Ceramah Master Cheng Yen: Mengubah Kesadaran Menjadi Kebijaksanaan untuk Membimbing Semua Makhluk
“Biasanya,
saya juga berbagi cerita dengan anak-anak di kelas agar mereka dapat
memikirkannya dan tersadarkan. Saya berharap anak-anak dapat bervegetaris dari
usia dini karena ini bermanfaat untuk kesehatan. Selain itu, juga dapat
menyelamatkan Bumi dan membina welas asih anak-anak,” ujar Huang
Yue-liu, guru TK Tzu Chi Butterworth.
“Apa yang akan terjadi jika kita terus makan daging?”
“Bumi
akan terluka,” jawab Liang Ming-jie, murid TK Tzu Chi
Butterworth
“Kita
harus melindungi Bumi agar tidak jatuh sakit. Kita harus makan lebih banyak
sayuran. Jangan melukai hewan-hewan,” kata Wang
Yun-xi, murid TK Tzu Chi Butterworth.
“Belakangan,
saya baru menyadari bahwa daging yang kita makan berasal dari hewan yang
sengaja diternakkan. Mereka dikurung sepanjang hidup mereka. Kandang mereka
hanya dibuka pada hari mereka akan dijagal. Setelah menyadari hal ini, saya
merasa heran bagaimana dahulu saya bisa mendukung hal seperti ini dan
mengonsumsi daging bertahun-tahun. Begitu beralih ke pola makan vegetaris, kesehatan
saya jauh lebih baik. Saya menjadi tidak mudah lelah dan pencernaan saya juga
membaik,” kata Sidney Hsu, perancang busana.
Saya sering mengingatkan kalian untuk mengubah kesadaran
menjadi kebijaksanaan. Kita harus menyatukan pengetahuan dalam kehidupan
sehari-hari dengan kebijaksanaan yang diajarkan oleh Buddha. Jika hanya
mengandalkan pengetahuan, kita akan membeda-bedakan. Selain itu, manusia
memiliki keakuan dan merasa lebih unggul dari hewan. Sebagian orang mengira
bahwa mereka bisa mendominasi hewan.
Demi memenuhi nafsu keinginan, manusia menjagal atau memperalat
hewan. Sebagai manusia, kita hendaknya mengasihi dan melindungi hewan. Kita
hendaknya membawa manfaat bagi semua makhluk di alam semesta. Dengan mengubah
kesadaran kelima menjadi kebijaksanaan yang mendukung pencapaian segala
aktivitas, kita bisa membawa manfaat bagi semua makhluk.
Kita juga harus mengubah kesadaran keenam menjadi
kebijaksanaan dalam mengamati. Kita harus menggunakan kesadaran keenam untuk mengamati
segala sesuatu di dunia. Untuk mengetahui bagaimana manusia bisa hidup
berdampingan dengan segala sesuatu di dunia ini, kebijaksanaan dalam mengamati sangatlah
penting.
Kita juga harus mengubah kesadaran ketujuh menjadi kebijaksanaan
yang tidak membeda-bedakan. Saat sifat hakiki kita menyatu dengan prinsip
kebenaran alam semesta, kita akan menyadari bahwa segala sesuatu adalah kosong.
Selain harus memahami seluruh prinsip kebenaran secara tuntas, kita juga harus
mempraktikkannya tanpa terpengaruh oleh kondisi luar. Ini disebut mengubah
kesadaran kedelapan menjadi apa?
Kebijaksanaan yang jernih dan bulat bagaikan cermin. Jika
bisa demikian, bukankah kita akan terbebas dari kemelekatan dan memahami
kebenaran tanpa rintangan? Ajaran Buddha berkaitan erat dengan segala sesuatu
di dunia dan bisa dipraktikkan untuk menjangkau semua makhluk yang menderita. Kita
harus terus melangkah maju. Jangan biarkan pelatihan diri kita terganggu oleh
kesulitan yang ada.
Kita juga melihat kebakaran besar di Filipina. Kebakaran
terjadi di wilayah kurang mampu. Ada lebih dari 400 unit rumah yang hangus
terbakar. Relawan kita juga terkena dampaknya, tetapi mereka sangat optimis. Mereka
merasa bahwa yang terpenting, mereka selamat. Mereka tetap tekun dan
bersemangat. Pikiran mereka tidak terpengaruh. Usai mengikuti ritual namaskara,
mereka segera pergi ke posko daur ulang untuk menyiapkan makanan hangat. Mereka
sungguh berpikiran terbuka sehingga bisa tetap bersumbangsih. Ini sangat
menyentuh. Dalam hidup kita, menjaga pikiran sangatlah penting.
Kita bisa melihat Relawan Li yang pernah berjalan
menyimpang. Dia tidak memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang putra, suami,
dan ayah. Dia tidak memiliki rasa tanggung jawab. Dia mengonsumsi narkoba dan
beberapa kali dimasukkan ke pusat rehabilitasi.
“Saya
mengonsumsi narkoba sejak usia 18 tahun dan berulang kali keluar masuk penjara.
Dua kali menjalani rehabilitasi dan sekali menjalani pengobatan. Dahulu, saya
masuk dengan kendaraan seperti ini. Asalkan naik kendaraan seperti ini, tangan
dan kaki harus diborgol agar tidak kabur. Dahulu, saya selalu masuk ke sini dengan
kendaraan penjara yang masuk lewat pintu samping. Hari ini, saya masuk lewat
pintu depan,” tutur Li Jia-lin, relawan Tzu Chi.
Kini, dia bisa keluar masuk penjara lewat pintu depan untuk
berbagi pengalaman dan prinsip kebenaran untuk membimbing orang-orang yang pernah
berjalan menyimpang sepertinya. Dahulu, dia masuk ke sana lewat pintu samping. Setiap
kali tertangkap, dia dimasukkan ke sana lewat pintu samping. Dengan mengubah
pola pikir, kini dia bisa masuk ke sana lewat pintu depan untuk membimbing
banyak orang dan disambut dengan baik di sana. Dia juga terinspirasi oleh orang
lain, yakni dr. Chiu.
Dia
sangat mulia. Dia tidak menikah dan memanfaatkan sepanjang hidupnya untuk
menyelamatkan dan menolong orang. Saya yang sudah hidup 40 tahun lebih malah
masih mengonsumsi narkoba dan membuat orang tua khawatir. Akhirnya, dia
menyumbangkan tubuhnya untuk menjadi Silent Mentor. Saat itu, saya sangat
terharu dan terus meneteskan air mata. Itu termasuk pertobatan. Saya lalu
berikrar menjadi relawan Tzu Chi. Saat itu, tangan saya masih memegang alat
pengisap narkoba. Sambil menonton televisi, saya berlutut dan menangis,” ungkap
Li Jia-lin, relawan Tzu Chi.
Kebajikan dr. Chiu telah mengubah pola pikir Relawan Li. Inilah yang disebut memutar roda Dharma. Kepergian dr. Chiu Chao-jong juga membuat saya sangat kehilangan. Dia bersumbangsih secara nyata. Dia bersedia mendedikasikan diri
di RS Tzu Chi Guanshan dan pergi ke pegunungan setiap minggu
untuk memperhatikan warga suku asli. Sumbangsih nyatanya juga menginspirasi
warga setempat dan membangkitkan cinta kasih mereka. Banyak warga suku asli yang
menganggapnya sebagai ibu mereka. Karena itu, selama dia jatuh sakit, banyak
orang yang membesuknya. Mereka merasa tidak tega.
Inilah keindahan dunia ini yang dirajut dengan cinta kasih
berkesadaran. Sumbangsih nyatanya juga menginspirasi Relawan Li yang berulang
kali keluar masuk pusat rehabilitasi. Selama 20 tahun lebih, tidak ada cara yang
bisa melepaskannya dari kecanduan narkoba. Namun, melihat kisah dr. Chiu, dia
sangat tersentuh. Meski dr. Chiu telah tiada, tetapi semangat dan jiwa
kebijaksanaannya masih berlanjut dan dapat mengubah pola pikir orang-orang.
Begitu mengubah pola pikir, Relawan Li bisa menolong banyak orang. Inilah yang disebut memutar roda Dharma. Dalam ceramah pagi hari ini, saya juga mengulas tentang Dharani. Selain memahami dan mempraktikkan Dharma,
kita juga harus memutar roda Dharma. Selain harus memahami
dan mempraktikkan Dharma, kita juga harus menyebarkan Dharma agar kecemerlangan
hidup kita dapat menginspirasi generasi-generasi penerus. Kisah dr. Chiu dan
Relawan Li sungguh sangat menyentuh.
Memahami
semua kebenaran dengan mengubah kesadaran menjadi kebijaksanaan
Tekun
dan bersemangat melatih diri tanpa terpengaruh oleh kondisi luar
Membimbing orang-orang dengan semangat dan jiwa
kebijaksanaan
Terinspirasi untuk memulai hidup baru dan memutar
roda Dharma
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 1 Maret 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 3 Maret 2018