut dengan kesetaraan. Inilah ajaran sejati Buddha saat datang ke dunia, yaitu membimbing semua makhluk untuk memiliki pandangan kesetaraan. Insan Tzu Chi telah mewujudkan ajaran itu.
“Berhubung telah melakukan begitu banyak hal, para relawan komunitas juga layak mendapatkan perhatian. Pengabdian tanpa pamrih mereka tak ternilai harganya. Rambut hitam telah berubah menjadi putih. Mereka makin membutuhkan kehangatan dan tempat bernaung di masa tua. Hendaknya kita tidak melupakan para relawan lansia,” kata Wang Duan-zheng, Ketua badan misi budaya humanis Tzu Chi.
“Selama ini, kita selalu memperhatikan mereka yang lemah dan yang membutuhkan perhatian. Namun, jangan sampai kita lupa dengan relawan kita sendiri yang telah mendedikasikan hidup untuk Tzu Chi dari muda hingga tua. Mereka butuh tempat yang baik untuk menghabiskan masa tua. Oleh karena itu, janganlah kita melupakan relawan komunitas,” pungkas Wang Duan-zheng.

Masih banyak hal yang perlu dilakukan, baik proyek peningkatan keamanan rumah, pelayanan medis, maupun perawatan jangka panjang. Kita juga memiliki Aula Jing Si. Setiap kali mengunjungi salah satu aula, saya selalu melihat kegiatan pendampingan lansia di sana.
Para lansia datang untuk belajar dan mengikuti kelas dengan sukacita. Para lansia akan datang di pagi hari dan beraktivitas seharian di sana. Sore harinya, mereka dijemput oleh anak mereka atau diantar pulang oleh kita. Ini sangat menyentuh hati.
Sungguh, begitu banyak hal yang patut disyukuri, apalagi sekarang, dengan terjadinya perubahan iklim, saat terjadi bencana di suatu negara atau wilayah, hal pertama yang harus ditanyakan ialah keamanan insan Tzu Chi di sana. Jika aman, kita dapat menanyakan tentang kondisi bencana di negara mereka.
Insan Tzu Chi di sana akan segera memberikan informasi dan melaporkan daerah mana yang membutuhkan bantuan. Semua ini dimungkinkan karena adanya jaringan komunikasi yang cepat serta teknologi informasi yang memadai sehingga bantuan bisa segera disalurkan. Semua ini patut untuk disyukuri.
Tentu saja, semua ini bisa terlaksana berkat dukungan bersama. Dalam melakukan sesuatu, kita harus selalu siap bertindak tepat waktu. Berkat pimpinan ketua badan misi amal Tzu Chi, semua departemen dapat bertindak dengan cepat dan efisien. Saya merasa sangat bersyukur. Tzu Chi benar-benar telah melakukan hal-hal yang sangat baik untuk masyarakat dan dunia.
Menghimpun cinta kasih dan membuka jalan melalui semangat celengan bambu
Tzu Chi berakar dari Taiwan hingga menjangkau seluruh dunia
Memiliki hati yang benar, tulus, dan bijaksana dalam memandang kesetaraan
Melindungi para lansia sebatang kara dan menolong mereka yang terdampak bencana
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 14 April 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 16 April 2025