Ceramah Master Cheng Yen: Mengubah Penderitaan Menjadi Kebahagiaan
“Pada tahun 2019, Siklon Idai menerjang Provinsi Sofala yang terletak di wilayah tengah Mozambik. Lebih dari 1,8 juta warga terkena dampaknya. Para korban bencana dipindahkan oleh pemerintah dari lokasi bencana ke lokasi berdirinya Perumahan Cinta Kasih saat ini. Pemerintah khawatir jika mereka terus tinggal di tempat yang sama, mereka akan terkena dampak lagi jika daerah itu kebanjiran. Oleh karena itu, pemerintah meminta mereka semua untuk pindah ke lahan yang baru. Setiap orang kebagian satu tenda sebagai tempat tinggal mereka. Namun, mereka tidak tahu di mana mereka dapat bercocok tanam, di mana mereka dapat berobat, dan di mana anak-anak bisa bersekolah. Mereka tidak tahu semua itu. Mereka hanya tahu bahwa kelak mereka harus tinggal di tempat itu,” kata Gao Jing-yao relawan Tzu Chi.
“Lihatlah keadaan sekolah tanpa atap ini. Beberapa waktu setelah siklon berlalu, para siswa kembali ke sekolah untuk belajar. Saya merasa bahwa mereka bersedia untuk duduk di kelas dengan keadaan seperti itu karena mereka tahu bahwa hanya dengan meneruskan pendidikan dan rajin, barulah mereka dapat memperbaiki kehidupan mereka. Karena pemandangan yang terlihat saat survei bencana, kita menandatangani nota kesepahaman dengan Dewan Rekonstruksi Mozambik. Kita berjanji untuk membangun dua puluh tiga sekolah dan empat Perumahan Cinta Kasih,” pungkasnya.
Kita telah mendengar rencana pembangunan empat Perumahan Cinta Kasih dan lebih dari 20 sekolah di Mozambik. Inilah harapan bagi masa depan. Saat ini, kita membangun Perumahan Cinta Kasih agar korban bencana dapat tinggal dengan tenang di sana. Kita juga berharap mereka bisa mendapatkan pekerjaan, menjalankan usaha, atau bertani untuk mencari nafkah.
Saya teringat akan relawan Tzu Chi yang kembali tahun lalu dan menyampaikan rencana mereka untuk menggarap ratusan hektare lahan demi warga Mozambik. Relawan Tzu Chi selalu menjangkau orang menderita dan melakukan semua yang mereka bisa untuk membantu. Kita berharap orang-orang di sana dapat hidup tenang dan mencari nafkah dengan bertani serta anak-anak di sana dapat menerima pendidikan. Inilah Bodhisatwa dunia.
Saya selalu berharap kita bisa mengubah penderitaan di dunia ini menjadi kebahagiaan agar orang-orang bisa merasakan sukacita. Hendaklah kita terus mendoakan mereka. Dengan tetes demi tetes kekuatan cinta kasih, semua dapat dicapai seiring berjalannya waktu. Selain membantu mereka untuk hidup mandiri, kita juga harus membimbing mereka untuk membantu sesama. Orang yang kurang mampu juga dapat membantu sesama. Jangan menunggu hingga kita memiliki makanan berlebih baru membantu orang lain. Berbuat baik dan berbakti tidak bisa ditunda. Saat kita memberikan bantuan kepada seseorang dan dia pun sangat bekerja keras, maka dia dapat membawa manfaat bagi yang lain. Berkat adanya Anda dan saya, orang-orang dapat tertolong.
Hendaklah kita saling membantu di dunia ini. Ketika kita membantu orang lain, kita harus mengingatkan diri sendiri bahwa kita dipenuhi berkah. Orang yang dapat membantu sesama adalah orang yang dipenuhi berkah. Mereka yang dulu menerima bantuan, sekarang dapat menikmati panen yang berlimpah dan memberikan hasil panen kepada yang lebih membutuhkan.
Lihatlah betapa bahagianya mereka. Mereka memanen sayuran dan menggunakannya untuk menolong orang lain. Inilah kekuatan cinta kasih. Mereka memberi dengan perasaan sukacita. Mereka juga memotong rumput, menjemurnya, dan menganyamnya menjadi tikar. Tikar tersebut dapat dijual atau diberikan kepada warga lansia. Butuh banyak usaha dan waktu untuk belajar dan mengajar menganyam tikar. Tikar ini mereka gunakan sendiri dan dibagikan kepada orang yang membutuhkan. Jika berlebih, mereka akan menjualnya untuk menggalang dana bagi orang-orang yang membutuhkan. Hal ini membuat saya senang.
Ketika saya mengunjungi Taichung beberapa tahun lalu, relawan kita dari Mozambik berbagi pengalamannya dengan penuh rasa pencapaian. Melihat bahwa mereka telah kembali dan berada di dekat saya, saya sungguh senang. Kita semua hidup di dunia ini. Meskipun memiliki warna kulit yang berbeda dan jarak negara mereka jauh dari kita, tetapi asalkan kita memiliki tekad, maka jalinan jodoh akan mendekatkan mereka dengan kita. Kita dapat melihat bagaimana mereka menghargai berkah.
Setelah mendapat beras dari kita, mereka membongkar karung beras dan menggunakan setrip plastiknya untuk menganyam tikar. Betapa bijaksananya mereka. Benih yang telah diberikan pun dapat mereka tanam di lahan setempat. Mereka memanen biji-bijian dan sayuran yang subur. Mereka menggunakan karung beras dan rumput yang mereka kumpulkan untuk membuat tikar. Dengan bersungguh hati dan menguras pikiran, mereka dapat hidup dengan mandiri.
Saat ini, mereka juga dapat membantu orang-orang yang lebih menderita dari mereka. Namun, jika dibandingkan dengan mereka, kita tetap lebih beruntung karena sumber daya di Mozambik sangat minim. Belakangan ini, insan Tzu Chi juga melintasi perbatasan negara untuk membebaskan korban bencana dari penderitaan mereka dan membimbing orang-orang menjadi relawan Tzu Chi. Meskipun berbeda agama, kita memiliki kesatuan hati untuk menenteramkan kehidupan orang-orang.
Bodhisatwa sekalian, banyak kisah penuh kehangatan yang tak habis untuk dibagikan. Kita harus menggenggam waktu untuk menulis sejarah Tzu Chi. Setiap kegiatan Tzu Chi harus dicatat dengan segera. Dengan demikian, sejarah Tzu Chi dapat berguna untuk membimbing dan menginspirasi orang selamanya. Untuk menyebarkan cinta kasih di seluruh dunia, relawan kita terjun ke daerah yang menderita dan mencari cara untuk memperbaiki kehidupan mereka.
Hendaklah kita semua bersumbangsih dengan sepenuh hati. Singkat kata, dengan mengerahkan kekuatan cinta kasih untuk menciptakan berkah bagi dunia, berarti kita menciptakan berkah bagi diri sendiri. Jadi, membantu orang berarti memupuk berkah bagi diri sendiri. Hendaklah kita sungguh-sungguh menapaki Jalan Bodhisatwa. Kita harus maju selangkah demi selangkah dengan mantap serta tekun dan bersemangat dalam menciptakan berkah. Inilah membina berkah dan kebijaksanaan.
Mengubah penderitaan menjadi kebahagiaan
Membimbing orang-orang hidup mandiri dan mencapai Bodhi
Menyaksikan cinta kasih dalam kitab sejarah Tzu Chi
Melangkah dengan mantap demi menciptakan berkah bagi dunia
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 13 Juli 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 15 Juli 2022