Ceramah Master Cheng Yen: Mengobati Penyakit Dunia dengan Menginspirasi Kebajikan
Hal yang mengkhawatirkan sungguh sangat banyak. Bagaimana
kita menyelamatkan dunia ini? Beberapa hari ini, dalam ceramah pagi, saya terus
mengatakan bahwa zaman dan dunia kita telah jatuh sakit. Dari waktu ke waktu, karma
buruk kolektif semua makhluk terus terakumulasi. Dari kehidupan ke kehidupan, kita
terus menciptakan sedikit demi sedikit karma buruk.
Kekuatan karma buruk yang kita ciptakanlah yang menimbulkan
noda batin, kegelapan batin, rasa benci, dan rasa dendam. Jika rasa benci tidak
dilenyapkan, maka ia akan terus terakumulasi dan mendatangkan semakin banyak jalinan
jodoh buruk. Karena itulah, terdapat keluarga yang tidak harmonis. Tentu, ini
juga membawa dampak bagi masyarakat.
Jika ada banyak keluarga yang tidak harmonis, maka komunitas
juga akan tidak harmonis. Jika ada banyak komunitas tidak harmonis, maka
masyarakat juga akan tidak harmonis. Ketidakharmonisan antarmanusia ditimbulkan
oleh kekeruhan pandangan. Pandangan setiap orang selalu berbeda-beda. Berhubung
pandangan setiap orang berbeda-beda, hubungan antarmanusia mudah retak dan
menimbulkan beragam masalah masyarakat.
Ketidakharmonisan dalam masyarakat bisa menimbulkan konflik
dalam suatu negara, bahkan antarnegara. Karena itulah, bencana akibat ulah
manusia kerap terjadi. Di seluruh dunia, banyak pengungsi yang menderita dan
kehilangan tempat tinggal. Semua itu akibat pikiran manusia yang tidak selaras.
Segelintir orang yang pikirannya tidak selaras bisa memengaruhi keluarga,
masyarakat, dan sebagainya. Ini akan membentuk karma buruk kolektif.
Kekuatan karma buruk kolektif membuat unsur alam menjadi
tidak selaras. Bumi terluka akibat ketidakselarasan unsur tanah, air, api, dan
angin. Kita juga melihat Guatemala yang dilanda banjir akibat hujan deras pada
awal bulan Oktober. Setelah hujan berhenti, insan Tzu Chi Guatemala segera
menyalurkan bantuan. Mereka tetap melangkah maju meski harus melalui jalan
berlumpur dan menyeberangi sungai.
Perjalanan mereka sangat berbahaya. Jalan pegunungan tidak
mudah ditempuh, tetapi para relawan tetap menempuhnya dengan membawa barang
bantuan. Mereka sungguh merupakan Bodhisatwa yang menjangkau makhluk yang
menderita. Mereka tidak tega melihat orang lain menderita. Saat menjangkau
korban bencana, relawan kita melihat bahwa mereka sungguh sangat menderita. Tidak
ada akses untuk mengirimkan barang bantuan ke lokasi bencana dan para korban
bencana sulit untuk keluar.
Setelah menerima laporan tentang hal ini, insan Tzu Chi
segera menjangkau mereka meski harus menerjang bahaya. Insan Tzu Chi di
Guatemala tidak banyak, tetapi mereka memikul tanggung jawab besar. Berhubung
banyak bencana terjadi di sana dan tenaga yang kita miliki terbatas, relawan
kita harus sangat bekerja keras. Namun, mereka melakukannya dengan baik.
Lihatlah, relawan kita mengantarkan begitu banyak barang
bantuan dengan melakukan kunjungan beberapa kali tanpa takut bekerja keras. Begitu
pula dengan insan Tzu Chi Dominika. Mereka melakukan survei bencana dan
pendataan, baru mengadakan pembagian bantuan. Insan Tzu Chi di kedua negara ini
sungguh membuat orang sangat tersentuh. Para Bodhisatwa ini bukan hanya
memiliki cinta kasih, tetapi juga bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, dan
bergotong royong untuk bersumbangsih.
Lihatlah, para warga kurang mampu juga bersedia menolong
sesama dengan menyumbangkan sedikit uang. Nilai uang yang disumbangkan tidak
penting, yang terpenting adalah niat baik mereka. Kita harus menyucikan hati
mereka dan memberi mereka kesempatan untuk menabur benih kebajikan di dalam
ladang batin mereka. Dengan demikian, akar kebajikan ini akan mengikuti mereka
ke kehidupan mendatang. Mereka mungkin akan terus menolong sesama dengan
bersumbangsih semampu mereka.
Setetes demi setetes cinta kasih ini bagaikan setetes air
yang mengalir ke laut yang selamanya tidak akan kering. Dengan setetes demi
setetes cinta kasih, mereka bisa menjalin jodoh baik dengan orang banyak. Saya
terus menekankan bahwa kini unsur alam sudah tidak selaras. Zaman dan dunia ini
telah jatuh sakit. Para Buddha dan Tabib Agung telah memberikan resep dan
menunjukkan arah pada kita.
Buddha telah mencapai parinirvana dan hanya meninggalkan
Dharma di dunia ini. Kita harus segera menggunakan Dharma untuk mengobati dunia
ini. Kita harus menggunakan resep dari Buddha untuk menyucikan hati manusia dan
menginspirasi cinta kasih orang-orang untuk menghimpun berkah. Saya pernah
berkata bahwa kita harus menghormati langit, mengasihi bumi, dan menghimpun
berkah.
Ada satu tahun di mana saya terus mengimbau orang-orang untuk
menghormati langit, mengasihi bumi, dan menghimpun berkah. Dengan demikian, kita
baru bisa melenyapkan bencana. Satu orang satu kebajikan untuk melenyapkan
bencana, inilah yang sering kita galakkan. Bodhisatwa sekalian, kita sungguh
harus memandang penting hal ini.
Untuk mengobati penyakit zaman dan dunia ini, dibutuhkan
Dharma. Tabib Agung telah menyatakan bahwa bukan hanya fisik dan batin manusia,
bahkan zaman dan dunia ini juga telah jatuh sakit. Alam telah terserang demam. Saat
tubuh kita terserang demam, organ-organ tubuh kita menjadi tidak selaras.
Seperti tubuh manusia, alam juga mengalami hal yang sama. Jadi,
relawan sekalian, kita harus memandang penting ajaran Buddha dan lebih
bersungguh hati. Kini Sutra Bunga Teratai yang saya babarkan telah memasuki
bagian yang mengulas kebenaran yang mendalam. Kalian harus senantiasa
bersungguh hati.
Bodhisatwa dunia
menjangkau wilayah yang membutuhkan
Mengatasi berbagai
kesulitan demi menuntaskan misi
Niat baik bagaikan
tetesan air yang selamanya tidak akan kering
Mengobati batin dengan Dharma untuk melenyapkan bencana
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 19 Oktober 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 21 Oktober 2017