Ceramah Master Cheng Yen: Menginventarisasi Kehidupan dan Berani Mengemban Misi
“Kita semua tahu bahwa setelah Gempa 921, lebih dari 800 gedung sekolah runtuh sehingga banyak murid yang harus belajar di dalam tenda atau bangunan dari lembaran besi. Master merasa tidak sampai hati dan memutuskan untuk membantu pembangunan kembali gedung-gedung sekolah yang runtuh pascagempa,” kata Chen Pin-ru, relawan Tzu Chi.
“Master berkata bahwa sekurang apa pun, kita tidak boleh kekurangan pendidikan; sesulit apa pun, kita tidak boleh membiarkan anak-anak menderita. Saat itu, dengan sepenuh hati dan pikiran, kita menggalang donasi sedikit demi sedikit untuk mendukung Proyek Harapan Tzu Chi. Kita juga merekonstruksi upacara peletakan batu pertama SMP Feng Dong dengan menyiapkan satu tumpukan besar pasir dengan banyak sekop di sekelilingnya,” kata Chen Ming-zhu, relawan Tzu Chi.
“Setiap sekop melambangkan harapan dan setiap material bangunan mengandung cinta kasih. Kita berharap Proyek Harapan kita dapat mendirikan gedung sekolah yang tidak pernah runtuh. Saat itu, saya merasa bahwa spirit Tzu Chi saya sangat aktif,” pungkas Chen Ming-zhu.
“Saat itu, para guru dan murid kami sangat murung. Di manakah murid-murid kami yang berjumlah 80-an kelas harus bersekolah? Pada tanggal 8 Oktober 1999, kami menerima kabar bahwa Tzu Chi akan membantu pembangunan sekolah kami. Saat itu, semua orang sangat gembira. Upacara peletakan batu pertama diadakan pada tanggal 10 April 2000 dan pembangunan rampung pada 5 Agustus 2001,” kata Huang Li-wei, Kepala SMP Feng Dong saat itu.

Saya sangat bersyukur. Insan Tzu Chi sungguh bernilai di dunia ini. Perjalanan hidup yang bernilai hendaknya kita catat, baik demi orang lain maupun diri sendiri. Semua ini adalah materi pelajaran yang dapat menunjukkan kepada generasi mendatang berapa banyak yang telah kita lakukan.
Saat terjadi bencana alam, seperti Gempa 921, yang menimbulkan kerusakan serius, kita dengan berani mengemban tanggung jawab untuk membantu pembangunan kembali puluhan gedung sekolah. Pendidikan adalah harapan kehidupan. Kita memikirkan kondisi murid-murid. Berhubung kita mengemban tanggung jawab ini dengan cepat dan bersungguh hati, ada puluhan ribu murid yang dapat segera kembali bersekolah.
Kalian juga bisa mengenang masa itu dan berbagi tentang kondisi anak tetangga, anak di desa kalian, atau anak kalian pada saat itu. Kita membantu membangun kembali sekolah mereka sehingga mereka dapat menuntaskan pendidikan. Jika saat itu kita tidak segera membantu membangun kembali gedung-gedung sekolah itu, di manakah murid-murid itu harus bersekolah? Kalian dapat merenungkan hal ini.
“Beras bantuan untuk luar negeri dari Dewan Pertanian disalurkan kepada organisasi amal sejak tahun 2002 untuk membantu negera yang dilanda penderitaan. Untuk pengajuan bantuan pertama, Tzu Chi menerima 50 ribu ton beras,” kata Chen Pin-ru, relawan Tzu Chi.
“Satu karung beras 20 kilogram, berarti satu ton terdiri atas 50 karung. Jadi, 50 ribu ton terdiri atas 2,5 juta karung beras. Jika satu keluarga menerima satu karung beras, berarti ada 2,5 juta keluarga yang memperoleh manfaat,” kata Luo Ming-xian, relawan Tzu Chi.
“Jika kita menjalin jodoh baik dengan orang lain, di kehidupan berikutnya, saat kita berjalan di jalan, orang-orang yang melihat kita akan tersenyum pada kita. Itu karena kita pernah menjalin jodoh baik dengan mereka. Jika kita dapat terus menjalin jodoh baik dengan mereka, jalinan jodoh ini akan makin dalam. Setiap karung beras yang dibagikan langsung membawa manfaat bagi orang yang menderita. Ini adalah fakta yang benar-benar kita rasakan,” pungkas Luo Ming-xian.

Lima puluh ribu ton terdiri atas 2,5 juta karung beras. Tanpa himpunan kekuatan banyak orang, bagaimana bisa kita mengirimkannya? Jadi, saya sangat bersyukur kepada insan Tzu Chi, termasuk anggota Tzu Cheng.
Orang-orang dari berbagai bidang dan profesi memiliki kekuatan yang berbeda-beda. Namun, begitu menerima misi, semua orang berhimpun dan berusaha semaksimal mungkin dengan penuh perhatian dan tulus. Kita mengemban tanggung jawab besar ini dan membagi tugas. Semua orang melakukannya dengan sukacita.
Semua beras dimuatkan ke dalam kapal dengan rapi. Perlu diketahui bahwa setelah disusun dengan rapi di dalam kapal dan tiba di negara tujuan, beras-beras ini masih harus melintasi pegunungan. Selain perjalanan laut, beras-beras ini juga melakukan perjalanan darat.
Suatu ketika, saya melihat pembagian beras bantuan di suatu wilayah. Sekarung demi sekarung beras ditaruh di punggung keledai. Ada pula yang memanggul beras sendiri. Itu sungguh berat. Berat bagi manusia, berat juga bagi keledai.
Keledai-keledai itu tidak bisa berkeluh kesah meski harus mengangkut beban yang begitu berat. Bayangkanlah kondisi manusia. Banyak orang yang hidup di tengah kenikmatan dan langsung berkeluh kesah begitu merasakan sedikit kesulitan, bahkan berusaha untuk menolak dan sebagainya. Demikianlah manusia.
Manusia bisa berpikir. Namun, pikiran yang menyimpang sedikit saja dapat menimbulkan pergolakan. Tentu saja, dengan pikiran yang benar, kita dapat menciptakan berkah bagi dunia. Jadi, manusia bisa sangat baik, juga bisa sangat jahat. Bagaikan tebing yang curam dan sempit, pikiran yang sempit pun hanya ada satu jalur. Hanya ada satu jalur di dalamnya. Jalur ini sangat curam dan berbahaya. Demikianlah kehidupan.

Bodhisatwa sekalian, kalian hendaknya bisa memahami kata-kata saya. (Kami paham.) Dalam melatih diri, sungguh-sungguhlah melatih batin kita. Kita harus mawas diri, berhati tulus, dan berdoa semoga dunia damai dan iklim bersahabat. Inilah berkah bagi dunia. Untuk mewujudkan doa seperti ini, kita harus melakukan praktik nyata. Singkat kata, demikianlah kehidupan.
Bagaimana agar kehidupan kita lancar dan tenteram? Ini bergantung pada pikiran setiap orang. Kita harus membina kebajikan dan menaati hukum alam. Menaati hukum alam berarti membuka jalan kebajikan. Kita harus berpegang pada hukum alam dan prinsip kebenaran. Jadi, dibutuhkan orang untuk membuka jalan.
Pascagempa 921, yang kita lakukan tidak sedikit. Singkat kata, semua orang telah menciptakan berkah. Namun, saya berharap kalian tidak melupakan apa yang telah kalian lakukan. Kalian harus mengenang dan mencatatnya. Apa pun yang kalian ingat, catatlah semuanya. Kalian pun bisa bekerja sama dalam hal ini. Orang-orang yang bisa menulis dapat membantu relawan lain mencatat kisah mereka. Yang penting, semuanya adalah kisah nyata.
Menginventarisasi kehidupan dan berani mengemban misi
Bekerja sama dengan harmonis untuk mengirimkan beras bantuan
Mawas diri, berhati tulus, dan membuka jalan kebajikan
Melatih batin dan menciptakan berkah dengan praktik nyata
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 01 Maret 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 03 Maret 2025