Ceramah Master Cheng Yen: Mengobati Jiwa dan Raga dengan Penuh Cinta Kasih
Kita bisa melihat penderitaan di Etiopia. Banyak warga kurang mampu bertahan hidup dengan memulung di tumpukan sampah. Namun, di sebuah TPA tiba-tiba terjadi longsor yang mengakibatkan banyak orang tewas dan banyak orang belum ditemukan. Melihat tragedi sebesar ini, sungguh membuat orang merasa tidak tega.
Dunia ini penuh dengan ketidakkekalan. Alam telah terserang penyakit yang serius. Selain badai salju, topan, dan kekeringan, juga ada bencana banjir akibat hujan deras. Berhubung unsur alam tidak selaras, maka terjadilah bencana di dunia ini.
Bencana alam mendatangkan banyak penderitaan bagi manusia. Melihat bencana-bencana yang terjadi, kita hendaknya berintrospeksi diri. Umat manusia harus berintrospeksi diri. Banyak orang yang tidak mawas diri dan menyia-nyiakan sumber daya alam sehingga Bumi diselimuti kekeruhan. Inilah yang mengakibatkan empat unsur alam tidak selaras.
Karena itu, kita harus menyucikan hati manusia. Kita harus sungguh-sungguh tersadarkan. Antarsesama manusia hendaknya saling mengasihi dan menyemangati.
Beberapa hari yang lalu, relawan kita menggelar baksos di Kamboja. Baksos kesehatan tersebut membawa manfaat bagi lebih dari 2.800 orang. Ada pula yang langsung menjalani operasi. Berapa banyak relawan yang bergerak untuk memberi pelayanan? Relawan dari Taiwan, Singapura, Malaysia, dan Vietnam serta relawan setempat yang turut berpartisipasi dalam baksos kesehatan kali ini berjumlah lebih dari 100 orang.
Baksos kesehatan di Provinsi Kampong Cham ini telah membawa manfaat besar bagi warga setempat yang hidup kekurangan. Berhubung mereka tidak mampu berobat, insan Tzu Chi pun menjangkau mereka.
“Kita bekerja sama dengan dokter setempat dan belajar satu sama lain. Dengan para dokter TIMA, termasuk dokter di Kamboja, kami menjalankan operasi kecil. Ada banyak keterampilan medis yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Ini merupakan pengalaman yang bagus. Kali ini, kita mendapat banyak manfaat,” kata dr. Li Yi-bang, Anggota TIMA Taiwan.
Kita bisa memahami cara kerja mereka sekaligus membuat mereka memahami cara kerja dan filosofi kita. Semoga kerja sama di masa mendatang bisa semakin lancar. Para tenaga medis saling berbagi pengalaman. Selain berbagi pengalaman, kita juga bersumbangsih di sana dengan hati yang tulus.
Di Kamboja, relawan kita meminjam tempat dari sebuah rumah sakit untuk memberi pengobatan dan menjalankan operasi. Kita juga mendirikan tenda di luar. Tenda yang didirikan dan perlengkapan medis lainnya yang dibutuhkan dalam baksos, semuanya dibawa dan dipersiapkan oleh insan Tzu Chi Singapura. Kali ini, insan Tzu Chi Singapura pergi ke Kamboja lebih awal untuk melihat lokasi baksos di rumah sakit dan melakukan persiapan menjelang baksos.
Pertama-tama, mereka membersihkan lokasi. Kemudian, mereka mendirikan tenda agar pasien yang sedang mengantre dapat terlindungi dari terik matahari. Mereka sangat bersungguh hati. Kemudian, relawan dari Taiwan, Vietnam, dan Malaysia juga pergi ke Kamboja untuk membantu dalam baksos kesehatan. Mereka bekerja sama dengan harmonis.
Kali ini, tim medis dari berbagai negara bekerja sama dengan kesatuan hati dan keharmonisan. Jadi, saya merasa sangat tersentuh. Kini cuaca sangat panas. Suhu pada siang hari mencapai 35-36 derajat. Meski bermandi peluh, para dokter tetap melayani pasien. Sikap para dokter membuat warga setempat sangat terharu.
Saya juga berterima kasih kepada relawan lokal. Relawan muda setempat membantu dengan penuh ketulusan. Satu relawan muda mendampingi satu dokter untuk membantu menerjemahkan. Selain menjadi penerjemah, mereka juga bisa mencurahkan perhatian kepada para pasien dengan penuh cinta kasih. Kita juga bisa melihat bahwa mereka merasa sangat gembira karena bisa membantu sesama.
“Saya tidak memiliki banyak uang. Namun, selain uang, Tzu Chi lebih membutuhkan niat dan kekuatan untuk bersumbangsih. Karena itulah, saya datang ke sini. Saat membantu orang lain, saya sangat gembira. Saya tidak merasa lelah karena saat melihat pasien tersenyum setelah menerima pengobatan, saya merasa sangat gembira. Saya senang saya mampu membantu sesama dan ingin lebih banyak bersumbangsih,” kata Ea Meime, relawan lokal.
Para relawan kita mengajak warga bernyanyi, membantu menerjemahkan, serta menghibur para lansia dan warga kurang mampu yang jatuh sakit sehingga mereka dapat merasakan cinta kasih antarmanusia. Para dokter kita bukan hanya mengobati penyakit, tetapi juga berinteraksi dengan para pasien. Singkat kata, baksos kesehatan kali ini penuh kehangatan. Relawan kita juga menginspirasi cinta kasih warga setempat.
“Saya memberi tahu mereka bahwa menolong orang lain tidak harus menyumbangkan banyak uang. Dengan menyumbangkan 100, 500, atau 1.000 riel Kamboja, mereka juga bisa menolong sesama. Jadi, sesuai kemampuan masing-masing saja. Lalu, mereka pun turut bersumbangsih,” kata Chen Mei-xiang, Relawan lokal.
“Saya yakin Tzu Chi adalah organisasi amal yang sesungguhnya. Saya juga yakin bahwa berbuat baik akan berbuah baik. Ini hanya sedikit niat baik saya untuk menolong sesama. Saya sangat gembira bisa menolong orang lain,” kata Pang Techlong, salah satu warga.
Selain menggelar baksos kesehatan bagi mereka, relawan kita juga memberi tahu mereka bahwa dengan amal kecil, mereka bisa menolong sesama. Tzu Chi bisa menolong mereka juga berkat himpunan tetes demi tetes cinta kasih dari banyak orang. Jadi, mereka juga bisa bersumbangsih. Dengan mendonasikan sedikit uang, mereka juga bisa bersumbangsih bagi sesama.
Mereka juga sangat gembira karena selain menerima bantuan, mereka juga dapat memberikan bantuan. Mereka menerima bantuan dengan penuh martabat. Inilah kebijaksanaan insan Tzu Chi. Dengan penuh kebijaksanaan, cinta kasih, dan keberanian, para relawan kita bersumbangsih di Kamboja.
Kisah tentang kekuatan cinta kasih sungguh sangat banyak. Pada waktu yang sama, di Ekuador juga digelar upacara peletakan batu pertama sebuah gereja Katolik. Insan Tzu Chi dari Amerika Serikat juga pergi ke Ekuador untuk menghadirinya. Jadi, selama beberapa hari itu, insan Tzu Chi mengembangkan kekuatan cinta kasih di negara yang berbeda-beda.
Melihat sumbangsih mereka beberapa hari ini, saya merasa sangat gembira. Intinya, dunia ini membutuhkan banyak kekuatan cinta kasih agar seluruh dunia penuh kehangatan. Inilah arah tujuan kita.
Longsor di Etiopia mendatangkan penderitaan
Anggota TIMA berbagi pengalaman dan bekerja sama dengan asosiasi medis di Kamboja
Membersihkan dan mempersiapkan lokasi baksos
Tim medis Tzu Chi memberi pengobatan dengan terampil dan penuh cinta kasih
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 14 Maret 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 16 Maret 2017