Ceramah Master Cheng Yen: Mengubah Kesadaran Menjadi Kebijaksanaan untuk Melindungi Semua Makhluk
Pada zaman Buddha, Buddha mengajarkan praktik Bodhisatwa. Harapan Buddha adalah setiap orang bisa menjadi Bodhisatwa. Saat ini, para relawan kita bersumbangsih secara nyata sebagai Bodhisatwa dunia. Kita bersumbangsih dengan cinta kasih tanpa mementingkan jalinan jodoh. Kita bagaikan guru yang tak diundang. Kita tetap manusia awam, tetapi kita bisa mendayung perahu meski terkena penyakit serius.
Dalam Sutra Makna Tanpa Batas dikatakan bahwa orang yang bisa menyeberangkan diri sendiri ke pantai kebahagiaan, juga bisa menyeberangkan orang lain. Meski kita adalah manusia awam, kita juga bisa menyeberangkan sesama ke pantai kebahagiaan karena kita telah mendengar dan memahami Dharma. Meski masih diliputi noda batin, kita tetap harus mewariskan Dharma kepada orang lain. Kita harus mengikis noda batin kita. Dharma bagaikan perahu yang bisa dijadikan alat untuk menyeberangkan orang lain. Kita harus bersungguh hati dalam hal ini.
Kita harus bersungguh hati bersumbangsih bagi makhluk yang menderita. Mengubah kesadaran menjadi kebijaksanaan berarti mengubah pengetahuan dan pengalaman sehari-hari menjadi kebijaksanaan Bodhisatwa. Inilah yang disebut mengubah kesadaran menjadi kebijaksanaan.
Kita sering mengulas tentang lima indra, lima objek, dan lima kesadaran. Saat indra mata bersentuhan dengan objek rupa, kita bisa membedakan. Ini karena indra dan objek bersentuhan. Telinga bisa mendengar. Saat ini, saya sedang berbicara dan kalian sedang mendengarkan. Saya berbicara dengan indra lidah dan kalian mendengar dengan indra telinga. Saat objek bersentuhan dengan indra, kesadaran akan bereaksi.
Lima indra terdiri atas mata, telinga, hidung, lidah, dan tubuh. Setiap indra memiliki kesadaran masing-masing. Karena itulah, ada lima indra, lima objek, dan lima kesadaran. Kita bisa membedakan karena adanya kesadaran. Dengan kesadaran inilah, manusia awam membedakan kondisi luar. “Oh, saya menyukai ini. ”Saya tidak menginginkan itu.” Namun, jika barang yang disukai terus terakumulasi dan tak dipakai, lama-kelamaan akan menjadi sampah.
Ada pula yang hanya mengejar kenikmatan sesaat. Mereka hanya menyukai barang baru dan membuang barang lama. Inilah yang menimbulkan pola hidup konsumtif dan pemborosan. Selain sumber daya alam terkuras, juga menimbulkan masalah sampah. Dengan kesadaran ini, manusia terus mengejar kenikmatan sesaat dan mengincar barang baru sehingga menimbulkan banyak masalah.
Kini kita telah memahami kebenaran dan tahu untuk mengasihi barang. Bumi telah terserang demam. Bagaimana menurunkan temperatur Bumi? Dengan mengendalikan nafsu keinginan. Bagaimana mengendalikan nafsu keinginan? Dengan mengembangkan kebijaksanaan. Demi menolong makhluk yang menderita, kita memanfaatkan barang-barang yang disia-siakan. Kita mengolah barang-barang yang menimbulkan masalah menjadi barang yang berguna untuk menolong orang lain.
Jadi, konsumen melakukan konsumsi dengan kesadaran mereka, sedangkan orang yang bijaksana mendaur ulang dan mengasihi barang untuk menolong semua makhluk dengan cinta kasih. Inilah kebijaksanaan yang mendukung pencapaian segala aktivitas. Kita harus mengubah kesadaran kelima menjadi kebijaksanaan yang mendukung pencapaian segala aktivitas.
Setiap orang di masyarakat kita terpengaruh oleh lima indra, lima objek, dan lima kesadaran. Karena itulah, timbul banyak nafsu keinginan dari kesadaran kita. Saat lima indra bersentuhan dengan lima objek, timbullah nafsu keinginan dalam kesadaran keenam. Saat melihat sesuatu yang disukai, kita berusaha untuk merebut dan mendapatkannya, bahkan rela menciptakan karma buruk karenanya. Semua itu dilakukan oleh kesadaran keenam.
Kita terikat oleh kekuatan karma karena kesadaran keenam. Dengan mengubah kesadaran keenam menjadi kebijaksanaan dalam mengamati, kita bisa menganalisis secara detail dan memahami bahwa kenikmatan seperti ini hanya sesaat. Contohnya nafsu makan. Demi kenikmatan selama tiga detik, kita menelan nyawa hewan-hewan. Jika kita mengembangkan kebijaksanaan untuk mengubah pola pikir kita, sesungguhnya kita bisa melindungi semua makhluk di bumi ini.
Jadi, untuk membimbing semua makhluk, kita harus bersumbangsih dengan cinta kasih yang bijaksana. Memenuhi nafsu keinginan hanya mendatangkan kepuasan dan kenikmatan sesaat. Jika kita bisa sepenuh hati menganalisis, berarti kita memiliki kebijaksanaan dalam mengamati. Kita harus mengubah kesadaran keenam menjadi kebijaksanaan dalam mengamati. Apakah kalian tahu kita harus mengubah kesadaran ketujuh menjadi apa? (Kebijaksanaan yang tidak membeda-bedakan) Benar, kebijaksanaan yang tidak membeda-bedakan.
Kehidupan semua makhluk adalah setara. Bagaimana bisa kita tega mengonsumsi daging sesama makhluk hidup? Semua makhluk adalah setara. Kita hendaknya saling menghormati dan mengasihi. Selanjutnya, salah satu bab dalam Sutra Bunga Teratai adalah bab Bodhisatwa Sadaparibhuta. Beliau tidak pernah meremehkan orang lain karena kelak semua orang akan mencapai kebuddhaan. Ini karena semua makhluk memiliki hakikat kebuddhaan. Semua makhluk memiliki potensi untuk mencapai kebuddhaan.
Kesadaran kedelapan adalah gudang penyimpanan benih karma. Saya sering berkata, “Segala sesuatu tidak bisa dibawa pergi, hanya karma yang selalu menyertai.” Semua karma baik dan buruk kita tersimpan dalam kesadaran kedelapan. Di kehidupan mendatang, saat kesadaran kita meninggalkan tubuh kita, ke mana kita pergi? Inilah yang harus kita pelajari dan renungkan. Karena itulah, saya terus berkata bahwa kita tidak perlu takut akan kematian jika kini kita menunaikan kewajiban, menjaga kesadaran dengan baik, menjalin jodoh baik dengan semua makhluk, bersumbangsih di tengah masyarakat, dan tidak melupakan tekad awal saat membangkitkan hati Bodhisatwa.
Kita harus mempraktikkan Dharma saat terjun ke tengah masyarakat. Kita mendengar Dharma hingga bisa memahami kebenaran dan tersadarkan. Tujuan Buddha datang ke dunia ini adalah untuk membuka pikiran kita dan menunjukkan kebenaran. Karena itu, kita hendaknya tersadarkan dan memahami kebenaran. Kita harus memahami ajaran Buddha. Buddha telah menunjukkan kebenaran dan kita harus memahaminya. Jadi, kita harus bersungguh hati. Berapa pun usia kita, kita harus menggenggam setiap waktu dan jangan berhenti bersumbangsih.
Mengendalikan noda batin diri sendiri sekaligus membimbing orang lain
Mengubah kesadaran menjadi kebijaksanaan untuk melindungi semua makhluk
Senantiasa mempertahankan tekad awal dan menjalin jodoh baik dengan semua makhluk
Tekun melatih diri agar tersadarkan dan memahami ajaran Buddha
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 13 April 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 15 April 2018