Ceramah Master Cheng Yen: Mengukir Sejarah dan Menciptakan Berkah Bersama


"Saya dipasangi dua batang logam dan lembaran titanium di punggung saya. Saat ini, saya adalah manusia besi. Saya tidak bisa menekuk punggung saya, jadi saya menggunakan penjepit untuk mengambil barang-barang. Saat bersumbangsih tanpa pamrih, saya merasa dipenuhi sukacita. Setelah mengenal Tzu Chi, saya merasa sungguh tersentuh. Saya merasa mengapa tidak sejak dahulu saya mengambil jalan ini,”
kata Lin Meng-hua relawan Tzu Chi.

“Saya berjalan melewati dua blok,” kata Liao Qiong-hui relawan komunitas.

“Anda merasa terinspirasi olehnya?”

“Ya. Dia yang mengajak saya sehingga saya dapat berada di sini,” jawab Liao Qiong-hui.

“Ketika mengetahui semangat celengan bambu, saya merasa bahwa ini dapat menggalang cinta kasih setiap orang dan membangkitkan welas asih. Orang lain mungkin berjalan, sedangkan saya harus berlari. Saya perlu mempercepat langkah saya karena usia Master sudah lanjut dan saya ingin menjadi murid generasi pertamanya,” kata Lin Meng-hua relawan Tzu Chi.

Sesungguhnya, pekerjaan Tzu Chi sangat sederhana. Namun, saya sungguh kagum dan merasa bahwa relawan Tzu Chi sungguh luar biasa.


Setiap orang memiliki cinta kasih di dalam hatinya, keyakinan mereka tak tergoyahkan, dan mereka bersumbangsih tanpa pamrih. Melakukan hal ini bukanlah hal yang mudah. Untuk melakukan ini di dunia yang luas, setiap orang harus memiliki pemikiran bahwa tidak ada orang yang tidak kita kasihi. Bukan hanya saya saja yang harus berpikir demikian, melainkan setiap orang. kita berpikir tidak ada orang yang tidak kita kasihi. Dengan demikian, ketika saya menyerukan suatu hal, semua orang juga akan menyerukan kepada yang lain. Tanpa pemikiran ini, orang-orang tidak akan merespons.

Saudara sekalian, hendaklah kita mencatat sejarah untuk Tzu Chi. Ingatlah bahwa tidak ada orang yang tidak kita kasihi dan tidak ada orang yang tidak kita maafkan. Kita semua harus memahami ini. Seiring berjalannya waktu, kehidupan di masa lalu dan pertentangan saat ini tiada habisnya. Ini adalah contoh buruk bagi generasi mendatang.

Datang ke dunia ini, hendaklah kita menghargai jalinan jodoh yang baik. Kita harus menghargai setiap orang, setiap hal, dan menghimpun kekuatan bersama. Di dunia ini, tidak ada hal yang tidak mungkin selama kita semua memiliki hati. Setiap orang harus memiliki keyakinan pada diri sendiri. Hendaklah kita menghimpun keyakinan dan kekuatan ikrar semua orang.

Lihatlah insan Tzu Chi di berbagai negara. Mereka semua telah menjadikan tekad saya sebagai tekad mereka sendiri dan menjadikan hati Buddha sebagai hati sendiri. Setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan dan memiliki hati seperti Buddha. Inilah nilai dalam kehidupan setiap orang.


Belakangan ini, pembicaraan utama saya ialah menginventarisasi nilai kehidupan. Saya selalu menyerukan kepada semuanya untuk menginventarisasi kehidupan demi menghayati nilai dalam hidup. Begitu banyak orang merespons seruan saya. Selama lebih dari lima puluh tahun terakhir, hakikat kebuddhaan insan Tzu Chi terus terbangkitkan. Setiap orang memiliki kekuatan yang tidak terbatas. Hati kita bisa menjadi seluas alam semesta dan merangkul segala sesuatu.

Relawan dari Malaysia berada jauh dari saya, tetapi hati mereka selalu dekat dengan saya. Mereka telah membangkitkan cinta kasih dan berikrar sesulit apa pun jalannya, mereka akan mengatasinya. Saya juga sungguh bersyukur karena saat ini kita memulai kembali bantuan di Nepal, tempat kelahiran Buddha. Relawan Tzu Chi sungguh sepenuh hati melakukan hal yang ingin saya lakukan. Untuk menelusuri ajaran Buddha, mereka juga pergi ke Lumbini. Dengan adanya jalinan jodoh, Ibu Dhundup Lama menyediakan tempat bagi Tzu Chi untuk dijadikan kantor dan tempat tinggal. Saya sungguh bersyukur karena kita sungguh dipenuhi berkah.

Setelah 2.500 tahun, kita bisa bekerja sama mendirikan kantor Tzu Chi di tempat kelahiran Buddha. Saya sungguh berharap dapat mengubah kehidupan orang-orang di sana. Saya sungguh tidak sampai hati. Mereka hanya dapat menunggu jalinan jodoh datang dan menunggu kehadiran Bodhisatwa. Apakah kita para Bodhisatwa dapat seterusnya memiliki jalinan jodoh dengan anak-anak di sana dan mengubah kehidupan mereka? Mereka adalah benih di tempat itu. Mereka membutuhkan pendidikan dan edukasi.


Untuk memperbaiki kehidupan anak-anak ini di masa depan, kita bisa mulai mengedukasi anak-anak ini dari sekarang. Kita harus mulai dari sekarang. Baik itu Ibu Dhundup Lama, para bhiksu di sana, atau orang-orang setempat yang pernah kita temui, kita harus lebih banyak berinteraksi dengan mereka yang memiliki jalinan jodoh dengan kita. Kita harus membuat mereka memahami keyakinan benar dalam ajaran Buddha.

Saya sering berbicara tentang hukum sebab akibat. Saya berterima kasih kepada relawan yang bersedia menanam benih di tanah itu dan membuat tanah itu menjadi hijau. Kita dapat melihat sebidang tanah yang tandus dan kering. Saya berharap di mana pun relawan Tzu Chi berada, tempat itu akan penuh dengan kehidupan dan kaya akan energi. Hendaklah kita membangun tekad dan ikrar.

Saya berterima kasih kepada relawan yang bersedia pergi ke Nepal dan mewujudkan jalinan jodoh di sana. Bagaimana jalinan jodoh yang kita miliki, demikianlah buah yang akan kita capai. Hendaklah kita sepenuh hati dalam segala hal. Selama kita sepenuh hati dalam menciptakan berkah bagi dunia, secara alami dunia akan damai.

Menyebarkan cinta kasih kepada semua makhluk dan melenyapkan pertentangan
Menginventarisasi kehidupan dengan keyakinan, ikrar, dan praktik
Kembali ke tanah kelahiran Buddha dan menanam benih kebajikan
Mencatat sejarah Tzu Chi dan menciptakan berkah bagi dunia  

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 02 September 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 04 September 2022
Jika selalu mempunyai keinginan untuk belajar, maka setiap waktu dan tempat adalah kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -