Ceramah Master Cheng Yen: Mengubah Tabiat, Melatih Diri, dan Menjalin Jodoh Baik

Kini ada masalah besar yang tak bisa tidak dibahas, yaitu masalah wabah penyakit. Wabah penyakit ini sudah sangat parah di India. Kita tahu di India kesenjangan sosial sangat besar. Terlebih lagi, wabah kali ini membawa masalah lebih besar bagi warga kurang mampu yang semakin sulit untuk diatasi. Inilah masalah yang ada pada masa wabah kali ini.

Banyak orang yang kehilangan pekerjaan memilih pulang kampung. Kita melihat banyak orang berdesakan. Mereka mengejar kendaraan untuk pulang. Yang beruntung mungkin bisa naik kendaraan. Ada yang duduk di dalamnya, ada pula yang duduk di atas kendaraan itu. Kita sering melihat kondisi seperti itu. Itu sangat berbahaya. Mereka yang tak mendapat kendaraan hanya bisa pulang kampung dengan berjalan kaki.

Singkat kata, berbagai wujud penderitaan ini tak habis diceritakan. Berapa banyak waktu yang kita miliki untuk menguraikan berbagai penderitaan di dunia? Apakah kita tega? Kita tidak tega melihatnya. Jika tidak melihat kenyataannya, hati kita semakin tidak tenang. Jika melihatnya, hati kita menjadi sedih.


Intinya, dalam masa wabah kali ini, orang tak hanya khawatir akan tertular penyakit. Ketakutan menyebabkan berhentinya berbagai bidang usaha yang membawa kesulitan bagi kehidupan masyarakat sehingga memicu gelombang warga yang pulang kampung.

Berbagai kesulitan menyebabkan gelombang pulang kampung. Ini karena orang-orang sangat menderita. Inilah penderitaan di dunia. Buddha mengatakan tentang penderitaan. Dunia memang penuh penderitaan. Penderitaan ini adalah buah yang memiliki sebab.

Jadi, penderitaan disebabkan oleh akumulasi dari berbagai faktor. Seperti saat ini, tiba-tiba sebuah wabah penyakit menyelimuti seluruh dunia dan membuat berbagai aktivitas usaha berhenti. Akibatnya, manusia mengalami berbagai penderitaan.

Penderitaan ini sungguh tak habis dibahas. Di dunia ini banyak bencana yang terjadi. Warga kurang mampu bahkan mengalami penderitaan lebih banyak. Penderitaan ini sesungguhnya adalah akibat dari karma buruk kolektif semua makhluk. Jadi, Bodhisatwa sekalian, kita sungguh harus menghargai nilai kehidupan kita. Semoga wabah kali ini memberi kita pelajaran. Ini adalah sebuah pelajaran besar.


Inilah saatnya mengungkapkan pertobatan kita. Inilah saatnya bagi kita untuk memohon ampun. Kita seharusnya tahu cara mengungkapkan pertobatan yang tulus dan permohonan ampun ini. Kita harus mengubah tabiat masa lalu dan berlatih untuk masa depan. Jangan lagi bergaya hidup mewah seperti di masa lalu. Jangan lagi menciptakan karma buruk dengan membunuh hewan seperti di masa lalu.

Kita harus menghormati dan mengasihi kehidupan. Kita harus mulai bervegetaris atas dasar tidak tega memakan daging makhluk lain. Kita harus mengasihi dan menghormati kehidupan. Inilah kontribusi kita bagi alam. Dengan begitu, barulah alam dapat pulih perlahan-lahan dan kembali damai. Ini disebut hidup secara alami. Janganlah kita mengumbar nafsu keinginan. Biarkan alam pulih.

Singkat kata, manusia harus menunjukkan ketulusan dan cinta kasih. Baiklah, waktu terus berlalu detik demi detik. Setiap hari, banyak masalah yang terjadi di dunia. Banyak makhluk hidup yang menderita. Kondisi kehidupan banyak orang saat ini sungguh sulit. Orang yang penuh berkah harus menyadari dan menghargai berkah, terlebih lagi menciptakan berkah kembali.

Dengan bersumbangsih sedikit demi sedikit, kita memberi dan melepas noda batin atau kerisauan kita. Kita harus mengasihi semua makhluk. Saat memberi sedikit, kita bisa membantu banyak orang untuk memiliki sandaran. Ini berarti memberi satu, mendapat banyak manfaat. Inilah saatnya bagi kita untuk memberi. Dengan memberi sedikit, kita bisa membantu puluhan ribu orang.


Dengan memberi satu, kita mendapat banyak manfaat. Sama halnya, jika kita menanam sebutir benih, kelak kita akan mendapatkan sebatang pohon besar yang penuh dengan buah. Begitulah kenyataannya. Dengan memberi satu, kita mendapat banyak manfaat.

Ini harus kita katakan kepada diri sendiri.

Saat bersumbangsih, kita bisa menginspirasi orang lain untuk turut bersumbangsih sehingga banyak orang dapat tertolong. Inilah memberi satu, mendapat banyak manfaat. Sebutir benih dapat tumbuh menjadi pohon dengan benih yang banyak. Jika kita tidak mengajak orang lain untuk turut bersumbangsih, ini sama dengan benih yang kita miliki tidak memiliki kondisi pendukung seperti tanah yang subur. Meski benihnya ada, tetapi lahan kita kering. Kita tidak memiliki lahan yang subur.

Jadi, untuk menumbuhkan benih dengan baik, kita harus berusaha untuk memiliki tanah yang subur. Artinya, kita harus banyak menjalin jodoh baik. Jika tidak, benih ini akan sia-sia karena tak ada kondisi pendukung seperti tanah, kadar air, cahaya matahari, dan udara. Jadi, kita harus menjalin jodoh baik. Ini sama prinsipnya dengan menanam benih. Jadi, harap semua selalu bersungguh hati.

Akumulasi berbagai sebab mendatangkan penderitaan
Mengubah tabiat masa lalu dan berlatih untuk masa depan dengan hati yang tulus
Bervegetaris, menciptakan berkah, dan mengendalikan keinginan
Memberi dan menjalin jodoh demi mendatangkan banyak manfaat

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 20 Mei 2020 
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 22 Mei 2020
Bekerja untuk hidup sangatlah menderita; hidup untuk bekerja amatlah menyenangkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -