Ceramah Master Cheng Yen: Mengirim Cinta Kasih ke Afrika

“Mengapa tadi kita harus menggalang dana?”

“Karena kita ingin membantu orang yang menderita,” jawab Wong Yee Shuen, Murid TK Tzu Chi Johor Bahru.

“Apa yang terjadi pada mereka?”

“Bencana banjir,’ jawab Wong Yee Shuen.

“Apa harapan kamu terhadap mereka?”

“Saya berharap mereka bahagia,” kata Wong Yee Shuen.

Kamu berharap mereka bahagia, lalu kita?”

“Aman dan tenteram,” kata Wong Yee Shuen mantap.

“Mengapa kita harus menggalang dana bagi mereka?”

“Karena terjadi banjir besar di negara mereka,” jawab Wong Yee Shuen lagi.

“Apa yang bisa mereka lakukan dengan cinta kasih yang kita galang bagi mereka?”

“Mereka bisa gunakan untuk membeli rumah dan barang-barang yang mereka butuhkan,” ujar Wong Yee Xin, Murid TK Tzu Chi Johor Bahru lainnya.

“Nilai bajik ditanam sejak mereka masih kecil. Kami juga berharap mereka tahu bahwa mereka hidup dengan bahagia di negara ini dan mereka juga bisa mengerahkan sedikit kekuatan cinta kasih untuk dikirimkan ke Afrika,” tutur Tiang Li Min, Guru TK Tzu Chi Johor Bahru.

 

“Kami hidup dengan bahagia di tempat yang aman dan tenteram. Kami melihat korban bencana sedang menderita dan barang-barang mereka terbawa oleh tanah longsor. Saya berharap dapat membantu korban bencana karena mungkin suatu hari nanti, saya juga akan mengalami kesulitan dan juga membutuhkan bantuan dari orang. Ini merupakan suatu kesempatan untuk membantu mereka,” kata Ranim Hallab, Murid Sekolah Internasional Menahel.

Tahun ini saya terus mengungkit tentang bersyukur, menghormati, dan mengasihi kehidupan. Saya secara khusus membahas bahwa kita harus menghormati kehidupan karena kita telah menyaksikan penderitaan mereka yang terkena dampak bencana di Afrika saat ini. Mereka hidup menderita sejak lahir. Seperti itulah kondisi kehidupan mereka.  

Kita mungkin bertanya-tanya bagaimana mereka bisa menjalani kehidupan seperti itu. Mereka tinggal di lingkungan yang sangat kotor, berantakan, dan bobrok. Mereka menjalani kehidupan yang sangat kekurangan sejak mereka dilahirkan. Biasanya, mereka sudah sangat kekurangan dan menderita, sekarang ditambah bencana seperti ini lagi. Bagaimana perasaan mereka?

 

“Mereka sama seperti kita, yaitu kehilangan tempat tinggal. Saat ini mereka merasa sangat putus asa dan tidak berdaya. Saya rasa kita semua bisa merasakannya,” jawab Saden Akkad, Murid Sekolah Internasional Menahel.

Para guru memberi tahu anak-anak pengungsi Suriah yang bersekolah di Turki tentang bencana besar yang terjadi di tiga negara di Afrika Timur. Beberapa anak bahkan menangis.

“Mengapa tadi kamu menangis dengan suara tangisan yang sangat keras?”

“Saya sangat sedih karena terjadi bencana di Afrika,” jawab Saden Akkad.

“Apa lagi?”

“Saya ingin membantu mereka. Mereka seperti saudara-saudara saya. Mereka seperti keluarga saya. Biasanya, ketika melihat orang kurang mampu, saya akan sangat sedih. Jadi, saya ingin menangis,” kata Saden Akkad.

“Apakah kamu ingin membantu mereka?’

Mendengar warga di Afrika mengalami bencana seperti itu  dan kehilangan tempat tinggal, anak-anak itu merasa para korban bencana bagaikan saudara mereka sendiri. Inilah rasa empati dan cinta kasih. Cinta kasih ini sangat berharga. Setelah guru memberi tahu tentang bencana di Afrika, anak-anak mulai menyumbangkan uang. Lebih dari 3.000 murid menyumbangkan uang dan total uang yang disumbangkan lebih dari 30.000 dolar NT.

Ini sangat tidak mudah bagi mereka. Mereka adalah anak-anak yang kini tengah mengungsi akibat ulah manusia. Tempat tinggal mereka sekarang masih sangat sederhana dan gelap. Namun, cinta kasih mereka selamanya sangat cemerlang. Mereka sangat ceria dan hati mereka sangat cemerlang. Kita bisa melihat bagaimana kehidupan anak-anak ini telah dicerahkan dengan cinta kasih.


Kita juga bisa melihat Haiti. Haiti adalah negara yang sangat tertinggal. Selama belasan tahun ini, kita terus memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan. Kita juga membantu para biarawati membangun 3 gedung sekolah. Sejak saat itu, kita bekerja sama dengan seorang manajer proyek perusahaan konstruksi, Bapak Zhang. Saat pergi ke sana, relawan kita sering menginap di tempat mereka. Kini, kita juga telah mendirikan kantor perwakilan di sebelah kantor mereka. Inilah rumah Tzu Chi di Haiti.

Kali ini, setelah mendengar tentang bencana di Afrika, Bapak Zhang juga mengimbau orang-orang untuk menyumbangkan uang guna menolong korban bencana di Afrika. Seperti itulah para relawan lokal mulai mengimbau orang-orang untuk turut bersumbangsih. Banyak relawan lokal yang kurang mampu, tetapi mereka berkumpul bersama untuk terjun ke tengah masyarakat guna menginspirasi orang lain.

Lihatlah pembawaan mereka. Mereka juga secara berkala mengadakan pelatihan bersama. Baik pradaksina maupun pelatihan lainnya, mereka selalu melakukannya sesuai aturan. Meski banyak orang di sana hidup di tengah kegelapan dan kekurangan serta tinggal di tempat yang kotor dan bobrok, tetapi kita telah membina sekelompok relawan lokal. Saya sangat berharap insan Tzu Chi dapat meninggalkan jejak cinta kasih di setiap langkah mereka dan ke mana pun mereka pergi, mereka dapat menginspirasi masyarakat setempat dengan cinta kasih.


Meski sekarang Haiti masih sangat tertinggal, tetapi mereka tidak ingin melepaskan kesempatan untuk bersumbangsih dengan cinta kasih. Penggalangan dana kali ini telah menghimpun lebih dari 2.000 gourde Haiti. Melihat lebih dari 2.000 gourde Haiti ini, saya sungguh sangat tersentuh. Karena setiap orang hanya bisa menyumbangkan beberapa sen atau beberapa gourde, maka sangat sulit bagi mereka untuk mengumpulkan donasi ini. Bukankah cinta kasih seperti ini sangat murni?

Saya juga mendengar bahwa Bodhisatwa dari Kaohsiung dan Yilan berkumpul bersama selama beberapa hari untuk membuat shoutao. Sambil membuat shoutao, mereka mulai mengadakan penggalangan dana dan menciptakan pahala melalui ucapan. Mendengar bagaimana mereka menggalang dana, saya merasa bahwa di dunia ini, meski hanya sumbangsih kecil, tetapi asalkan ada jalinan jodoh baik, sepatah kata yang ringan saja dapat membawa manfaat besar. Karena itu, saya sangat tersentuh.

Setiap staf badan misi Tzu Chi juga bertindak secara nyata untuk bersumbangsih dengan cinta kasih. Begitu pula dengan para relawan kita. Namun, penyaluran bantuan di Afrika masih membutuhkan waktu yang lama. Jadi, saya berharap kalian semua melakukan tindakan nyata dan membagikannya kepada orang lain untuk bersama-sama melakukan perbuatan baik. Ini akan menciptakan pahala tak terhingga. Terima kasih, semuanya.

Mari kita bersama-sama membangun ikrar untuk mengerahkan sedikit kekuatan dan menginspirasi orang-orang untuk bersumbangsih dengan cinta kasih. Saya mengucapkan terima kasih kepada kalian semua. Semoga kalian bisa menciptakan pahala yang tak terhingga.

 

Anak-anak pengungsi menangis karena memiliki rasa empati

Meski kurang mampu, tetapi tetap berdana dengan hati yang murni

Saling menginspirasi untuk melakukan perbuatan baik

Menggalang cinta kasih secara luas

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 3 April 2019

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 5 April 2019

Semua manusia berkeinginan untuk "memiliki", padahal "memiliki" adalah sumber dari kerisauan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -