Ceramah Master Cheng Yen: Mengurangi Nafsu Keinginan dan Mengikis Kegelapan Batin

Kini kita tengah menghadapi wabah penyakit. Wabah ini seharusnya memberi peringatan besar bagi umat manusia. Bencana yang menggemparkan sudah di depan mata. Umat manusia harus sadar dan mengambil hikmahnya. Kini sudah saatnya untuk bangun dan sadar. Jadi, saya ingin mengatakan kepada semua orang bahwa kita harus beranjali dan menengadah untuk bertobat. Inilah yang disebut sadar dan mengambil hikmah.

Kita menyadari bahwa perbuatan kita di masa lalu mengandung banyak kesalahan. Kini kita harus mengakui kesalahan. Mengakui kesalahan berarti harus segera bertobat. Kita harus bertobat terhadap langit. Kita bertobat atas masa lalu. Kini kita bertobat atas satu per satu kesalahan. Kita juga bertobat atas masa kini dan mulai berlatih untuk masa depan. Jadi, kini saya menyerukan kepada semua orang untuk melindungi kehidupan, menghindari pembunuhan, dan bervegetaris.

“Makan sayuran sangat baik bagi kesehatan, juga dapat membuat Bumi menjadi lebih bersih.”

“Sepertinya begitu. Jika kita makan daging, Bumi akan bagaimana?”

“Coba lihat ini. Satu, dua, tiga. Wajah Bumi akan hilang.”

“Kamu mau mengajak berapa orang untuk bervegetaris?”

“Seribu orang.”

“Bagaimana caranya?”

“Ajak seratus orang untuk bervegetaris, lalu seratus orang itu akan mengajak seratus orang lainnya, dan seterusnya sampai semua orang di dunia bervegetaris. Bumi kita akan semakin bahagia.”

 

Belakangan ini kita sering melihat anak-anak kecil yang polos dan belum tercemar. Untuk kembali pada hakikat sejati, mereka lebih dekat. Asalkan dapat berpaling, mereka sudah dekat dengan hakikat kebuddhaan karena usia mereka masih kecil. Manusia pada hakikatnya bersifat bajik. Anak-anak belum tercemar oleh kondisi luar sehingga batinnya masih bersih. Usia mereka masih kecil sehingga mudah untuk menerima pesan cinta kasih. Mereka bersedia untuk bervegetaris.

Dahulu kita pernah mendengar anak-anak berkata, "Kami ingin bervegetaris." "Ikan-ikan itu sangat kasihan." "Mereka masih hidup dan bisa bergerak." "Ibu jangan membunuhnya." "Ayam sangat lucu." "Ayam juga punya anak yang masih kecil." "Jika kita membunuh induknya, anak ayam tidak punya ibu lagi dan sangat kasihan." Anak-anak itu memiliki belas kasih.

Kita juga mendengar mereka berkata, "Kami ingin bervegetaris untuk menolong Bumi dan menjaga keselamatan Bumi." Semua ini adalah ungkapan perasaan anak-anak. Demi menjaga Bumi, demi rasa empati, demi belas kasih terhadap induk dan anak hewan serta nyawa binatang, mereka bertekad untuk bervegetaris dan tidak makan daging. Mereka berketetapan hati untuk tidak makan daging dan bersedia untuk bervegetaris. Mereka sanggup menjalankannya.

Belakangan ini, saya berkata kepada semua orang bahwa mudah untuk mengajak orang berbuat baik, tetapi sulit untuk mengajak orang bervegetaris. Dalam berbuat baik, berhubung semua orang memiliki hakikat kebuddhaan yang bajik, mereka dapat bersumbangsih sedikit demi sedikit dan ini tidak akan memengaruhi kehidupan mereka. Ini mudah. Namun, saat diajak untuk bervegetaris, rasanya sulit sekali karena mereka tak dapat menahan nafsu makan.


Mereka bisa menjelaskan ajaran Buddha dan mengerti kebenaran dengan jelas, tetapi tidak dapat menjalankannya secara nyata. Karena itu, selamanya kita menjadi makhluk awam dan tidak dapat mencapai kebuddhaan. Kita selamanya berada di enam alam kelahiran kembali. Orang mungkin lebih rela untuk jatuh ke neraka atau terlahir sebagai binatang, tetapi tidak rela berikrar untuk mengendalikan diri dan mengendalikan nafsu diri sendiri. Mereka lebih rela menderita dalam kelahiran kembali.

Terlebih lagi saat ini,  kita jelas-jelas tahu bahwa penyakit masuk melalui mulut. Mengonsumsi daging hewan mengandung banyak risiko dan bahaya. Apakah bahaya dan risiko ini hanya ada jika kita mengonsumsi daging hewan liar? Adakah dikatakan bahwa yang penting kita tidak mengonsumsi daging hewan liar? Bagaimana dengan hewan yang diternak? Hewan tetaplah hewan. Janganlah kita menyebabkan rintihan dan kebencian dari hewan-hewan.

Saat hewan-hewan ditangkap dan akan disembelih, mereka merintih dalam kebencian dan ingin membalas dendam. Meski tahu bahwa kekuatan rasa dendam dan karma akan mencari si pelaku, manusia tetap makan daging. Ini sangat kontradiktif.

Jadi, mengapa kehidupan penuh penderitaan? Karena semua makhluk tidak menerima ajaran Buddha. Kita hendaknya dapat menerima ajaran Buddha dan menjalankannya sebagai prinsip menjadi manusia. Apakah ajaran Buddha begitu sulit dijalankan? Bukankah kita semua hanya perlu berinteraksi dengan harmonis, saling membantu, mengurangi nafsu, dan mengenal rasa puas? Dengan demikian, tidak akan terjadi konflik antarnegara demi perdagangan ataupun pengembangan industri.


Selain gemar makan daging dan menyebabkan pembunuhan makhluk hidup, mulut manusia juga gemar bertutur kata buruk sehingga menyebabkan berbagai masalah. Dalam skala kecil, ini menyebabkan konflik antarindividu. Dalam skala besar, ini menyebabkan pertikaian antarnegara yang memaksa banyak orang untuk mengungsi dan kehilangan tempat tinggal. Semua ini adalah ulah manusia.

Bodhisatwa sekalian, manusia dan alam seharusnya hidup berdampingan. Namun, manusia kerap mengundang bahaya bagi diri sendiri. Mulut manusia sulit dikendalikan akibat nafsu keinginan. Ini memicu banyak masalah. Kita dapat melihat kondisi saat ini dengan jelas.

Saat banyak negara menerapkan penutupan wilayah dan berbagai aktivitas manusia seperti perindustrian dan perdagangan berhenti sejenak, kita dapat melihat dengan jelas bahwa pencemaran alam memang disebabkan oleh manusia. Asalkan manusia dapat mengendalikan diri, sesungguhnya alam ini telah menyediakan segala kebutuhan kita dan kita dapat hidup bahagia dalam keharmonisan.

Bolehkah kita tidak bersyukur? Bolehkah kita tidak bertobat? Karena telah menciptakan karma buruk, kita harus bertobat. Atas segala sesuatu yang alam sediakan bagi manusia, kita harus bersyukur. Inilah yang belakangan ini terus saya katakan.

Bertobat atas segala karma buruk masa lalu
Kembali pada kemurnian seperti anak kecil
Menghargai semua makhluk dan mengasihi alam
Mengurangi nafsu keinginan demi kebahagiaan dan keharmonisan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 7 Mei 2020            
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 9 Mei 2020
Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -