Ceramah Master Cheng Yen: Mengubah Pengetahuan Menjadi Kebijaksanaan dan Terjun ke Masyarakat


“Tzu Chi sangat membutuhkan keahlian di bidang manajemen, administrasi, kepemimpinan, pengembangan berkelanjutan, serta bidang-bidang terkait lainnya. Karena itu, kami meminta Fakultas Manajemen dari Universitas Nasional Taiwan untuk mengembangkan serangkaian pelajaran khusus untuk Tzu Chi. Tentu saja, ini dipadukan dengan latar belakang keagamaan Tzu Chi. Master terus menekankan tentang pentingnya terjun ke masyarakat. Ini berlandaskan ajaran Master Yin Shun mengenai berjuang demi ajaran Buddha dan semua makhluk. Lalu, Master juga menekankan tentang konsep bersumbangsih tanpa pamrih,”
kata Yan Bo-wen Ketua Badan Misi Amal Tzu Chi.

Di dunia ini, ada banyak hal yang mengkhawatirkan, tetapi juga tidak bisa untuk dihentikan. Mengenai hal-hal yang baik dan bermanfaat bagi dunia, kita hendaknya bersungguh hati melakukannya dan berusaha mengajak orang untuk melakukannya bersama.

“Kami berharap proyek ini dapat menghubungkan penelitian akademik Universitas Nasional Taiwan, kebijaksanaan Tzu Chi, dan keahlian dari berbagai bidang, seperti untaian tasbih. Setiap maniknya sangat penting bagi kita. Kami berharap benang emas ini bisa menghubungkan semuanya. Tasbih ini sangat berharga karena ia dapat menyebarkan Dharma dan membawa manfaat bagi semua makhluk. Proyek ini berperan sebagai sebuah media atau alat yang memungkinkan orang-orang memasukkan kebijaksanaan ke dalamnya,” kata Dong Jian-hua CEO Pusat Pengembangan Pendidikan Manajemen Eksekutif.

Kita dapat melihat seuntai tasbih. Setiap maniknya berbeda karena setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Manik yang dianggap cantik oleh masing-masing orang juga akan berbeda. Jadi, makin banyak orang, makin banyak pula jenis maniknya. Saat manik-manik yang berbeda-beda ini dirangkai, tampilannya menjadi tidak teratur dan tidak cantik. Namun, semua manik itu tetapi disatukan oleh seutas benang. Saya sempat membicarakan tentang kekhawatiran saya dan itu mencakup hal ini.


Di dunia ini, setiap orang memiliki preferensi, cara berpikir, dan kemampuan mereka masing-masing. Itu semua dibutuhkan. Namun, bisakah kemampuan orang-orang diubah menjadi kemampuan yang bermanfaat? Bagaimana mengubah pemikiran dan pengetahuan orang-orang menjadi kebijaksanaan? Ada pengetahuan, ada pula kebijaksanaan.

Kita harus mengubah pengetahuan menjadi kebijaksanaan. Dengan kebijaksanaan, kita membedakan baik dan buruk. Dalam kebijaksanaan terkandung pengetahuan. Namun, pengetahuan dalam kebijaksanaan ini bebas dari noda. Dengan kebijaksanaan, selain membedakan baik dan buruk, kita juga bersemangat melakukan kebaikan dan menjauhi tindakan buruk. Ini disebut mengubah pengetahuan menjadi kebijaksanaan.

Saya sering berkata bahwa kita harus mengubah pengetahuan menjadi kebijaksanaan. Dengan kebijaksanaan, kita sepenuhnya membawa manfaat bagi masyarakat dengan niat tulus yang berasal dari dalam hati. Jadi, orang yang melatih diri tidak hanya membenahi dirinya sendiri. Mereka akan terjun ke masyarakat agar bisa menyucikan hati manusia. Untuk itu, yang dibutuhkan bukanlah pengetahuan, melainkan keramahan.

Ibu saya adalah anggota komite Tzu Chi. Setiap Kamis, dia berpartisipasi dalam kegiatan bedah buku dan memimpin kegiatan itu dengan sungguh-sungguh. Master, saya berdonasi setiap bulan. Ibu saya pun menganjurkan untuk berdonasi sebulan sekali dan bukan setahun sekali,” kata salah seorang relawan Tzu Chi.

Benar sekali. Setelah Anda pulang dari sini, sampaikan pada ibumu bahwa saya kagum padanya. Tzu Chi sudah berdiri selama lebih dari 50 tahun dan bermula dari sekumpulan ibu-ibu rumah tangga. Saat mereka hendak bergabung dengan Tzu Chi, saya tidak menanyakan asal sekolah mereka. Saya selalu berkata, "Dengan cinta kasih yang Anda miliki, berusahalah semaksimal mungkin untuk membantu sesama."

