Ceramah Master Cheng Yen: Mengubah Pola Pikir dan Berdoa Bersama

Sungguh, setiap hari, saya dengan tulus berdoa semoga dunia aman dan tenteram. Hari ini, kita memperingati ulang tahun Tzu Chi yang ke-54. Hari ini merupakan hari ulang tahun Tzu Chi yang ke-54. Selama beberapa hari ini, saya terus mendengar laporan insan Tzu Chi luar negeri lewat telekonferensi. Berkat kecanggihan teknologi zaman sekarang, kita bisa bertatap muka lewat jaringan internet. Guru dan murid bisa saling berbagi pengalaman. Tentu saja, kita sangat gembira bisa saling bertatap muka dan saling mendoakan. Namun, tahun ini kita menghadapi masalah baru, yakni wabah COVID-19.

Setiap orang diselimuti kekhawatiran dan setiap negara kekurangan masker. Karena itu, insan Tzu Chi di seluruh dunia membangkitkan tekad yang sama, yaitu belajar membuat masker untuk orang-orang yang membutuhkan. Para relawan kita tahu bahwa para tenaga medis di garis depanlah yang paling membutuhkan. Jadi, masker yang dibuat terlebih dahulu diberikan kepada para tenaga medis. Kemudian, relawan kita juga memberikannya kepada para penerima bantuan kita. Selain itu, mereka juga memperhatikan para donator dan sesama relawan.

Di negara yang warga dilarang untuk keluar rumah, relawan kita akan meminta izin untuk keluar beberapa jam guna mengantarkan barang bantuan. Kita bisa melihat sikap saling mengasihi, keharmonisan, dan gotong royong dalam diri relawan kita. Jadi, meski belakangan ini saya sangat khawatir, tetapi para relawan kita membuat saya tenang karena lewat jaringan internet, saya bisa melihat sumbangsih mereka. Contohnya Sri Lanka.

 

Pada tahun 2004, Tsunami Samudra Hindia membawa dampak serius bagi Sri Lanka. Pascatsunami, insan Tzu Chi dari berbagai negara segera bergerak untuk memberikan bantuan. Kita memilih daerah yang terkena dampak serius, yaitu Hambantota. Kita membantu membangun kembali Hambantota, termasuk berbagai infrastruktur di sana.

Belakangan, kantor pemerintah kota dan kabupaten juga pindah ke sana. Kota itu menjadi sangat ramai. Sebuah pelabuhan juga dibangun di sana agar kapal-kapal dapat keluar masuk. Bandara pun telah beroperasi. Jadi, Tzu Chi telah memperbaiki sendi kehidupan di Hambantota.

Selama belasan tahun ini, kita bisa melihat di Sri Lanka, misi amal Tzu Chi dijalankan dengan baik. Saya juga sangat bersyukur kepada insan Tzu Chi Singapura. Mereka sering pergi ke Sri Lanka untuk berbagi semangat dan ajaran Tzu Chi dengan warga setempat.


Para relawan di Sri Lanka sangat tekun menjalankan misi amal Tzu Chi karena tahu bahwa dengan mengasihi orang lain, mereka juga mengasihi diri sendiri. Demikianlah mereka berbuat baik dan menciptakan berkah. Mayoritas warga Sri Lanka adalah umat Buddha. Dengan adanya relawan Tzu Chi di sana, mereka bisa menginspirasi warga setempat untuk menolong warga kurang mampu.

Relawan kita di sana juga menghimpun tetes-tetes cinta kasih. Warga setempat juga terinspirasi untuk menyisihkan uang ke dalam celengan bambu dan menyumbangkannya kepada Tzu Chi. Selama bertahun-tahun, banyak warga yang menyisihkan uang ke dalam celengan bambu. Dengan dana yang terkumpul, relawan kita bisa membawa cinta kasih dan perhatian bagi orang-orang.

Kali ini, relawan di sana juga bersumbangsih bagi orang yang terkena dampak COVID-19. Berhubung pemerintah setempat juga memberlakukan penutupan wilayah, relawan kita segera meminta izin kepada pemerintah agar mereka dapat membagikan bantuan bagi orang yang membutuhkan selama 3 hari. Inilah yang dilakukan relawan kita di Sri Lanka.

Di Singapura, dampak COVID-19 juga sangat serius. Insan Tzu Chi di sana juga meminta izin untuk keluar membagikan bantuan, lalu segera pulang. Ini sangat menyentuh.


Hari ini pada 54 tahun yang lalu, Tzu Chi didirikan. Saat itu, dari 30 celengan bambu, terhimpun 450 dolar NT setiap bulan. Dari 50 sen yang disisihkan oleh 30 orang ibu rumah tangga setiap hari, terhimpunlah 450 dolar NT setiap bulan. Sejak itulah kita memulai misi amal kita. Saya dan para bhiksuni di Griya Jing Si juga membuat sepatu bayi untuk memenuhi kebutuhan kami. Saat itu, sepasang sepatu bayi yang dibuat bisa dijual seharga 4 dolar NT. Jadi, saya berkata pada mereka, “Mari kita lebih bekerja keras. Saya harap setiap orang bisa membuat sepasang lebih banyak.” Saat itu kami berjumlah 6 orang dan sepasang bisa dijual 4 dolar NT. Jadi, setiap hari, akan ada penghasilan tambahan 24 dolar NT yang bisa digunakan untuk misi amal.

Sungguh, mengenang masa lalu, kita sangat bekerja keras di tengah kondisi yang serba sulit untuk menapaki Jalan Tzu Chi. Kini kita bisa mendengar di berbagai negara, para relawan kita memberikan bantuan untuk menjaga kelangsungan hidup warga kurang mampu. Relawan kita sungguh membawa manfaat besar bagi masyarakat.

Bodhisattva sekalian, sejak 54 tahun lalu hingga kini, kita telah menginspirasi banyak orang untuk mengubah pola pikir sehingga bisa memiliki pandangan yang benar dan menuju arah yang benar. Ada banyak insan Tzu Chi di berbagai negara yang menolong warga kurang mampu dan bersumbangsih dengan cinta kasih tanpa pamrih. Saya merasa bahwa ini sangat bermanfaat bagi dunia.

Memperingati ulang tahun ke-54 Tzu Chi dengan berdoa dalam jaringan
Bekerja sama dengan harmonis untuk menggarap ladang berkah
Menginspirasi banyak orang untuk menyebarkan kebajikan
Menghimpun tetes-tetes cinta kasih dan mengubah pola pikir

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 16 April 2020    
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 18 April 2020
Dalam berhubungan dengan sesama hendaknya melepas ego, berjiwa besar, bersikap santun, saling mengalah, dan saling mengasihi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -