Ceramah Master Cheng Yen: Mengukir Sejarah dengan Cinta Kasih dan Merangkul Semua Makhluk
Dalam rapat mingguan badan misi kita di hari Senin ini, relawan kita, Jing Yuan, berbagi tentang banjir parah yang melanda wilayah timur Tiongkok lebih dari 30 tahun yang lalu. Saat banjir terjadi, kebetulan saya sedang melakukan perjalanan.
Saat itu, setiap kali saya melakukan perjalanan, relawan kita dari Taipei, Bapak Lee Qing-po, selalu mengantar jemput saya dari wilayah utara hingga selatan Taiwan dengan berkendara sendiri. Dalam perjalanan saya kali itu, Bapak Lee membelikan sebuah koran untuk saya. Kemudian, saya melihat berita tentang banjir parah yang terjadi di Tiongkok. Melihat berita ini, saya merasa sangat prihatin.
Saya pun memikirkan bagaimana kita dapat menyalurkan bantuan kepada korban bencana. Lalu, saya bertekad dan berkata, "Mari kita mengajak semua orang untuk membangkitkan cinta kasih demi membantu para korban banjir di wilayah timur Tiongkok." Ada begitu banyak orang yang menyambut baik seruan saya.
Meskipun kita telah memutuskan untuk menyalurkan bantuan ke sana, tetapi persiapannya tidaklah mudah karena kita pertama kali menyalurkan bantuan ke Tiongkok Daratan. Bagaimana kita bisa pergi ke sana? Ada begitu banyak korban di sana. Kita hendak menolong mereka semua. Asalkan bisa menjangkau para korban, kita pasti akan berusaha untuk menyalurkan bantuan.
Ketika meninjau lokasi bencana, relawan kita telah menyaksikan kehancuran yang tak terkatakan. Kita harus menyalurkan bantuan. Berapa banyak barang bantuan yang dibutuhkan? Masalah pembelian barang bantuan menjadi rintangan yang harus kita atasi. Begitu pula dengan masalah pengangkutan barang dan besarnya dana yang dibutuhkan.
Ada begitu banyak kesulitan yang harus kita atasi. Namun, ada banyak pula orang yang mendukung kita. Karena itu, hati saya dipenuhi rasa syukur. Meski harus menghadapi kritikan dan rintangan, kita tetap bersabar dan melanjutkan penyaluran bantuan kita.
Ketika mengenang kembali, saya memiliki perasaan campur aduk dan banyak kenangan yang muncul di benak saya. Namun, saya merasa terhibur karena seiring berjalannya waktu, kita telah mengukir sejarah kita. Meskipun penyaluran bantuan penuh rintangan, tetapi banyak Bodhisatwa dunia yang telah bersumbangsih dan banyak pula orang yang terbebas dari penderitaan mereka. Jadi, saya sungguh merasa sangat terhibur.
Kita juga melihat jalan pegunungan yang tidak rata saat itu. Namun, truk-truk bantuan tetap menempuh jalan pegunungan yang berliku-liku itu. Saya sangat bersyukur kepada relawan dokumentasi kita, Bapak Huang Jin-yi, yang telah merekam seluruh proses penyaluran bantuan itu dan Bapak Walter Huang yang bertanggung jawab atas pembelian barang bantuan.
Barang-barang yang kita beli saat itu merupakan barang-barang berkualitas seperti yang kita pakai. Kita membagikan selimut dan pakaian berlapis kapas yang tebal dan berkualitas agar para korban bisa merasakan kehangatan di tengah cuaca yang dingin. Selain itu, kita juga membagikan beras. Demikianlah kita menenangkan hati para korban di sana.
Peristiwa itu terjadi hampir 30 tahun yang lalu, tetapi masih terasa segar dalam ingatan saya. Saya ingat hari itu merupakan hari yang cerah di tengah musim dingin. Para korban pun datang untuk menerima barang bantuan. Itu sungguh pemandangan yang sangat menyentuh hati. Para anggota komite kita juga sangat perhatian pada penerima bantuan, baik yang tua maupun muda. Demikianlah kita menyalurkan bantuan kepada orang-orang yang sangat membutuhkan saat itu.
Saya sering mengingatkan semua orang untuk menggenggam setiap kesempatan demi berbuat baik. Masa-masa yang penuh penderitaan akan berlalu. Jadi, hendaklah kita terus menggenggam kesempatan untuk menolong sesama dengan cinta kasih.
Kini, kondisi di sana sudah berbeda. Kendaraan dapat mengakses jalan yang mulus dan bagus. Seiring berjalannya waktu, anak-anak pun akan tumbuh dewasa dan harus mengenyam pendidikan. Karena itu, kita juga membangun sekolah di sana. Singkat kata, kita telah menyaksikan anak-anak tumbuh dewasa dari generasi ke generasi.
Tiga puluh tahun telah berlalu. Tentu saja, kini semuanya sudah berbeda. Anak-anak telah tumbuh dewasa dan perekonomian pun telah berkembang pesat. Desa-desa pun telah menjadi makmur. Melihat itu semua, saya sangat tenang dan dipenuhi sukacita.
Zaman terus berkembang dan kehidupan masyarakat telah berubah menjadi lebih baik. Itulah hal yang membuat saya sangat bersukacita. Kini, saat menginventarisasi kehidupan sendiri, kalian akan mendapati bahwa kehidupan kalian sangat bernilai.
Belakangan ini, saya terus mengingatkan kalian semua untuk menginventarisasi kehidupan masing-masing. Mari kita mengingat kembali perbuatan baik apa saja yang telah kita lakukan, baik dalam menghimpun tetes-tetes donasi maupun menyumbangkan barang, dana, dll. Sebagian besar insan Tzu Chi sangat bekerja keras dan bersungguh hati.
Kita telah menyebarkan cinta kasih dan menginspirasi semua orang untuk membangkitkan cinta kasih. Relawan kita menyusuri lorong-lorong panjang dan gang-gang sempit untuk menggalang dana. Bukankah ada sebuah lagu Tzu Chi seperti ini?
Relawan kita terjun ke jalan dan mendatangi rumah demi rumah untuk menggalang dana. Mereka rela melepaskan status sosial mereka demi menyebarkan cinta kasih kepada sesama. Untuk menjangkau para korban banjir di Tiongkok, mereka harus melintasi jalan pegunungan, beradaptasi dengan lingkungan yang asing, dan berinteraksi dengan orang-orang yang asing.
Ketika melihat para korban, relawan kita pun merangkul mereka dengan penuh cinta kasih. Jika relawan kita bukan Bodhisatwa dunia, bagaimana mungkin mereka merangkul semua makhluk? Jadi, ketika melihat cuplikan video ini, banyak kenangan yang tak terbayangkan pun muncul di benak saya satu per satu.
Membangkitkan sebersit niat untuk menyelamatkan orang-orang yang menderita
Bersumbangsih demi cinta kasih tanpa takut menghadapi kesulitan
Bersumbangsih dengan sabar dan merangkul semua makhluk
Mewariskan kasih sayang Tzu Chi hingga selamanya
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 24 Februari 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 26 Februari 2022