Kala itu, orang-orang menyisihkan 50 sen setiap hari dengan niat baik yang tak terputus. Donasi ini memang tidak besar, tetapi niat baik harus dibangkitkan setiap harinya. Dengan menghimpun tetes-tetes sumber daya, barulah Tzu Chi mampu menyebarkan kekuatan kebaikan ke seluruh dunia. Saya sangat bersyukur pada donatur Tzu Chi. Seperti itulah sejarah Tzu Chi dari masa ke masa.


Waktu dan kehidupan manusia tidak terpisahkan. Kita perlu sering menyadari bahwa kehidupan sangatlah penting bagi kita. Jadi, kita bisa lebih bersungguh hati. Jika kita tidak mengembangkan nilai kehidupan kita, kehidupan kita tidak akan memiliki nilai apa pun. Kita hendaknya menginventarisasi nilai kehidupan kita. Ketika kita melakukan hal yang benar, hal-hal ini akan menambah nilai dalam hidup kita. Sebaliknya, saat melakukan hal yang salah, berarti kita menciptakan karma buruk.

Dengan melakukan kebaikan, kita menghimpun berkah. Dengan melakukan keburukan, kita menciptakan karma buruk. Ini tidak ada hubungannya dengan orang lain. Semuanya bergantung pada diri sendiri. Dalam ajaran Buddha, inilah yang disebut hukum karma. Ajaran Buddha mencakup ilmu filsafat dan ilmu fisika. Selain itu, ajaran Buddha juga mencakup ilmu psikologi dan ilmu fisiologi.

“Pelajaran yang kami rancang bukanlah pelajaran manajemen pada umumnya. Ia tentu akan mencakup visi dan kualitas Tzu Chi serta aspek terpenting Tzu Chi, yakni aspek agama,” kata Profesor Xie Ming-hui Wakil Dekan Pengembangan Industri dan Akademik, Fakultas Manajemen, Universitas Nasional Taiwan.

“Saya merasa bahwa yang paling mengagumkan dari Master ialah setelah membangkitkan tekad dan membangun ikrar, beliau menunjukkan kepedulian pada banyak orang. Kondisi di dunia ini makin lama makin sulit, tetapi kekuatan Tzu Chi kian besar. Saya merasa bahwa inilah rasanya miliaran kalpa. Jadi, ketika menulis proposal ini, selain berpikir tentang bagaimana mewariskan semangat ini, saya juga memikirkan cara untuk menyebarkan, berinovasi, da meningkatkannya,” kata Dong Jian-hua CEO Pusat Pengembangan Pendidikan Manajemen Eksekutif.

Saya sangat berharap ajaran Buddha dapat membawa manfaat bagi dunia. Buddha datang ke dunia untuk mengajarkan orang-orang bagaimana menjadi Bodhisattva dunia. Setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan. Jika mereka tidak dekat dengan Dharma, mereka tidak akan memahami Dharma sehingga tidak bisa menapaki jalan Dharma. Karena itulah, kita membicarakan tentang menyebarkan Dharma dan membawa manfaat bagi sesama.


Kita hendaknya mengenal ajaran Buddha. Tidak masalah bila bukan beragama Buddha, tetapi kita harus memahami ajaran Buddha. Itu pasti akan bermanfaat bagi kita. Saya memiliki sangat banyak teman baik yang beragama Kristen ataupun Katolik. Meskipun berbeda agama, tetapi arah kami sama, yakni menyebarkan kebenaran kepada orang-orang agar mereka tahu untuk melakukan perbuatan baik. Jadi, saya merasa bahwa mereka dan saya berada di jalan yang sama. Hanya namanya saja yang berbeda.

Saya sangat bahagia ketika melihat orang-orang berpendidikan tinggi seperti kalian bergabung bersama kami. Karena kalian sudah mengenal Tzu Chi, saya berharap kalian bisa mencari tahu lebih dalam tentang Tzu Chi dan melakukan penelitian tentang itu. Saya akan lebih bahagia lagi jika kalian bisa mendedikasikan diri dan memberi perhatian sebagai relawan Tzu Chi.

Saya telah menganggap kalian sebagai insan Tzu Chi. Saya dengan tulus mengajak kalian untuk bergabung dan lebih menyelami Tzu Chi. Saya selalu berharap Tzu Chi bisa terus ada di dunia. Dunia ini membutuhkan Bodhisattva dunia yang terjun ke masyarakat untuk memberi manfaat. Inilah yang paling saya harapkan.

Mengubah pengetahuan menjadi kebijaksanaan
Terjun ke masyarakat dengan ketulusan dan pikiran benar
Menciptakan berkah dan menghimpun cinta kasih dengan potensi kebajikan
Bersatu menyebarkan Dharma dan membawa manfaat bagi sesama

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 02 September 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 04 September 2024
Mendedikasikan jiwa, waktu, tenaga, dan kebijaksanaan semuanya disebut berdana.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -