Ceramah Master Cheng Yen: Mengubah Pengetahuan Menjadi Kebijaksanaan dan Memperpanjang Jalinan Kasih Sayang


“Saat ini, kami berada di Sekolah Internasional Menahel. Yang duduk di belakang saya adalah murid-murid dan Bapak Ali Uslanmaz,”
kata salah seorang relawan Tzu Chi di Turki dalam acara pertemuan relawan Tzu Chi Turki secara daring.

Saya sungguh sangat bersyukur melihat saudara-saudara kita di Turki. Meskipun kita dipisahkan oleh jarak yang jauh, tetapi cinta kasih kita tetap terhubung. Meski berjarak ribuan kilometer, mereka seakan berada di sisi kita. Bukankah ini seperti yang dideskripsikan dalam Sutra Surangama? Meski hanya seujung rambut, tetapi dalam seujung rambut itu terkandung dunia yang tak terhingga jumlahnya. Hati kita meliputi seluruh dunia.

Melihat Wakil Gubernur Ali Uslanmaz an Profesor Cuma di sana, saya merasa sangat dekat dengan mereka. Jalinan jodoh dan kasih sayang yang sudah terjalin selama bertahun-tahun ini masih berlanjut hingga sekarang. Kita juga melihat murid-murid di sana sangat antusias dalam membantu orang-orang yang membutuhkan.

Saya ingat saat gempa mengguncang Tainan beberapa tahun yang lalu, murid-murid di Sekolah Internasional Menahel juga ikut berpartisipasi memberikan bantuan dengan menyumbangkan uang di celengan bambu mereka.


Pada tahun 1999, Turki juga diguncang gempa. Saat itu, relawan kita, A-gui dan Zhu-qi, kebetulan akan kembali ke Taiwan dari Kosovo. Kita menelepon untuk meminta mereka mengubah rencana menjadi terbang ke Turki. Saya masih ingat saat itu, artikel Bapak Hu dimuat di United Daily News. Saya melihat di salah satu sudut surat kabar, dia bertanya, “Saat Turki dilanda bencana, di manakah Taiwan?”

Setelah melihat artikel Bapak Hu, saya meminta A-gui untuk segera menghubungi Bapak Hu dan memberitahunya bahwa relawan Tzu Chi sudah tiba di Turki. Mereka pun segera menghubungi Bapak Hu dan memulai penyaluran bantuan bencana di sana. Saat itu, terjadi banyak hal yang menakjubkan.

Sesungguhnya, kita tidak memiliki relawan ataupun koneksi dengan orang-orang di sana, sungguh bagaikan mencari jarum di tumpukan jerami. Namun, dalam keadaan seperti itulah, jalinan jodoh ini tercipta. Saya sungguh sangat bersyukur. Setiap kali teringat akan Turki, saya selalu merasa bahwa jalinan jodoh ini sangat menakjubkan.

Intinya, jalinan jodohlah yang menyatukan kita. Karena itu, setiap orang hendaklah menginventarisasi kehidupannya. Mari kita mengingat kembali, dalam puluhan tahun kehidupan kita, apa saja yang telah terjadi. Ini barulah kehidupan manusia. Inilah nilai otak manusia. Nilai otak kita terletak pada kemampuan untuk mengingat dan membedakan sesuatu.


Ketua Misi Pendidikan, Bapak Wang, pernah membahas tentang sistem pencernaan dan otak manusia. Sistem pencernaan kita seperti otak kedua karena tahu kapa harus merasa lapar. Perut kita akan memberi tahu kita, "Inilah waktunya makan." Saya merasa ini sangat luar biasa. Dalam kehidupan ini, setiap orang memilki nilai masing-masing yang dapat dikembangkan. Jadi, setiap individu memiliki bidang keahlian dan nilai yang berbeda-beda.

Hubungan antarmanusia, antardaerah, atau antarnegara bisa dipererat dari yang tadinya jauh menjadi dekat ataupun direnggangkan dari dekat menjadi jauh. Ini bergantung pada pandangan dan pemikiran manusia. Yang dekat bisa direnggangkan menjadi jauh. Mari kita merenungkannya.

Dua orang yang pada awalnya mungkin dekat, ketika memiliki pemikiran yang berbeda atau berseberangan, mereka bisa saling menolak, bahkan menjadi musuh, dll. Ketika mampu membuka dan melapangkan hati, mereka yang bermusuhan bisa berdamai kembali.

Bagaimana kita bisa memiliki dunia yang penuh dengan kebahagiaan? Demikianlah, tidak peduli seberapa jauhnya jarak yang memisahkan, tak peduli apakah memiliki bahasa dan ras yang sama ataukah berbeda, kehidupan kita saling terkait sebagai satu kesatuan.


Kehidupan kita tidak hanya terkait dengan orang lain, tetapi juga dengan hewan. Karena itu, belakangan ini, kita selalu menyosialisasikan vegetarisme. Saya sangat berharap semua orang dapat memahami pelajaran besar ini.

Saya juga berharap setiap orang dapat menyerap pelajaran besar ini ke dalam hati dan mengembangkan kebijaksanaan darinya. Ini bukan hanya pengetahuan umum melainkan kebijaksanaan. Mari kita mengubah pengetahuan menjadi kebijaksanaan. Hanya ketika kita melakukannya, barulah kita dapat memiliki pandangan kesalingterkaitan dan hidup berdampingan dengan semua makhluk di dunia.

“Perbedaan terbesar dari penggalangan hati dan cinta kasih kali ini ialah kami menganggap semua orang di Taiwan sebagai saudara kami. Selama tujuh tahun ini, kami terus mencari cara untuk berkontribusi kembali,” kata Profesor Cuma Kepala Sekolah Internasional Menahel.

“Seseorang bertanya kepada saya berapa banyak yang saya donasikan. Saya menjawab bahwa tidak peduli berapa banyak, saya mungkin selamanya tidak akan pernah bisa membalas kebaikan insan Tzu Chi di seluruh dunia,” kata Zeker Ya Fustik Guru Sekolah Internasional Menahel.


Dunia ini sangat berharga. Pandemi kali ini membuat kita lebih memahami ketidakkekalan dan betapa berharganya dunia ini. Jadi, marilah kita saling menghargai. Kita pun hendaknya menghargai diri kita sendiri. Mari kita saling mengucap syukur satu sama lain dan juga pada diri kita sendiri.

Hendaklah kita sungguh-sungguh menghargai kehidupan dan menjaga kesehatan kita serta bersumbangsih bagi dunia. Mari kita memperluas cinta kasih agung dan memperpanjang jalinan kasih sayang. Jangan hanya mengasihi diri sendiri atau hanya mengasihi orang-orang di sekitar kita. Ketika mengasihi diri sendiri, kita juga harus memperluas cinta kasih agung dan memperpanjang jalinan kasih sayang ke seluruh dunia.

Kemajuan teknologi saat ini memungkinkan kita untuk mengadakan konferensi video yang penuh semangat kasih sayang, sehingga kita bisa merasa sangat dekat satu sama lain. Jadi, saya berharap setiap orang dapat memetik pelajaran besar dari pandemi kali ini.  

Jalinan jodoh tidak terputus meski terpisah ribuan kilometer
Sebersit pikiran mengandung seluruh alam semesta
Saling mengasihi satu sama lain seperti keluarga sendiri
Mengubah pengetahuan menjadi kebijaksanaan dan memperpanjang jalinan kasih sayang

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 31 Oktober 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 02 November 2021
Gunakanlah waktu dengan baik, karena ia terus berlalu tanpa kita sadari.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -