Ceramah Master Cheng Yen: Mengukir Sejarah untuk Misi Kesehatan Tzu Chi
Minggu ini, kita mengadakan Konferensi Tahunan Medis Tzu Chi untuk pertama kalinya. Wakil Ketua Pelaksana Guo mempersiapkan kegiatan ini dengan sepenuh hati dengan harapan semangat misi kesehatan dan budaya humanis Tzu Chi dapat tersebar semakin luas, penelitian medis Tzu Chi semakin dalam, dan setiap orang semakin mantap di jalan ini. Saya juga menaruh harapan pada kegiatan ini.
Kali ini, para kepala RS dan dokter dari enam RS kita akan menghadiri kegiatan ini. Saya berharap mereka yang pernah berpartisipasi dalam penyaluran bantuan internasional dapat berbagi pengalaman mereka. Contohnya Pakistan yang terkena dampak serius akibat gempa bumi. Kita juga melihat Kepala RS Chien dan Kepala Departemen Chiou yang tidak takut bekerja keras dan menerjang bahaya. Mereka menyeberangi sungai dan mendaki gunung.
Apa yang dilakukan saat sepatu mereka rusak? Kepala Departemen Chiou memperbaikinya dengan menggunakan plester medis. Saat mengadakan baksos kesehatan, apakah mereka menginap di hotel? Tidak, mereka mendirikan tenda di atas tanah yang tidak rata dan tidur di dalamnya. Mereka sangat bersusah payah. Saat terjadi gempa bumi di Iran, bangunan Arg-e Bam hancur. Para dokter kita pergi ke sana untuk memberikan pelayanan medis sekaligus membantu pembagian bantuan. Setiap tim pergi ke sana sekitar setengah bulan secara bergilir. Kita menjalankan misi amal sekaligus kesehatan.
Para dokter kita juga menjangkau Indonesia. Karena tidak ada peralatan untuk menggantung botol infus, mereka memanfaatkan pohon pisang. Sungguh, mereka mengatasi berbagai kesulitan. Inilah anggota TIMA kita. Mereka merupakan dokter humanis, juga merupakan Tabib Agung. Saya sungguh sangat bersyukur dan tersentuh misi kesehatan kita bisa memperoleh pencapaian seperti ini.
Mereka tidak mengejar kebahagiaan pribadi, hanya berharap semua makhluk terbebas dari penderitaan. Kisah yang menyentuh sungguh sangat banyak. Saya berharap jika ada kesempatan, para dokter kita bisa berbagi pengalaman mereka karena mereka telah menjadi saksi zaman sekarang dan menulis sejarah bagi umat manusia. Kini, saat dikenang kembali, sumbangsih mereka dahulu telah meninggalkan jejak dalam sejarah.
Sistem medis kita bukan hanya keenam RS Tzu Chi. Saya sangat bersyukur dan tersentuh karena kita memiliki TIMA. Saya sangat bersyukur atas dibentuknya TIMA. Pada tanggal 10 September 1972, kita mengadakan baksos kesehatan untuk pertama kalinya di Jalan Ren’ai. Saya sangat bersyukur kepada dr. Huang dan dr. Chang, dr. Chu dari departemen ginekologi, dr. Zou dari departemen penyakit dalam, dan beberapa dokter lainnya di RS Hualien yang sangat mendukung Misi Amal Tzu Chi.
Setelah berpartisipasi dalam baksos kesehatan, mereka tidak pernah absen. Mereka memberikan pelayanan medis dua hari dalam seminggu. Pada hari libur, mereka bahkan memberikan pelayanan ke wilayah pedesaan. Mereka menggenggam setiap waktu dan bersumbangsih dengan tulus dan sepenuh hati. Lewat baksos kesehatan seperti ini, kita mendapati bahwa banyak penyakit serius yang tak bisa ditangani. Karena itu, saya memutuskan untuk mendirikan rumah sakit di wilayah timur Taiwan. Inilah awal bermulanya misi kesehatan Tzu Chi.
Saat itu, banyak ahli medis yang mendukung saya, seperti Kepala RS Tu dan Kepala RS Tseng. Selain itu, juga ada Kepala RS Chen dan Wakil Kepala RS Wang dari RS Umum Cathay. Mereka terus mendukung saya dengan hati yang tulus karena mereka yakin pada Tzu Chi. Saat itu, kita tidak memiliki dana ataupun tenaga untuk membangun rumah sakit, tetapi mereka bersedia memercayai dan mendukung kita. Tanpa semangat Buddha dan Bodhisatwa, siapa yang bersedia bersumbangsih seperti itu? Saat itu, seorang pengusaha, Bapak Chiang, juga mendukung kita.
“Saat tiba di Griya Jing Si, apa yang saya lihat membuat saya sangat terkejut, ada bhiksuni yang bekerja di ladang. Di tempat yang begitu terpencil, mereka ingin membangun rumah sakit besar. Hari itu, saya memiliki jalinan jodoh untuk makan siang di Griya Jing Si karena diundang oleh Master”.
“Setelah makan siang, hati saya semakin tergugah. Salah satu lauk yang saya makan terbuat dari ampas tahu. Ini mengingatkan saya akan masa kecil saya. Setelah Perang Dunia Kedua, warga Taiwan hidup kekurangan. Saat kami tidak punya makanan, itulah yang kami makan. Di Griya Jing Si, saya kembali memakannya”.
“Para bhiksuni bekerja di ladang dan mengerjakan kerajinan tangan demi kelangsungan hidup mereka dan membantu pembangunan rumah sakit, sedangkan ampas tahu adalah salah satu lauk mereka dalam kehidupan sehari-hari. Saat itu, saya sangat terguncang,” petikan wawancara Chiang Chun-sung, Pimpinan Mediland Enterprise Corporation.
Sejak saat itu, beliau sepenuh hati mendukung pembangunan RS. Beliau tidak khawatir saya akan menyerah. Bagaimana mungkin saya melupakan jalinan kasih sayang seperti ini? Ada banyak orang yang mendukung pembangunan rumah sakit kita. Setelah RS Tzu Chi Hualien dibangun, klinik di Jalan Ren’ai tetap beroperasi. Hingga RS Tzu Chi Hualien beroperasi dengan lancar, klinik itu baru ditutup. Dalam waktu 14 tahun, klinik itu melayani lebih dari 140.000 orang. Inilah sejarah baksos kesehatan kita.
TIMA berawal dari Filipina. Wakil Kepala RS Leh dan sekelompok dokter di Filipina juga berpartisipasi dalam baksos kesehatan Tzu Chi. Mereka secara rutin pergi ke pulau terpencil untuk mengadakan baksos kesehatan bagi ribuan pasien. Mereka sangat yakin pada Tzu Chi dan saya. Bagaimana mungkin saya melupakan jalinan kasih sayang ini? Setiap tanggal 15 bulan 8 Imlek, mereka pasti akan kembali ke Taiwan untuk merayakan Festival Kue Bulan bersama saya. Karena itulah Konferensi Tahunan TIMA diadakan pada hari Festival Kue Bulan.
Tahun ini, anggota TIMA Brasil juga kembali. Dalam waktu 22 tahun, mereka telah melayani hampir 170.000 pasien kurang mampu. Orang yang menderita di sana juga sangat banyak. Di antara begitu banyak negara dengan anggota TIMA yang cukup banyak, saya jarang mengulas tentang Brasil, tetapi mereka pun telah melayani hampir 170.000 pasien.
Singkat kata, tidak mudah terlahir sebagai manusia. Kita harus mengembangkan nilai hidup kita dengan melakukan hal yang bermakna. Jadi, nilai hidup kita bukan terletak pada panjangnya usia, melainkan banyaknya hal bermakna yang kita lakukan. Saat melihat orang-orang yang menderita, kita bersumbangsih tanpa pamrih untuk mengatasi kesulitan dan penderitaan mereka. Semakin besar sumbangsih kita dan semakin banyak orang menderita yang kita tolong, maka kehidupan kita akan semakin bermakna. Kita bisa memperkaya dan memperdalam makna kehidupan kita. Inilah yang bisa dilakukan misi kesehatan kita.
Tenaga medis Tzu Chi tidak
mengejar kebahagiaan pribadi
Hanya berharap semua makhluk
terbebas dari penderitaan
Mendaki gunung dan
menyeberangi sungai demi menolong pasien
Cinta kasih misi kesehatan Tzu Chi diwariskan untuk selamanya
Ceramah Master
Cheng Yen tanggal 14 Oktober 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI
TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 16 Oktober 2017