Ceramah Master Cheng Yen: Menguras Pikiran untuk Melenyapkan Penderitaan Semua Makhluk


Kita bisa melihat anggota TIMA kita memanfaatkan hari libur untuk bersumbangsih secara nyata dengan cinta kasih. Pada hari libur, para dokter yang memiliki kesatuan tekad dan cinta kasih berkumpul bersama untuk bersumbangsih. Ada banyak orang yang menderita dan tidak bisa keluar untuk berobat. Karena itu, tenaga medis yang penuh berkah dan cinta kasihmenjangkau rumah mereka untuk memberi perhatian dan cinta kasih serta mengadakan baksos kesehatan untuk melindungi kehidupan, kesehatan, dan cinta kasih. Inilah hati yang penuh welas asih agung. 

Para anggota TIMA tidak tega melihat para pasien menderita akibat penyakit. Penderitaan fisik manusia berasal dari penyakit dan rasa sakit. Buddha juga mengatakan bahwa di antara semua pahala di dunia, yang terbesar adalah mengobati penyakit. Tidak peduli kaya ataupun miskin, penderitaan terbesar manusia adalah penyakit. Saat pasien merasakan rasa sakit yang tak tertahankan, hanya dokter dan perawatlah yang bisa melenyapkan penderitaan mereka.

Karena itulah, Buddha mengatakan bahwa di antara delapan ladang berkah, mengobati penyakit merupakan ladang berkah terbesar karena dapat segera melenyapkan penderitaan fisik pasien. Dokter yang baik tidak akan tega melihat penderitaan orang-orang, terutama orang kurang mampu, orang yang jatuh sakit, dan penyandang disabilitas. Contohnya penderita vegetatif persisten di Genesis Social Welfare Foundation yang mulutnya sudah bertahun-tahun tidak dibersihkan. Para dokter TIMA kita tidak tega melihatnya. Jadi, mereka pergi ke sana untuk membersihkan mulut mereka.


Ada pasien yang giginya harus dicabut. Yang terpenting adalah pembersihan gigi. Gigi pasien dibersihkan hingga tuntas. Pasien juga tidak bisa menelan air liur ataupun mengendalikan otot mereka. Karena itu, dalam proses pembersihan, setiap ranjang membutuhkan banyak tenaga medis. Ini sungguh membutuhkan kerja keras. dr. Huang dan anggota TIMA lainnya menguras pikiran untuk mengembangkan sebuah alat guna menstabilkan posisi tubuh pasien agar mereka tidak bergoyang-goyang.

Sebelumnya, dibutuhkan 6-7 tenaga medis untuk mengawasi satu pasien, tetapi kini hanya butuh 2-3 tenaga medis untuk mengawasi bagian kepala pasien. Ini dapat menghemat tenaga sekaligus menstabilkan posisi tubuh pasien dan menenangkan mereka agar keselamatan mereka terjaga saat menjalani pengobatan. Ini sungguh tidak mudah. Demikianlah para anggota TIMA bersumbangsih selama 20-30 tahun ini.

Para relawan kita merogoh kocek sendiri untuk biaya transportasi. Mereka bahkan pergi ke tempat yang jauh, termasuk pulau-pulau terpencil, seperti Kinmen, Matsu, dan Penghu. Di Taipei, saya mendengar mereka berkata bahwa ada yang mabuk laut. Meski perjalanan sangat melelahkan, tetapi mereka berkata bahwa mereka akan pergi ke sana lagi. Mereka tidak takut ketidaknyamanan dan kesulitan dalam perjalanan. Berkat cinta kasih, mereka bertekad untuk pergi ke sana lagi. Inilah yang membuat saya menghormati dan mengasihi anggota TIMA kita. Saya sangat bersyukur.


Pagi ini, relawan daur ulang lansia juga datang menemui saya. Ada relawan yang berusia 80-an hingga 90-an tahun, tetapi masih melakukan daur ulang. Saya sangat bersyukur. Relawan berusia 80-an hingga 90-an tahun berkata bahwa meski tidak ada posko untuk melakukan daur ulang, mereka juga bisa melakukan daur ulang di tepi selokan atau kebun sayur. Saya sungguh kagum pada mereka. Mereka begitu mengasihi bumi. Mereka bisa memanfaatkan setiap tempat untuk melakukan daur ulang. Demikianlah mereka melindungi bumi agar kelak generasi penerus mereka dapat memiliki bumi yang bersih.

Sesungguhnya, saya juga sering berkata bahwa kita melindungi bumi bukan hanya demi generasi penerus, tetapi juga demi diri sendiri. Saat terlahir kembali di dunia ini, kita juga akan memiliki bumi yang bersih. Jadi, saya sangat bersyukur para relawan daur ulang kita bersumbangsih dengan cinta kasih untuk melindungi bumi. Inilah yang disebut selangkah demi selangkah membentangkan jalan untuk melindungi bumi.

Benar. Kita harus bersumbangsih hingga melupakan usia kita. Saat teringat usia kita, kita harus berpikir, “Saya telah menabung 50 tahun di bank usia.” “Sekarang saya baru berusia 50 tahun.” Jika berusia 100 tahun, kita bagaikan baru berusia 50 tahun, baru paruh baya. Sebelum menuju wilayah selatan Taiwan dan masih berada di Taipei, saya bertemu seorang bapak berusia 101 tahun.

“Dia berusia 101 tahun dan akan mengikuti pelatihan relawan,” jelas relawan Tzu Chi.

Kamu sudah berusia 101 tahun? Kamu pasti telah menabung 50 tahun di bank usia.

“Terima kasih, terima kasih,” jawabnya.

“Namun, Anda tidak seperti berusia 101 tahun. Tubuh Anda sangat tegap,” kata relawan.

“Sekarang saya berusia 51 tahun,” kata relawan daur ulang.


Ayo, berbaliklah agar mereka bisa melihatmu. Dia telah berusia 101 tahun. Jadi, kita harus menabung 50 tahun di bank usia. Saya akan melindunginya dengan baik. Berhubung masih muda dan baru paruh baya, kita harus segera bersumbangsih. Kalian masih memiliki stamina yang baik dan tubuh yang sehat. Jadi, kita harus membentangkan inci demi inci jalan dengan cinta kasih dan melakukan daur ulang untuk melindungi bumi.

Tahun ini, tema kita adalah berpadu dalam cinta kasih untuk mewujudkan dunia yang penuh kasih sayang. Dengan menghimpun cinta kasih, kita bisa menolong orang-orang di seluruh dunia. Kita bisa berbagi dengan orang-orang di seluruh dunia bagaimana kita melakukan daur ulang. Jadi, Bodhisatwa daur ulang sekalian, saya sangat bersyukur karena kalian membentangkan inci demi inci jalan dengan cinta kasih untuk menjaga kelestarian lingkungan.

Orang-orang di seluruh dunia bisa melihat dan memahami cinta kasih kalian. Mereka juga bisa mempelajari dan menggalakkan konsep daur ulang kita. Kita melakukan daur ulang di ribuan titik di seluruh Taiwan. Dengan menghimpun cinta kasih, kita bisa menolong orang-orang yang menderita di seluruh dunia. Para Bodhisatwa daur ulang membentangkan inci demi inci jalan dengan cinta kasih untuk melindungi bumi. Saya sangat bersyukur.

Setiap tahun, saya membagikan angpau berkah dan kebijaksanaan sebagai wujud doa dan rasa syukur saya. Saya bersyukur kepada setiap orang yang bersumbangsih dengan cinta kasih bagi dunia. Semoga hati manusia bisa tersucikan agar masyarakat bisa harmonis. Jika masyarakat harmonis dan pikiran manusia selaras, maka dunia akan tenteram dan terbebas dari bencana. Selamat Tahun Baru Imlek, terima kasih.


Pahala terbesar adalah mengobati penyakit

Mengadakan baksos di komunitas dan menenangkan batin pasien

Menguras pikiran untuk melenyapkan penderitaan semua makhluk

Membentangkan inci demi inci jalan dan memberi pendampingan dengan cinta kasih

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 27 Januari 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 29 Januari 2018

 

Keteguhan hati dan keuletan bagaikan tetesan air yang menembus batu karang. Kesulitan dan rintangan sebesar apapun bisa ditembus.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -