Ceramah Master Cheng Yen: Mengurangi Bahaya Demi Menolong Orang Banyak
Lihatlah kebakaran hutan yang terjadi. Hutan bagaikan paru-paru Bumi. Paru-paru Bumi yang merupakan tempat tinggal kita telah terluka. Ini akan membawa dampak besar bagi lingkungan hidup kita. Jangan mengira bahwa yang terbakar hanyalah hutan. Kini api telah merambat ke area permukiman. Bisakah kita mengabaikan hal ini? Kita harus meningkatkan kewaspadaan. Melihat api merambat ke rumah warga, kita sungguh harus meningkatkan kewaspadaan.
Selain itu, juga terjadi gempa bumi di Meksiko. Saat ini, insan Tzu
Chi di Meksiko masih melakukan survei dan pendataan penerima bantuan .Kita
melihat sebagian warga yang semula sudah hidup kekurangan kini semakin
menderita akibat gempa bumi ini. Lihat, inilah kekuatan alam. Lempeng bumi
terus bergerak, bukan tetap di tempatnya. Kita mungkin merasa bahwa lempeng
bumi seakan-akan diam, tetapi sesungguhnya, ia bergerak secara perlahan. Semula,
daratan di Bumi menyatu, tetapi kini terpisah menjadi berbagai bagian oleh
samudra. Banyak pulau kecil yang berulang kali terpisah, lalu menyatu kembali. Perubahan
ini butuh waktu ratusan, ribuan, bahkan ratusan juta tahun. Berhubung usia
manusia tidak panjang, kita tidak merasakan perubahan tersebut.
Buddha juga telah mengajarkan kebenaran ini pada kita. Dari waktu ke
waktu, segala sesuatu di dunia ini mengalami perubahan. Dorongan pikiran dalam
Lima Agregat menjelaskan bahwa segala sesuatu di dunia ini terus-menerus
mengalami perubahan. Tubuh manusiajuga terus mengalami metabolis mesehingga
kita bisa bertumbuh dari anak-anak hingga menjadi lansiadan akhirnya meninggal
dunia. Jadi, segala sesuatu mengalami perubahan tanpa kita sadari. Kapan dan di
mana pun, perubahan tidak pernah berhenti. Karena itu, daripada memperhitungkan
berapa waktu yang masih kita miliki, lebih baik kita menggenggam waktu yang
ada. Setelah memahami kebenaran, kita harus segera melakukan hal yang harus
dilakukan karena waktu tidak akan menunggu kita. Waktu tidak pernah menunggu
siapa pun. Kesempatan kita terletak pada momenkita membangkitkan sebersit niat
baik. Kita harus menggenggam setiap kesempatan untuk bersumbangsih secara
nyata. Hal yang benar yang kita lakukan akan selamanya terukir di dalam hati
kita.
Dalam ceramah pagi, saya juga mengulas tentang Afganistan. Hampir 20
tahun yang lalu, insan Tzu Chi menjangkau Afganistan. Kita bisa melihat
perjalanan menuju Afganistan penuh dengan mara bahaya. Relawan kita rela
bersusah payah dan membahayakan nyawa mereka demi menolong warga setempat yang
kurang mampu, jatuh sakit, dan membutuhkan barang bantuan. Demi mengantarkan
barang bantuan dan obat-obatan ke sana, relawan kita naik sebuah pesawat yang
penuh dengan lubang peluru. Di dalam pesawat yang mengangkut obat-obatan, mereka
melihat bahwa di daratan terdapat banyak senjata artileri yang mengarah ke
udara. Mereka mendiskusikan keselamatan diri atau barang bantuan yang harus diutamakan
seandainya pesawat terkena tembakan. Mereka mengutamakan barang bantuan. Tim
tersebut terdiri atas tujuh orang, tetapi hanya ada empat atau lima parasut. Jadi,
mereka memutuskan untuk mengutamakan keselamatan barang bantuan. Lihatlah, di
saat seperti itu, mereka rela mengesampingkan nyawa diri sendiri demi
menyelamatkan barang bantuan. Mereka hanya berharap barang-barang bantuan itu dapat
mendarat dengan selamat. Relawan kita pergi ke sana beberapa kali dan sangat
tidak tega melihat kondisi kehidupan orang-orang di sana.
Ada pula seorang anak berusia 5 tahun yang memikul tanggung jawab sebagai orang tua. Melihat anak-anak di sana, kita pasti akan merasa tidak tega. Anak-anak yang seharusnya polos dan ceria malah mengalami berbagai kesulitan. Inilah kehidupan mereka. Penderitaan mereka sungguh tak terkira. Lihatlah, mereka menjalani hidup di tengah penderitaan yang tak terkira. Jika kita tidak menjangkau mereka, lalu siapa lagi? Kita berulang kali menyalurkan bantuan di sana meski tahu bahwa mengemban misi di sana sangat berbahaya dan membutuhkan kerja keras. Inilah sejarah Tzu Chi dan pengalaman relawan yang pergi ke sana. Hanya orang yang pergi ke sanalah yang bisa merasakan kondisi di sana.
Saya juga mengulasnya dalam ceramah pagi saya. Saat saya bertanya apakah kalian percaya, kalian menjawab, “Percaya, percaya.” Bodhisatwa sekalian, kita tentu harus percaya. Orang yang pernah pergi ke sana berbagi pengalaman secara langsung dengan kita, bisakah kita tidak memercayainya? Kita harus memercayai orang yang pernah terjun ke lokasi bencana dan berbagi pengalamannya secara langsung. Begitu pula dengan ajaran Buddha. Meski zaman Buddha sudah berlalu sangat lama, kita tetap harus yakin pada ajaran Buddha. Tanpa menjangkau orang-orang yang menderita secara langsung, kita tidak akan sungguh-sungguh memahami penderitaan mereka. Jika kita menjangkau mereka secara langsung, kita pasti akan memercayai dan merasakan kepedihan dan penderitaan mereka yang tak terkira. Apakah kini kondisi Afganistan membaik? Tidak. Karena konflik di sana masih berlangsung. Saya sering berkata bahwa kita harus menghilangkan kejahatan secepat mungkin.
Di dunia ini, kita harus menggenggam waktu yang ada untuk menyucikan hati manusia. Kita harus memahami kebenaran di dunia dan menggenggam waktu sekarang untuk bersumbangsih secara nyata dan memperkaya makna kehidupan kita. Kita tidak mengejar keuntungan pribadi, melainkan bertujuan menolong orang banyak. Kita harus menjadi penyelamat dalam kehidupan banyak orang. Inilah makna kehidupan yang sesungguhnya.
Rela
membahayakan nyawa diri sendiridemi menyalurkan bantuan ke Afganistan
Kekuatan alam sungguh
menakutkan
Perjalanan
mengantarkan barang bantuanpenuh dengan mara bahaya
Menyucikan hati manusiadan memperkaya makna
kehidupan
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 11 Oktober 2017
Sumber: Lentera Kehidupan
DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 13 Oktober 2017