Ceramah Master Cheng Yen: Mengubah Pola Pikir, Tahu Berpuas Diri, dan Memupuk Berkah


Seperti kata orang, "Orang yang berpuas diri akan selalu dipenuhi sukacita." Saya merasa puas setiap hari. Mengapa demikian? Karena begitu banyak Bodhisatwa Tzu Chi yang merespons seruan saya untuk membawa manfaat bagi dunia. Semuanya selalu mengerahkan kekuatan dengan sepenuh hati. Dengan cinta kasih dari semua insan Tzu Chi, di mana pun terjadi penderitaan, kita dapat membawa cinta kasih tersebut untuk membantu orang-orang yang menderita. Inilah yang membuat saya sangat bersyukur dan merasa puas.

Insan Tzu Chi sungguh melampaui makhluk awam. Disebut apakah mereka? Mereka disebut dengan Bodhisatwa. Mereka adalah Bodhisatwa yang sesungguhnya. Saya telah melakukan perjalanan selama beberapa hari. Dalam perjalanan dari Kaohsiung ke sini, saya berhenti sejenak di Komplek Tzu Chi Gangshan. Di sana sungguh banyak pohon besar. Di bawah sebatang pohon besar, saya duduk dan melihat banyak Bodhisatwa di bawah pohon-pohon yang besar itu.

Saat saya tiba di sana, mereka telah menyusun meja dan kursi mengelilingi pohon besar dengan rapi agar saya dapat memberikan ceramah di bawah pohon. Suasana itu mengingatkan saya pada saat Buddha mencapai pencerahan di bawah pohon besar. Saat itu, Buddha melihat cahaya bintang di malam hari dan mencapai pencerahan. Ketika melihat penderitaan semua makhluk, timbul belas kasih dalam hati Beliau.


Manusia diliputi oleh kerisauan, kemiskinan, dan penderitaan. Berhubung tidak memahami siklus lahir, tua, sakit, dan mati, orang-orang dipenuhi dengan kerisauan dan ketamakan serta menciptakan karma buruk. Karena tidak sampai hati, Buddha datang ke dunia untuk membimbing semua makhluk. Bagaimana cara membimbing dan menyelamatkan semua makhluk? Membimbing berarti membebaskan semua makhluk dari penderitaan fisik dan batin. Jika kita memiliki kerisauan dan ketamakan, kita tidak akan pernah puas dan akan selalu melekat pada keuntungan dan kerugian. Ketika mendapatkan sesuatu, kita akan merasa bahagia, tetapi kita tidak merasa puas dan masih ingin memiliki lebih banyak.

Di dunia ini, kita akan terus menyukai sesuatu. Tidak peduli berapa banyak yang telah kita peroleh, kita selalu merasa bahwa kita kekurangan sesuatu. Jadi, kita tidak pernah merasa puas dan selalu menginginkan lebih banyak. Jika kita telah memperoleh sembilan, kita selalu merasa kurang satu. Namun, ketika kita mendapatkannya, kita akan tetap merasa kurang. Oleh karena itu, hati kita tidak pernah merasa terpenuhi. Hati yang tidak pernah merasa puas adalah sumber penderitaan.

Buddha datang ke dunia untuk menyadarkan kita bahwa kehidupan ini tidak kekal dan penuh dengan penderitaan dan kekosongan. Hendaklah kita segera tersadarkan. Hendaklah kita melenyapkan segala nafsu keinginan dan kegelapan batin kita agar kita tahu berpuas diri. Saat kita tahu berpuas diri, kita dapat menciptakan berkah. Dengan menciptakan berkah bagi umat manusia, kita akan dipenuhi berkah. Ketika kita merasa bahwa apa yang kita miliki sudah cukup, kita akan bersedia untuk bersumbangsih. Apa yang dimaksud dengan cukup? Orang yang berpuas diri akan selalu merasa cukup.


Setiap hari, saya mendengar bagaimana sebagian orang menjalani kehidupan yang sulit bagi orang-orang pada umumnya, tetapi mereka merasa bahwa mereka sudah berkecukupan. Mereka berkata, "Semangkuk nasi sudah cukup bagi saya. Master berkata bahwa hendaklah kita makan 80 persen kenyang dan menyisihkan 20 persennya untuk membantu orang lain. Ini adalah pola makan yang sangat baik." Oleh karena itu, jika kita selalu berpikir bahwa kita akan puas ketika mendapatkan sesuatu, kita selamanya tidak akan merasa puas.

Hendaklah kita menggenggam jalinan jodoh dan waktu untuk bersumbangsih bagi dunia. Dengan bersumbangsih, barulah kita akan memperoleh pencapaian dan merasa bahagia. Berapa banyak hal yang dapat dilakukan oleh satu orang? Contohnya, saya sungguh ingin menjalankan misi untuk menyelamatkan semua orang yang menderita di dunia. Apakah itu mungkin? Akan ada banyak kesulitan. Bisakah kita membantu pengungsi Ukraina? Tentu saja, kita tidak berani mengatakan bahwa kita dapat menjangkau semua pengungsi serta membantu mereka hidup dan bekerja dengan tenang dan bahagia. Namun, setidaknya, ketika mereka melarikan diri dengan tangan kosong, kita dapat segera memberikan selimut untuk membawa kehangatan bagi mereka. Kita juga menghimpun barang bantuan dan kekuatan cinta kasih bagi mereka.


Saya berterima kasih kepada setiap Bodhisatwa yang telah menghimpun tetes demi tetes kekuatan cinta kasih. Jika kita menaruh setetes air di tangan kita sendiri, air itu akan menguap dan kering. Kita membutuhkan tetes demi tetes air dari banyak orang hingga memenuhi gelas, guci, bahkan ember besar. Dengan demikian, tiap gelas air yang tersedia dapat menghilangkan dahaga orang yang haus. Berkat adanya tetes demi tetes air yang memenuhi guci, orang yang kehausan dapat meminum segelas air. Inilah sumbangsih dan cinta kasih dari kita semua.

Bodhisatwa sekalian, kalian harus memberi tahu semuanya bahwa setiap sumbangsih kita akan terus terakumulasi. Tetesan air dapat membentuk sungai dan butiran padi dapat memenuhi lumbung. Akumulasi butir demi butir beras dapat membentuk segenggam, seguci, bahkan setumpuk besar beras. Ini membutuhkan partisipasi banyak orang. Dalam air yang diminum oleh orang yang haus, juga terdapat setetes air kita. Sama halnya dengan beras. Ketika kita menghimpun beras bersama, kita dapat menciptakan berkah bagi orang banyak. Inilah pelimpahan jasa. Ketika semua orang di dunia dipenuhi berkah, maka kita juga akan dipenuhi berkah. 

Mempraktikkan kebajikan bagi dunia
Sadar akan penderitaan, kekosongan, dan ketidakkekalan hidup
Mengubah pola pikir, tahu berpuas diri, dan bersumbangsih dengan sukacita
Memupuk berkah dengan menyisihkan 20 persen untuk menolong sesama 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 01 November 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 03 November 2022
Bekerja untuk hidup sangatlah menderita; hidup untuk bekerja amatlah menyenangkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -