Ceramah Master Cheng Yen: Mengubah Kekeruhan menjadi Kemurnian lewat Praktik Bodhisatwa


Buddha berkata bahwa dunia ini penuh dengan Lima Kekeruhan. Keruh artinya tidak jernih. Kegelapan batin telah mengganggu indra kita. Apa pun yang dilihat, orang-orang akan melihatnya dengan ketamakan. Jika tidak memahami prinsip kebenaran, pikiran kita akan terbuai oleh apa yang kita lihat dan ketamakan kita akan muncul. Akibatnya, pikiran kita akan menyimpang. Dengan demikian, jalan hidup kita akan kacau.

Buddha datang ke dunia untuk meluruskan jalan ini. Sama halnya ketika kita berada di persimpangan dan melihat lampu lalu lintas. Saat melihat lampu kuning, kita akan bersiap untuk berjalan; saat lampu merah menyala, kita akan berhenti; saat lampu hijau menyala, kita melanjutkan perjalanan. Inilah ajaran yang mengendalikan hati dan pikiran kita. Berkat adanya pengaturan seperti ini, lalu lintas dapat dikontrol dengan baik dan keamanan transportasi kita terjaga.

Sama prinsipnya dengan hal ini, mereka yang membabarkan Dharma harus memberi tahu apa yang boleh orang-orang lakukan dan kapan harus berhenti. Prinsip dan ajaran ini membawa ketertiban dunia. Terkadang, ketika saya membabarkan Dharma, terdengar suara pesawat yang bising dan saya tidak dapat berhenti berbicara. Karena itu, saya perlu berusaha untuk berbicara lebih keras. Ini sulit bagi saya.


Bodhisatwa sekalian, demikian pula, setiap Bodhisatwa harus memiliki tekad yang kuat, tidak takut pada kesulitan, memiliki kesabaran yang tinggi, dan memiliki kemurahan hati. Memiliki kemurahan hati dan cinta kasih disebut penuh cinta kasih dan welas asih. Hendaknya kita memiliki cinta kasih tanpa syarat yang tidak membeda-bedakan.

Di masa lalu, saya dan Anda tidak saling mengenal. Berkat adanya jalinan jodoh antarmanusia, ada orang yang membimbing kalian dengan memperkenalkan ajaran Tzu Chi dan membagikan ajaran saya melalui tulisan maupun video. Ini semua dimungkinkan karena himpunan jalinan jodoh. Kita sungguh beruntung dapat membangun tekad untuk menapaki Jalan Bodhisatwa dengan menjadi teladan demi membimbing semua makhluk secara luas dan bersumbangsih bagi mereka yang menderita. Inilah tujuan kita bersama.

Semua orang mengenal Bapak Faisal Hu. Dia telah membagikan kisahnya kepada semua orang. Meski menjadi relawan Tzu Chi, dia adalah seorang muslim yang taat. Saya juga berkata bahwa dia harus taat pada agamanya. Selama memiliki agama yang benar, semuanya harus taat dan tulus. Sesungguhnya, memiliki hati yang bajik dan perilaku yang penuh cinta kasih telah menunjukkan agama yang murni. Agama hanyalah sebuah label. Semuanya mengajarkan prinsip yang sama.


Agama Buddha juga membicarakan tentang surga. Dalam agama Buddha, praktik tertentu akan membawa kita terlahir di alam surga. Agama Islam juga mengajarkan untuk berbuat baik dan bermurah hati untuk dapat masuk surga. Bukankah ini prinsip yang sama? Ajaran Buddha berkata bahwa kita harus mempraktikkan Sepuluh Kebajikan dan mematuhi sila. Sila ini tidak boleh dilanggar. Jika Anda dapat menjaga sila, berarti Anda telah berbuat bajik dan berjalan di jalan yang benar. Dengan mempraktikkan Sepuluh Kebajikan, himpunan ini akan membentangkan jalan yang lapang. Inilah jalan menuju surga.

Lebih jauh lagi, saya berharap semuanya dapat membangkitkan tekad Bodhisatwa dan melatih diri di Jalan Bodhisatwa. Kita harus bersumbangsih dan tidak tamak bukan karena berharap masuk surga. Kita harus melampaui pemikiran ini. Kalaupun harus pergi ke neraka untuk membimbing makhluk lain, kita juga bersedia. Hendaknya kita memiliki ikrar Bodhisatwa Ksitigarbha dan hati Bodhisatwa Avalokitesvara. Meski dunia penuh dengan penderitaan, kita tidak boleh takut. Kita harus memiliki kesabaran.

Di masa depan, kondisi Bumi akan makin mendesak. Iklim makin hari makin tidak selaras. Inilah hukum alam yang berlaku akibat Bumi yang terus dirusak. Nafsu keinginan manusia makin lama makin besar. Manusia selalu ingin mendapatkan lebih banyak. Di sisi lain, Bumi tidak bertambah besar, tetapi harus terus menyediakan sumber daya alam. Dari mana sumber daya alam berasal? Bumi. Namun, Bumi telah dirusak dan penghijauan pun telah terlambat. Apa yang dapat kita lakukan?


Saat ini, saya mengatakan kepada semuanya bahwa kita perlu menjelaskan secara gamblang kepada semua orang tentang sisa waktu yang sedikit ini. Oleh karena sisa waktu yang tinggal sedikit, semua orang memiliki tanggung jawab untuk menyerukan hal ini dan memberikan contoh yang baik. Kita tidak perlu takut akan kesulitan untuk menginspirasi orang lain menapaki Jalan Bodhisatwa.

Kita harus menyerukan kepada semuanya untuk membuka jalan. Bukan hanya menikmati jalan yang lurus, melainkan kita harus membuka jalan agar lebih panjang. Kita pun perlu membentangkannya agar lebih rata. Inilah tanggung jawab insan Tzu Chi. Oleh karena itu, ketika menjelaskan tentang Sutra Ksitigarbha, saya berkata bahwa saya berikrar untuk menutup pintu neraka dan membuka Jalan Bodhisatwa di dunia. Ikrar ini tidak akan pernah terhenti. Inilah tekad saya sepanjang hidup ini hingga kehidupan selanjutnya. Namun, bagaimana dengan pertengahan antara kepergian dan kembalinya saya?

Saya harap semuanya dapat terus membentangkan jalan Tzu Chi dan menggalang banyak orang untuk bergabung. Ketika kita dapat terus menggalang orang lain dan terus membentangkan jalan, barisan kita akan semakin panjang.

Menyelaraskan pikiran dan memurnikan kekeruhan dunia dengan Dharma
Memiliki cinta kasih, welas asih, kesabaran, dan tekad
Menjaga sila, mempraktikkan kebajikan, dan membentangkan jalan
Membentuk barisan Bodhisatwa yang panjang

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 30 Juni 2023
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Felicia
Ditayangkan Tanggal 02 Juli 2023
Cara untuk mengarahkan orang lain bukanlah dengan memberi perintah, namun bimbinglah dengan memberi teladan melalui perbuatan nyata.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -