Ceramah Master Cheng Yen: Mengukir Sejarah dan Menebarkan Benih Kebajikan
“Dengan membawa doa Master Cheng Yen, kami datang ke sini untuk mengunjungi
korban bencana. Dengan saling bergandengan tangan, kita dapat bekerja dengan
cepat untuk membangun kembali rumah kita yang indah,” ujar Zhang Wen-de, Ketua
Pelaksana Tzu Chi Selandia Baru.
”Saya kehilangan hewan peliharaan saya, juga perabot, baju, mobil, dan rumah. Saya juga tidak punya asuransi. Bantuan kalian sangat berarti bagi kami. Terima kasih atas bantuan kalian,” kata Nicola, salah seorang korban bencana.
”Saya sangat bangga karena hari ini dapat menjadi bagian dari tim
Tzu Chi. Saya merasa menjadi bagian dari tim ini. Saat memberikan satu bantuan dan
melihat ada satu orang lagi yang datang, kami tahu bahwa inilah keyakinan benar
dan hal yang kami lakukan ini sudah benar,” kata Ani, seorang staf.
Kita dapat melihat interaksi antarsesama yang tulus. Saya sungguh
tersentuh. Setiap Bodhisatwa dunia mengembangkan semangat cinta kasih, welas
asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Mereka bersumbangsih dengan penuh
sukacita dan tanpa memiliki pamrih.
Melihat para korban bencana dapat menerima bantuan yang paling
dibutuhkan, para relawan tersenyum bahagia. Inilah yang paling membuat kita
terhibur. Para relawan dan korban bencana saling berinteraksi dengan penuh
kehangatan. Inilah yang terjadi di Selandia Baru.
Bodhisatwa terjun ke tengah umat manusia untuk memberi bantuan. Semoga
orang-orang yang menerima bantuan dapat terinspirasi untuk menjadi benih
relawan. Contohnya di Ekuador. Gempa bumi di sana tahun lalu mematangkan
jalinan jodoh dengan Tzu Chi. Beberapa tahun lalu, Bapak Huang, seorang
pengusaha di Ekuador pernah datang ke Hualien.
Pascagempa itu, Bapak Huang mengirimkan pesan kepada kita dan bercerita
tentang pengalamannya saat mengikuti kamp pengusaha di Taiwan. Selain itu, dia juga
menunjukkan fotonya dengan dengan ibu saya di Griya Jing Si sebagai bukti. Inilah
jalinan jodohnya dengan Tzu Chi. Kita pun segera memanfaatkan kesempatan ini untuk
menghubungi beliau.
Saya juga sangat berterima kasih karena beliau bersedia membantu
kita. Setelah menghubungi beliau, relawan Tzu Chi pun berangkat ke Ekuador.
Setelah menerima bantuan kita, banyak warga lokal yang sangat tersentuh. Karena
itu, mereka mulai membantu relawan Tzu Chi untuk menyalurkan bantuan. Demikianlah
jalinan jodoh Tzu Chi dengan Ekuador terjalin.
Relawan Tzu Chi juga menjalin jodoh baik dan sangat bersungguh
hati menaburkan benih cinta kasih. Sebuah gereja Katolik di Canoa roboh akibat
gempa tersebut. Selain itu, kita juga
mendapati bahwa tiga orang biarawati Katolik selalu menyewa kamar dari umat. Melihat
sebersit niat mereka dan menyadari pentingnya memiliki keyakinan benar, kita
memutuskan untuk membangun kembali gereja itu.
Pada bulan Maret 2017, kita mengadakan upacara peletakan batu
pertama untuk gereja itu. Ini membuat para warga lebih bisa merasakan semangat
keagamaan yang sangat luas dan tanpa pamrih. Karena itu, tidak sedikit orang
yang terinspirasi untuk membangkitkan cinta kasih yang tulus.
Kali ini, saat terjadi bencana banjir, kita dapat melihat
matangnya jalinan jodoh Tzu Chi pada tahun lalu. Beberapa warga di Canoa
menghubungi Tzu Chi, mulai menyurvei lokasi bencana, serta memberikan informasi
akurat kepada Tzu Chi. Hujan lebat yang turun pada saat itu berdampak pada tiga
negara di Amerika Selatan. Tiga negara itu sama-sama mengalami kerusakan parah,
tetapi tenaga kita sangatlah terbatas.
Setelah melewati pertimbangan, saya menyarankan untuk berfokus
pada bantuan di Ekuador. Saya berharap dapat menginspirasi lebih banyak warga
local agar kelak saat ingin menyalurkan bantuan bagi orang kurang mampu ataupun menyalurkan bantuan darurat, relawan
Tzu Chi dari negara lain tidak perlu melakukan perjalanan jauh karena di
Ekuador sudah ada relawan lokal.
Karena pertimbangan ini, kita kembali berfokus pada bantuan di
Ekuador. Kita telah menyalurkan bantuan selama tiga hari di Santa Ana. Tahun
lalu, kita pernah menjalankan program bantuan bagi korban bencana di Canoa. Warga
di Canoa yang pernah menerima bantuan kita sangat tersentuh. Karena itu, mereka
menempuh perjalanan jauh dengan mobil untuk membantu penyaluran bantuan di
Santa Ana.
Korban bencana dari Canoa datang untuk menyemangati korban bencana
di Santa Ana. Bantuan dan cinta kasih kita pada tahun lalu telah menginspirasi
mereka. Melihat orang-orang bersumbangsih dengan penuh cinta kasih, warga di
Canoa sangat terinspirasi. Karena itu, kini mereka dapat membimbing orang lain.
Lihatlah seorang pria yang mulanya hanya bertugas sebagai
pengemudi untuk mengantar relawan Tzu
Chi, tetapi kini dia juga mengenakan rompi Tzu Chi dan bergabung dalam barisan
relawan. Inilah cara untuk menginspirasi sesama. Wali kota Santa Ana juga
sangat tersentuh. Dia juga menggerakkan para stafnya untuk ikut berpartisipasi. Wali kota itu juga
berkata bahwa kelak beliau bersedia untuk menjadi relawan Tzu Chi.
Masih ada banyak kisah lainnya. Setiap hari, relawan Tzu Chi berbagi kisah yang penuh kehangatan dengan warga setempat. Singkat kata, penderitaan di dunia ini sangat banyak. Karena itu, kita harus memperluas kekuatan cinta kasih untuk merangkul semua orang di dunia.
Kita dapat mengembangkan potensi diri dan kemampuan dalam
berbahasa untuk membantu sesama dengan kesatuan hati. Inilah ungkapan ketulusan
dan kekuatan cinta kasih. Di Jalan Bodhisatwa ini, kita dapat menjadi saksi
sejarah zaman sekarang dan mengukir sejarah bagi dunia.
Bodhisatwa dunia selalu berusaha untuk melenyapkan penderitaan
semua makhluk. Ini bukan tidak dapat dilakukan oleh manusia. Setiap orang dapat
menjadi Bodhisatwa dunia. Kita dapat bersumbangsih secara nyata.
Kita juga dapat melihat relawan Tzu Chi memberikan pendampingan
jangka panjang bagi para penghuni di lembaga pemasyarakatan di Yilan. Selain
membimbing hati para penghuni lapas, relawan kita juga mengajarkan keterampilan
kepada mereka dan membeli peralatan untuk mereka.
”Saya mendonasikan tiga unit mesin, yakni sebuah oven besar,
sebuah mesin kukus, dan sebuah mesin pembungkus. Ini karena saat pertama kali
ke sini, saya melihat mereka mengemas dengan tenaga manual. Saya tidak tega
melihatnya. Saya adalah relawan Tzu Chi. Master mengajarkan kepada kami untuk
membalas budi masyarakat. Saya bukanlah seorang pengusaha besar. Meski hanya
seorang pengusaha kelas menengah, tetapi saya berusaha untuk membantu para
penghuni lapas di sini dapat memulai kehidupan baru. Kami sangat berharap selama
berada di lembaga pemasyarakatan mereka dapat belajar sedikit keterampilan agar
setelah keluar, mereka tidak kembali lagi ke sini,” kata Alfredo Muela, seorang
supir bus.
Relawan Tzu Chi bersumbangsih dalam bentuk uang dan tenaga demi
membantu para penghuni lapas agar dapat keluar dari penjara batin. Asalkan
berperilaku baik dan menaati peraturan, mungkin para penghuni lapas dapat
dibebaskan lebih awal. Yang terpenting adalah setelah keluar, mereka dapat
membuka hati dan memperbaiki kehidupan mereka. Jika kekuatan positif di masyarakat bertambah,
maka masalah masyarakat akan berkurang. Dengan begitu, baru mereka dapat
sungguh-sungguh berjalan di jalan yang benar.
Bodhisatwa dunia selalu membantu orang kurang mampu dan memperkaya spiritual orang-orang. Saya sangat tersentuh. Kisah yang menyentuh hati sangat banyak. Inilah Bodhisatwa dunia. Setiap hari saya dipenuhi rasa syukur. Kita harus menjadi saksi sejarah zaman sekarang, menulis sejarah bagi umat manusia, dan mengukir sejarah bagi Tzu Chi. Inilah hal-hal yang penting di dunia.
Program bantuan Tzu Chi telah menghasilkan bibit kebajikan
Bersumbangsih dengan tulus tanpa membeda-bedakan agama
Keluar dari penjara batin untuk menulis sejarah yang bermakna
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 28 April 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 30 April 2017