Ceramah Master Cheng Yen: Menginventarisasi Kehidupan dan Turut Menapaki Jalan Kebenaran


“Sejak bendungan setempat meluap, saya belum pernah melihat air banjir yang naik begitu cepat. Saat ini, air seharusnya sudah surut, tetapi level airnya malah begitu tinggi,”
kata Balinda warga.

“Banjir kali ini berbeda dengan banjir sebelumnya. Tidak ada peringatan dini terhadap banjir,” kata Sergio Rojas korban bencana.

“Apa yang terjadi kali ini?”

Air mengalir masuk ke dalam rumah dengan deras dari kedua sisi rumah saya,” pungkas Sergio Rojas.

Sesungguhnya, bencana juga merupakan sebuah energi. Karena itu, hendaklah kita menutup pintu bencana di dalam hati kita. Janganlah melakukan hal-hal yang dapat menimbulkan bencana. Kita harus menaati norma. Kita harus bersungguh hati menerima bimbingan dan mengukirnya di dalam hati agar itu semua dapat tersimpan dalam ingatan dan kesadaran kita. Kita harus mendengarkan Dharma dan menyerapnya ke dalam hati.

Amatilah baik-baik kondisi di sekitar kita. Amatilah apakah orang-orang yang telah mendengar prinsip kebenaran menapaki jalan sesuai prinsip kebenaran tersebut. Jika mereka melakukannya, berarti mereka bersungguh-sungguh. Jika demikian, kita hendaknya mengungkapkan kekaguman kita terhadap mereka dan turut mengikuti langkah mereka.

Kita mengikuti langkah mereka di jalan yang benar. Kita tahu bahwa mereka menapaki jalan ini dan jalan ini merupakan jalan yang benar karena kita telah mendengar prinsip kebenaran yang mengajarkan untuk menapaki jalan ini. Mereka yang berjalan di depan kita tengah membimbing kita untuk menapaki jalan kebenaran. Jadi, kita harus mengikuti langkah mereka.


Jika kita tahu bahwa mereka menapaki jalan yang benar, tetapi tidak mengikuti langkah mereka, berarti kita hanya mendengar prinsip kebenaran tanpa tindakan nyata. Jadi, kita harus memahami prinsip kebenaran dan mempraktikkannya.

Belakangan ini, saya sering berkata bahwa kitalah yang harus membuka jalan kebenaran. Kita harus melihat apakah jalan itu berliku-liku serta apakah di jalan itu terdapat genangan air, lumpur, gundukan pasir, gundukan tanah, atau bebatuan. Kita harus jelas akan hal ini dan mengamatinya dengan penuh perhatian. Jika jalan itu rata, kita bisa berjalan di atasnya. Jika tidak, kita harus meratakannya.

Ketika orang-orang di belakang kita melihat kita membuka jalan, mereka juga akan mengulurkan tangan untuk membantu kita membuka jalan lebih luas. Jika orang di depan kita hanya mengandalkan kedua tangan dan kakinya, seberapa luas area yang dapat dibuka? Tidak terlalu luas. Seberapa jauh orang tersebut dapat melangkah? Tidak terlalu jauh. Jadi, dibutuhkan orang-orang di sekitar kita untuk turut membuka jalan bersama.

Lihatlah, bagaimana relawan kita bekerja sama dalam kesatuan tekad dan berhimpun bersama untuk menjalankan Tzu Chi. Saya sungguh sangat bersyukur kepada mereka. Mereka telah mengambil setiap langkah dengan teguh di Jalan Tzu Chi. Kini, mereka telah menghimpun cinta kasih dan mengerahkan kekuatan mereka untuk memberi bantuan kepada yang membutuhkan. Mereka memanfaatkan sumber daya setempat serta bekerja sama dengan warga setempat dalam keharmonisan. Demikianlah mereka menapaki Jalan Bodhisatwa di dunia.


Dengan tingginya populasi dunia saat ini, ada orang yang menciptakan karma baik, ada pula yang menciptakan karma buruk. Jadi, kekuatan baik dan buruk sedang tarik-menarik. Makin banyak kebaikan, dunia ini akan makin aman, tenteram, dan harmonis. Sebaliknya, makin banyak keburukan, maka bencana besar pun akan terjadi.

Lihatlah, di mana pun bencana terjadi, relawan kita selalu siap menjangkau para korban meski mereka tidak saling mengenal. Andaikan tidak ada orang yang bersedia menolong sesama, dunia akan bagaikan neraka. Saat terjadi bencana, tidak akan ada orang yang merespons permintaan tolong para korban bencana. Jadi, kita harus menggalang lebih banyak Bodhisatwa dunia dalam keseharian.

Para Bodhisatwa dunia ini bersumbangsih tanpa diundang. Di mana pun bencana terjadi, relawan kita selalu muncul untuk bersumbangsih. Di masa-masa tenteram, biasanya relawan kita berhimpun bersama dengan tertib dan berpakaian rapi. Demikianlah mereka menunjukkan kebenaran, kebajikan, dan keindahan. Berhubung mereka sering berhimpun untuk mendengarkan Dharma di ladang pelatihan, mereka telah memahami kebenaran. Karena itu, hati mereka selalu siap untuk bersumbangsih.

Di mana pun dibutuhkan, mereka dapat langsung bersumbangsih tanpa harus berlatih terlebih dahulu. Mereka sudah terlatih. Begitu berhimpun bersama, mereka pun sangat tertib. Begitu berseru, mereka langsung mengerahkan kekuatan. Meskipun kekuatan setiap orang sangat kecil, tetapi dengan banyaknya orang, kekuatan pun menjadi besar.

Saat semua orang menghimpun kekuatan bersama, barulah kita dapat menunjukkan keindahan dari ketertiban, melakukan kebaikan, serta mewujudkan dunia yang harmonis dan bebas dari bencana. Kita semua harus menuju ke arah yang sama tanpa menyimpang sedikit pun.

Belakangan ini, saya selalu merasa bahwa meskipun relawan kita bersumbangsih tanpa pamrih, tetapi seberapa lama mereka yang tertolong dapat merasakan syukur dalam hati? Yang bersumbangsih haruslah tanpa pamrih dan yang menerima bantuan haruslah bersyukur. Dengan demikian, barulah keselarasan dapat terwujud. Jika tidak, timbangan akan berat sebelah.

Untuk menjaga keselarasan, penerima bantuan hendaknya bersyukur. Ini bukan sekadar mengucap syukur, melainkan bersyukur dari dalam hati. Dengan demikian, barulah mereka dapat menjadi Bodhisatwa dunia dan berjalan di jalan yang benar. Jika tidak, setelah menerima bantuan, mereka mungkin akan mengumbar nafsu keinginan dan merusak Bumi. Jika demikian, usaha kita pun akan sia-sia. Jadi, mulai sekarang, kita harus membimbing semua orang untuk membangkitkan rasa syukur.

Kalian yang hadir saat ini telah mendengar apa yang saya sampaikan. Saya yakin bahwa semua insan Tzu Chi di seluruh dunia yang terhubung secara daring juga dapat mendengarkan saya. Semoga semua insan Tzu Chi juga memikirkan bagaimana untuk menggalang lebih banyak Bodhisatwa dunia. Kita harus membimbing semua orang menapaki jalan yang benar serta menginspirasi orang-orang yang kita tolong agar mereka dapat mengingat kita dan turut bergabung dalam barisan relawan.

Kini, mari kita menginventarisasi apakah mereka yang kita tolong telah terinspirasi oleh kita. Sudahkah kita membimbing mereka? Berapa banyak orang yang telah kita bimbing? Apakah mereka yang telah kita bimbing masih ingat akan kita saat mereka menginventarisasi kehidupan mereka? Setiap orang hendaklah saling mengingat.  

Menginventarisasi kehidupan dan mengikuti langkah orang yang menapaki jalan kebenaran
Berhimpun bersama dalam kesatuan cinta kasih dan tekad
Mengajak insan mulia untuk bersumbangsih bersama dengan welas asih dan kebijaksanaan
Membentuk barisan Bodhisatwa yang panjang

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 21 April 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 23 April 2022
Keindahan kelompok bergantung pada pembinaan diri setiap individunya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -