Ceramah Master Cheng Yen: Mengubah Kesadaran menjadi Kebijaksanaan untuk Menjalin Jodoh Baik

Selama beberapa ratus tahun ini, nafsu keinginan telah membuat manusia menjadi serakah. Orang-orang berebut dan bersaing satu sama lain sehingga terjadi banyak bencana alam dan bencana akibat ulah manusia. Nafsu keinginan manusia yang tiada batas terhimpun sehingga membuat Bumi mengalami kerusakan dengan cepat. Kita sungguh harus melihat ke seluruh dunia. Betapa besarnya bencana yang terjadi akibat ketidakselarasan empat unsur alam. Kita bisa melihat di dunia ini banyak hutan yang terus terbakar.

Lihatlah, wilayah kebakaran hutan di Amerika Serikat begitu luas. Itu sungguh sangat menakutkan. Selain itu, di Spanyol dan Portugal juga terjadi kebakaran hutan. Orang-orang mengatakan bahwa suhu udara meningkat dan sangat panas. Di mana-mana orang berteriak panas. Kita semua hidup di bawah langit dan di atas bumi yang sama, bagaimana mungkin tidak panas? Jangan berpikir bahwa itu adalah urusan orang lain. Contohnya, Spanyol dan Portugal yang merupakan negara tetangga. Kebakaran hutan terjadi dari satu tempat, lalu terus merambat hingga ke perbatasan dan menyebabkan kebakaran yang tak terkendali. Itu sungguh sangat menakutkan. Itu adalah ketidakselarasan unsur api.


Unsur tanah juga tidak selaras. Di Indonesia, dalam seminggu terjadi 2 kali gempa. Gempa yang terjadi di Lombok pada minggu lalu, kerugiannya juga tak sedikit. Banyak bencana yang terjadi di tempat wisata. Selama ini orang-orang mengejar kesenangan hidup sehingga menghasilkan jejak karbon. Orang-orang secara khusus naik pesawat atau membawa mobil pergi ke tempat wisata untuk berfoto dan bersenang-senang. Intinya, membiarkan dunia ini berjalan secara alami merupakan keindahan. Yang paling penting adalah keindahan hati dan pikiran kita. Jika kita ingin memuaskan keinginan dan keangkuhan kita, maka akan menghasilkan jejak karbon serta menyebabkan polusi udara, merusak bumi, dan menciptakan masalah sampah yang serius. Jadi, kita harus membersihkan batin kita terlebih dahulu agar dapat membuat Bumi bersih dan damai.

Saya sering mengatakan bahwa menghirup Dharma sangatlah penting. Namun, melenyapkan noda batin lebih penting lagi. Setelah mendengar Dharma, apakah kita sudah melenyapkan noda batin kita? Seberapa dalam kita dapat menyadari dan mengikis noda batin kita? Kita memiliki enam kesadaran, yaitu mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan pikiran. dan pikiran. Berbagai hal yang kita temui setiap hari, berbagai rupa yang kita lihat oleh mata, apakah membuat kita membangkitkan noda batin atau rasa benci? Ketika melihat sesuatu yang kita sukai, timbul gejolak dalam batin kita. Di dalam batin timbul ketamakan, keinginan, atau kemelekatan.


Ketika indera mata kita bersentuhan dengan kondisi luar dan kesadaran penglihatan berfungsi, apakah noda batin atau keserakahan timbul dalam batin kita? Begitu juga dengan telinga kita dan mulut kita. Manusia kerap memilih-milih makanan. Demi memuaskan nafsu makan, banyak hewan yang telah dibunuh. Ini berkaitan dengan fungsi kesadaran. Setelah berbagai indra kita bersentuhan dengan kondisi luar, pikiran kita yang merupakan indra keenam pun mulai bekerja dan mendorong kita untuk bertindak. Inilah kesadaran keenam.

Kesadaran ketujuh akan mengolah persepsi dan memikirkan cara untuk mencapai tujuan. Kesadaran keenam menggerakkannya untuk mencari cara untuk mendapatkan yang diinginkan. Jadi, pikiran kitalah yang mendorong kita dalam bertindak. Itulah mengapa saya terus mengatakan bahwa kita harus mengubah kesadaran menjadi kebijaksanaan. Kita harus menginspirasi kesadaran keenam agar dapat berpikir dengan jernih dan tak membangkitkan keserakahan. Ketika kita tak membangkitkan keserakahan, maka dengan sendirinya kita tak akan terpengaruh oleh kondisi luar. Yang terpenting adalah setelah menghirup Dharma, apakah kita menerapkannya dalam tindakan kita. Kita harus mengubah kesadaran keenam kita agar kesadaran ketujuh dapat merenung dengan baik sehingga kita bisa mengintrospeksi diri dan bertobat.


Benih karma yang kita ciptakan pada kehidupan ini tersimpan dalam kesadaran kedelapan tersimpan dalam kesadaran kedelapan dan dibawa ke kehidupan berikutnya. Kebiasaan buruk pada kehidupan ini akan terbawa ke kehidupan berikutnya. Dalam menghirup Dharma, kita harus membuatnya meresap hingga kesadaran keenam dan ketujuh, hingga kesadaran keenam dan ketujuh, bahkan kesadaran kedelapan. Kesadaran kedelapan adalah kesadaran karma. Semua jenis pikiran yang timbul adalah akibat dari fungsi kesadaran keenam. Jika kita dapat menjernihkan kesadaran keenam, maka dengan sendirinya kita akan menciptakan benih karma baik. Inilah hukum sebab akibat. Kita harus tahu bagaimana cara untuk bersama-sama menciptakan karma baik dan tidak menciptakan karma buruk. Kita harus sangat berhati-hati dan lebih bersungguh hati. 

Banyak bencana yang terjadi di dunia

Nafsu keingian dan keserakahan menghasilkan jejak karbon

Menyucikan tubuh dan batin lewat kegiatan daur ulang

Mengubah kesadaran menjadi kebijaksanaan untuk menjalin jodoh baik

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 8 Agustus 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 10 Agustus 2018
Menghadapi kata-kata buruk yang ditujukan pada diri kita, juga merupakan pelatihan diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -