Ceramah Master Cheng Yen: Menginventarisasi Kehidupan dan Mencatatnya di Buku Kehidupan


“Master, pada tahun 2001, saat melantik kami menjadi relawan pelestarian lingkungan, Master memberi kami kartu relawan yang terdapat warna biru dan hijau ini. Saya memberi tahu suami saya bahwa Master selalu mengingatkan kita untuk menginventarisasi kehidupan,”
kata Lin Shu-jiao relawan Tzu Chi.

“Saat saya ingin membuat swipoa berwarna biru dan hijau, suami saya berkata, ‘Warna hijau saja sudah cukup. Mengapa harus ada warna biru?’ Saya berkata, ‘Kita harus tahu untuk membalas budi. Kita harus mengingat apa yang Master katakan. Master pernah berkata bahwa hanya dengan daur ulang, barulah kita dapat melihat langit yang biru dan tanah yang hijau.’ Ketika ada orang lain datang dan melihat swipoa ini, mereka akan tahu bahwa mereka harus mengintrospeksi diri, bukan mencari kesalahan orang lain,” pungkas Lin Shu-jiao.

Dahulu, orang menggunakan alat ini untuk menghitung. Swipoa kalian besar, sedangkan swipoa saya kecil. Baik. Sesungguhnya, saya juga ingin mengatakan tentang menginventarisasi kehidupan.

Kita harus menghitung berapa banyak nilai yang telah kita ciptakan dalam hidup kita. Ketika kita memanfaatkan hidup dengan baik, kita akan menciptakan nilai. Jika tidak, maka tidak ada nilai apa pun dalam hidup kita dan kita hanya akan menyia-nyiakan kehidupan. Dengan memanfaatkan kehidupan, barulah kita dapat mengalami kemajuan. Intinya, kita harus memahami dan belajar untuk mengembangkan nilai kehidupan.

“Saya lebih baik pergi dengan menjaga sila daripada hidup dengan melanggar sila. Hewan juga dapat berbicara, hanya saja kita tidak mengerti. Perut kita seharusnya tidak menjadi kuburan hewan. Oleh karena itu, saya selalu menggalakkan vegetarisme. Dengan bervegetaris, hidup kita akan lebih sehat,” kata Lin Liang-zi relawan Tzu Chi.

“Jika kita berbuat baik, karma baik akan menyertai kita. Di masa lalu, saya hanya asal memuja dewa dan tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Kini, saya tahu bahwa kita harus menjadi Bodhisatwa, bukan memohon kepada Bodhisatwa,” pungkas Lin Liang-zi relawan Tzu Chi.


Saya sering mengatakan bahwa orang yang memiliki cinta kasih berkesadaran adalah Bodhisatwa. Sebelum mendengar Dharma, kita adalah makhluk awam yang tidak tahu apa pun. Kita mendengar Dharma untuk mempelajarinya. Mendengar berarti mempelajari. Kalian semua telah menyerapnya ke dalam hati.

Saya membabarkan Dharma yang pernah saya dengar. Sesuai dengan apa yang saya dengar dan saya pahami, saya membabarkannya kepada kalian sehingga kalian dapat mendengarnya. Saat saya menyemangati kalian untuk melakukan hal benar, kalian sungguh mempraktikkannya secara nyata. Kalian telah mempraktikkan Dharma dan menyerapnya ke dalam hati.

Pikirkanlah berapa lama kalian telah mengikuti langkah saya, bagaimana kalian dapat mengenal saya, bagaimana kalian melakukan apa yang saya katakan, dan apakah kalian telah melakukan hal yang benar. Jika telah melakukan hal yang benar, kita harus segera menghitung dan mencatatnya. Kita harus mencatat setiap hal yang benar dan menghapus kesalahan kita. Menghapus berarti bertobat. Jika kita telah melakukan hal yang benar, jiwa kebijaksanaan kita akan bertumbuh dan kita akan dipenuhi sukacita Dharma.

Setiap hari, kita dapat menghitung hal benar yang telah kita lakukan. Jika kita dipenuhi sukacita hari ini, berarti kita telah melakukan hal yang benar. Hendaklah kita menjadi orang yang baik, bertutur kata baik, dan membantu orang lain mengubah pandangan mereka.

“Kakak Qiu-mei memiliki seorang putri yang mengalami gangguan mental akibat perceraian serta selalu memungut barang-barang dan membawanya pulang ke rumah. Lama-kelamaan, rumahnya dipenuhi dengan barang. Terkadang, Kakak Qiu-mei akan merapikannya seorang diri. Dia merasa bahwa barangnya sangat banyak dan tidak tahu harus bagaimana. Kemudian, dia membagikan kekhawatirannya pada relawan lain,” kata Zhu Feng-mei relawan Tzu Chi.

“Setelah mendengar kekhawatirannya, tim kami bergerak untuk pergi ke rumah Kakak Qiu-mei dan meringankan bebannya dengan membantu membersihkan rumahnya,” kata Li Chun-wang relawan Tzu Chi.

“Saya berterima kasih kepada seluruh relawan yang telah membantu membersihkan rumah kami. Saya bersedia untuk mengikuti langkah Master dari kehidupan ke kehidupan. Saat ini, putri saya dapat melakukan daur ulang bersama saya. Saya merasa sangat tenang,” kata Lin Liu Qiu-mei relawan Tzu Chi.


Ketika saudara se-Dharma atau orang lain yang tidak ada hubungan dengan kita tengah mengalami kekhawatiran dan kerisauan, kita harus menggenggam jalinan jodoh untuk membuka pintu hati mereka. Demikianlah Bodhisatwa menjadi saksi dan menginspirasi satu sama lain. Inilah yang disebut menginspirasi dengan Dharma.

Ketika saya tengah memberikan ceramah dan ada yang tidak mengerti, saya akan berkata pada diri sendiri bahwa sangat sulit untuk menginspirasi orang lain. Ketika saya berpikir bahwa saya tidak dapat menginspirasi seseorang, terkadang saya merasa putus asa. Meski demikian, saya akan segera mengingatkan diri sendiri untuk mencari metode lain yang lebih praktis untuk menginspirasinya.

Saya tidak pernah menyerah pada semua makhluk. Buddha pun tidak pernah menyerah pada semua makhluk. Karena itu, Beliau berikrar untuk datang ke Dunia Saha ini dari kehidupan ke kehidupan. Saya hanya membabarkan ajaran Buddha Sakyamuni kepada semua orang. Jadi, kita harus ingat bahwa kita adalah murid Buddha Sakyamuni.

Kita yang telah mendapatkan ajaran hendaknya membimbing mereka yang belum mendapatkan ajaran. Hendaklah kita membimbing mereka satu per satu, Hendaklah kita membimbing mereka satu per satu, saling mendukung, dan saling menginspirasi. Sesungguhnya, kalian semua telah terjun ke tengah masyarakat. Namun, insan Tzu Chi tetaplah makhluk awam.

Menjadi Bodhisatwa haruslah dimulai dari makhluk awam. Hendaklah kita mempraktikkan Jalan Bodhisatwa dan mentransformasi hati kita menjadi hati Bodhisatwa. Hanya dengan mempelajari Dharma dan memutar roda Dharma, barulah kita dapat mentransformasi hati yang awam menjadi hati Bodhisatwa.

Kalian dan saya adalah makhluk awam. Ajaran dari Guru Dharma di masa lalu terus diwariskan dari generasi ke generasi hingga sekarang. Setelah menerima prinsip kebenaran, kita harus terus melangkah dengan tekun dan bersemangat, barulah kita dapat mencapai kebuddhaan.


Dharma telah diwariskan sejak lebih dari 2.500 tahun lalu dari generasi ke generasi. Saya telah membabarkan Dharma selama puluhan tahun. Saya telah membuka Jalan Tzu Chi dan menginspirasi semua orang untuk menapakinya. Namun, saya bisa merasakan bahwa saya telah lanjut usia, kondisi tubuh saya telah melemah, dan ada beberapa organ tubuh saya yang tidak berfungsi dengan baik. Apa yang harus saya lakukan? Saya hanya bisa menerimanya karena inilah hukum alam.

Meski telah lanjut usia, saya menerimanya dengan sukacita. Namun, saya juga mendorong diri sendiri untuk menggenggam kehidupan dan waktu yang ada. Saya berpacu dengan waktu dan mengerahkan semua kekuatan yang ada untuk memberikan ceramah dan bersumbangsih. Dalam hidup ini, hendaklah kita berjalan di Jalan Tzu Chi hingga napas terakhir kita. Ketika waktunya telah tiba, kita harus ingat untuk kembali dan terus berjalan di jalan ini dengan tekad pelatihan yang sama.

Saya berterima kasih kepada kalian yang telah memberikan dukungan besar kepada saya. Saya berharap kita dapat berikrar untuk bersumbangsih bersama dari kehidupan ke kehidupan. Di kehidupan sekarang, kalian mengikuti langkah saya. Di kehidupan selanjutnya, saya yang akan mengikuti langkah kalian. Hendaklah semuanya bersungguh-sungguh menumbuhkan kebijaksanaan, saling mendampingi, dan saling menyertai dari kehidupan ke kehidupan. 

Menginventarisasi kehidupan dan mencatatnya di buku kehidupan
Membedakan benar dan salah dengan mempraktikkan Dharma
Berikrar untuk membimbing semua makhluk menghapus noda batin
Selamanya mendukung dan menyertai satu sama lain 

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 30 Maret 2023
Sumber: Lentera Kehidupan - Daai Tv Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan Tanggal 01 April 2023
Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -