Ceramah Master Cheng Yen: Mengurangi Emisi Karbon demi Meredam Perubahan Iklim

Konferensi Perubahan Iklim kali ini dihadiri oleh delegasi dari 195 negara. Perubahan iklim yang ekstrem telah menarik perhatian banyak negara. Semua orang bisa memiliki kesepahaman bersama, ini sungguh merupakan sebuah kabar baik. Akhirnya, mereka paham bahwa ketidakselarasan empat unsur alam, perubahan iklim yang ekstrem, dan bencana yang kerap terjadi, semua itu berkaitan dengan emisi karbon. Mereka juga menyadari bahwa sumber daya alam terbatas. Jadi, setiap orang harus menghemat sumber daya dan mengurangi emisi karbon. Mereka semua telah sepaham tentang hal ini. Meski demikian, tidak mudah untuk mencapai kesepakatan. 

Setiap negara pasti akan mementingkan perkembangan ekonomi negara masing-masing. Akan tetapi, ini bertentangan dengan tujuan konferensi itu. Akhirnya, mereka sepakat bahwa mereka akan berusaha semampu mereka untuk menekan kenaikan temperatur Bumi dalam batas 1,5 derajat Celsius. Kini temperatur Bumi sudah naik hampir 1 derajat dan mungkin masih akan mengalami kenaikan. Kita bisa melihat bahwa kondisi ini sesuai dengan ajaran Buddha tentang karma buruk kolektif semua makhluk. Bencana di dunia ini merupakan akibat dari karma buruk kolektif semua makhluk. Inilah contoh yang bisa kita lihat. Ini semua akibat karma buruk kolektif. Saat ini saja, bumi sudah terkena demam. Apakah kita masih ingin memperparah kondisi ini? Sebagian besar delegasi merasa bahwa negara mereka masih perlu untuk terus mengembangkan ekonomi. Di sisi lain, negara-negara berkembang ini juga merasa bahwa setiap kali bencana terjadi, mereka selalu terkena dampak bencana yang sangat besar. Jadi, mereka juga ingin negara-negara maju memberikan bantuan ekonomi sebagai kompensasi dari kesepakatan ini.

Akan tetapi, jika bencana sudah terjadi, apakah kompensasi tersebut berguna? Apakah kompensasi tersebut benar-benar dapat membantu para korban bencana? Saya sungguh tidak bisa memahaminya. Sesungguhnya, kesepakatan mereka masih bisa ditingkatkan menjadi lebih baik. Selain itu, apakah mereka bisa bertindak secara nyata untuk menghemat sumber daya dan mengurangi emisi karbon? Apakah mereka bisa melakukannya? Ini pasti sangat sulit. Namun, yang membuat saya agak terhibur adalah di dalam dan luar lokasi konferensi, kita mendengar bahwa ada orang yang mendukung dan menerapkan pola makan vegetaris. 

“Pertama-tama, saya adalah seorang vegetarian. Saya tidak bervegetaris sejak kecil. Saya memutuskan untuk menjadi seorang vegetarian dua tahun yang lalu setelah memikirkannya dengan matang. Saya juga berjalan kaki, bersepeda, atau menggunakan transportasi umum untuk berangkat kerja. Jika terpaksa menggunakan kendaraan pribadi, saya akan menggunakan kendaraan hibrida saya,” Christiana Figueres, Sekretaris Eksekutif UNFCCC. Dia juga berkata bahwa karena pekerjaannya, dia sering naik pesawat kesana-kemari sehingga turut menciptakan emisi karbon yang tidak sesuai dengan keinginannya. Namun, jika mampu melakukannya, dia selalu berusaha melindungi lingkungan. Jika setiap orang bisa seperti ini, bukankah kita dapat menghemat sumber daya dan mengurangi emisi karbon?

Singkat kata, untuk meredam perubahan iklim, kita harus memahaminya terlebih dahulu. Lalu, kita harus mencapai kesepakatan dan bertindak secara nyata. Jika kita hanya memahaminya tanpa melakukan tindakan nyata, maka masalah ini tetap tidak dapat diatasi. Ini merupakan tanggung jawab setiap orang. Setiap negara tentu saja mementingkan perkembangan ekonomi negara masing-masing. Namun, sebagai warga sipil, kita hendaknya berpuas diri. Dengan pola hidup yang lebih sederhana, barulah kebersihan bumi dan kesegaran udara bisa terjaga. Jika tidak, maka polusi udara akan semakin parah. Bukankah pencemaran seperti ini ditimbulkan oleh kepicikan dan kegelapan batin manusia? Di tengah kegelapan batin dan ketidaktahuan, untuk menyucikan hati kita, kita harus memulainya dengan bervegetaris dalam kehidupan sehari-hari. 

Bervegetaris baik untuk kesehatan kita dan bermanfaat bagi bumi. Kita bisa melihat seorang relawan kita yang dahulu tidak bisa makan tanpa daging. Namun, demi kesehatan tubuhnya dan kesehatan bumi, dia pun bervegetaris dan mengimbau orang-orang untuk bervegetaris. Ada pula seorang relawan lain yang mulai bervegetaris saat sedang mengandung. Tentu, banyak orang, termasuk ibu mertuanya, yang menasihatinya untuk tidak bervegetaris agar kesehatan janinnya tidak terganggu, tetapi dia tetap bersikeras. Lihatlah, bayi yang dilahirkannya juga sangat sehat. Dirinya juga sangat sehat.

“Saya merasa anak saya penuh energi dan sangat sehat. Adakalanya, saat anak-anak di sekolahnya terserang flu, dia juga bisa tertular. Namun, setelah minum air dan beristirahat, dia sudah sembuh. Jadi, dia hampir tidak pernah diperiksa oleh dokter,” kata Zhang Xiu-hua, relawan Tzu Chi. 

 “Ini adalah piala prestasi. Ini adalah piala kehadiran,” kata Huang Qian-qian, putri Zhang Xiu-hua.

“Coba jelaskan apa itu piala prestasi,” kata Zhang Xiu-hua kepada putrinya.

“Piala prestasi diperoleh jika saya mendapatkan nilai 100 dalam ujian,” jawab Huang Qian-qian. 

“Ujian apa? Bahasa Inggris, bahasa Melayu, dan...,” pancing Zhang Xiu-Hua.

“Bahasa Mandarin,” kata Huang Qian-qian.

“Tiga bahasa?” tanya Zhan Xiu Hua.

“Ya,” kata Huang Qian-qian. 

“Pernahkah kamu salah menjawab?” tanya Zhan Xiu Hua.

“Tidak pernah,” kata Huang Qian-qian 

“Kamu tidak salah menjawab sepanjang tahun?  Baik, kalau piala kehadiran?” tanya Zhan Xiu Hua lagi.

“Saya hadir setiap hari,” tegas Huang Qian-qian

“Pernah izin?” tanya Zhan Xiu Hua.

“Tidak pernah,” jawab Huang Qian-qian.

“Pernah sakit?” tanya Zhan Xiu Hua.

“Tidak pernah,” jawab Huang Qian-qian

Anak ini sangat bijaksana dan berenergi. Dia memiliki energi dan kebijaksanaan yang tidak pernah habis terpakai. Dia juga bisa bersiteguh untuk bervegetaris. Meski masih sangat kecil, dia tidak mudah terpengaruh oleh kondisi luar dan dapat bersiteguh untuk bervegetaris. Kebijaksanaannya yang murni telah meneguhkan pikirannya. Saat pikiran dapat teguh di dalam Dharma, inilah kebijaksanaan yang sesungguhnya. Menghadapi kondisi seperti apa pun, dia tetap tidak tergoda. Inilah kebijaksanaan. Dengan kebijaksanaan, semua orang akan mudah mencapai kesepahaman dan kesepakatan serta melakukan tindakan nyata. Sesungguhnya, setiap orang bisa melakukannya. Yang disayangkan adalah orang-orang enggan melakukannya. Inilah karma buruk kolektif semua makhluk yang Buddha ajarkan kepada kita. Kita harus senantiasa mengingat hal ini. Saat makan, kita harus ingat tentang karma buruk kolektif semua makhluk. Jadi, janganlah kita membunuh hewan serta mencemari bumi dan udara. Jika kita bisa senantiasa mengingat kata-kata yang sederhana ini, mungkin akan lebih mudah bagi kita untuk mengendalikan nafsu keinginan.

Jika tidak, ajaran Buddha yang dalam mungkin akan terlupakan dan diselimuti oleh kegelapan batin. Banyak orang yang menernakkan hewan demi memenuhi nafsu makan. Lihatlah, saat muncul virus flu burung, banyak hewan yang dimusnahkan begitu saja. Jadi, kita harus meningkatkan kewaspadaan.

Mengurangi emisi karbon demi meredam perubahan iklim yang ekstrem

Setiap orang hendaknya sadar tentang karma buruk kolektif semua makhluk

Pikiran selalu teguh di dalam Dharma

Bersiteguh untuk bervegetaris dan melindungi bumi 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 16 Desember 2015

Ditayangkan di DAAI TV tanggal 18 Desember 2015
Benih yang kita tebar sendiri, hasilnya pasti akan kita tuai sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -