Ceramah Master Cheng Yen: Menginventarisasi Kehidupan dan Kembali pada Kebajikan


Bodhisatwa sekalian, melihat kalian berkumpul bersama, bertekad untuk menjadi Bodhisatwa dunia, dan berikrar untuk mencapai pencerahan, inilah yang paling menggembirakan bagi saya. Sulit untuk terlahir sebagai manusia dan bertemu Dharma. Kini kita telah terlahir sebagai manusia, mendengar Dharma, dan menapaki Jalan Bodhisatwa. Ini merupakan kesempatan yang sangat langka.

Agama Buddha membimbing kita untuk menjalani kehidupan dengan bijaksana. Meski disebut sebagai agama, sesungguhnya ia adalah tujuan hidup. Agama mengajarkan tentang tujuan hidup. Tujuan kita semua ialah menapaki Jalan Bodhisatwa bersama. Inilah tujuan kita. Kita semua menerima ajaran yang sama, yaitu ajaran Buddha. Berkah tidak datang dengan sendirinya. Apa yang ditabur, itulah yang dituai. Jadi, kita harus menciptakan berkah.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita perlu makan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan gizi tubuh kita. Kita juga perlu menumbuhkan jiwa kebijaksanaan kita dengan santapan spiritual, yaitu Dharma. Ajaran Buddha merupakan santapan spiritual bagi jiwa kebijaksanaan. Jadi, setiap orang hendaknya menghargai keyakinan yang telah dipilih dan menerapkannya dalam keseharian. Kita harus tekun mempraktikkan kebajikan bagi dunia ini.

Saya sangat bersyukur kepada insan Tzu Chi. Kini, di negara mana pun bencana terjadi, saya selalu terlebih dahulu bertanya, "Apakah ada insan Tzu Chi di negara itu?" Jika ada insan Tzu Chi, penyaluran bantuan akan lebih mudah. Jika tidak, kita harus memikirkan cara untuk menjangkau lokasi bencana. Demikianlah dunia Tzu Chi.


Saya bersyukur kepada seluruh insan Tzu Chi. Saya bersyukur kepada 30 orang ibu rumah tangga pada 55 tahun lalu. Mengenang perjalanan selama 55 tahun ini, yang mendampingi saya dari awal hingga kini hanya tersisa beberapa orang. Mereka semua sudah berusia 80-an, 90-an, atau hampir seratus tahun. Mereka semua adalah insan Tzu Chi.

Saya sering berkata bahwa insan Tzu Chi hendaklah mengingat para Bodhisatwa lansia yang merintis jalan Tzu Chi. Setiap orang hendaknya bersyukur pada mereka. Dahulu, dari lahan yang tidak rata, mereka merintis jalan setapak. Jalan ini terus dibentangkan, diratakan, dan diperluas hingga kini menjangkau seluruh dunia.

Jalan Tzu Chi ini telah menjadi Jalan Bodhisatwa yang lapang. Ini sungguh tidak mudah. Karena itu, saya sangat bersyukur atas kesungguhan hati para insan Tzu Chi. Bukan hanya orang berada yang bisa bersumbangsih di Tzu Chi. Meski hidup kekurangan, seseorang juga bisa mengemban misi Tzu Chi. Inilah yang disebut orang yang kaya batin.

Di negara-negara tertinggal juga ada insan Tzu Chi yang telah dilantik. Sepanjang perjalanan Tzu Chi, kita melihat bahwa status sosial ekonomi tidak membatasi cinta kasih. Di mana ada sebersit niat baik, di sana akan ada cinta kasih. Niat baik adalah kekayaan terbesar. Jadi, orang yang membangkitkan niat baik untuk menolong sesama adalah orang terkaya.


Bodhisatwa sekalian, kalian kembali kali ini demi memantapkan langkah kalian di Jalan Bodhisatwa. Belakangan ini, saya selalu berkata bahwa kita harus menginventarisasi kehidupan kita. Dahulu, jika pernah melakukan perbuatan keliru, kita hendaklah segera mengintrospeksi dan memperbaiki diri dengan berbuat baik.

Jadi, kita harus kembali menuju arah yang bajik. Kita hendaklah bersandar pada keyakinan. Tujuan ajaran Buddha ialah membimbing orang-orang kembali pada sifat hakiki yang bajik dan murni tanpa noda. Ini disebut kembali pada kecemerlangan dari kegelapan. Untuk itu, kita harus menaati Dharma dan aturan.

Menyatakan berlindung kepada Dharma berarti kita harus menyelami Sutra agar bisa memperoleh kebijaksanaan seluas samudra. Dengan bersungguh-sungguh menyelami Sutra, kita akan memahami kebenaran dan tidak akan menyimpang dari jalan yang benar. Sebelumnya, kita mungkin pernah menyimpang, tetapi kini, kita harus kembali ke jalan yang benar.

Ada banyak prinsip kebenaran yang dapat membimbing kita kembali ke jalan yang benar serta mewujudkan keharmonisan bagi masyarakat dan keluarga. Semua ini membutuhkan Dharma. Menyatakan berlindung kepada Sangha berarti kita harus membimbing semua makhluk.


Buddha membabarkan Dharma pada lebih dari 2.500 tahun yang lalu. Kini kita telah memahami tujuan ajaran Buddha. Namun, orang-orang tetap membutuhkan pembimbing. Siapa yang bisa menjadi pembimbing?

Kaum monastik yang meninggalkan kehidupan berumah tangga dan merangkul semua umat manusia sebagai satu keluarga besar. Kami memiliki tanggung jawab untuk membimbing orang-orang kembali ke jalan yang benar dan mempraktikkan kebajikan serta menasihati mereka agar tidak menempuh jalan yang salah. Ini merupakan tanggung jawab Sangha atau rohaniwan. Jadi, mulai sekarang, mari kita menyelami Sutra.

Setelah mencapai pencerahan, Buddha membabarkan banyak prinsip kebenaran. Kebijaksanaan Buddha mencakup seluruh alam semesta. Segala sesuatu di dunia ini memiliki vitalitas dan prinsip kebenarannya masing-masing.

Singkat kata, setiap orang hendaklah menyelami Sutra. Semua orang juga hendaknya mempraktikkan kebenaran di bawah bimbingan rohaniwan. Inilah makna dari Tiga Perlindungan.    

Berkah adalah sukacita yang diperoleh dari bersumbangsih
Menginspirasi orang kurang mampu untuk membangkitkan kekayaan batin
Menginventarisasi kehidupan dan kembali pada kebajikan
Berlindung kepada Tiga Permata dengan keyakinan, ikrar, dan praktik

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 29 Oktober 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 31 Oktober 2021
Keharmonisan organisasi tercermin dari tutur kata dan perilaku yang lembut dari setiap anggota.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -