Ceramah Master Cheng Yen: Meninggalkan Jejak Cinta Kasih dan Menjadi Sekolah Teladan

“Halo, Kakek Guru. Mereka ingin membuka jalan bagi Kakek Guru. Berbalik. Selamat pagi, Kakek Guru. Selamat datang di rumah kami. Kami menyayangi Kakek Guru,” petikan suara anak-anak SD Tzu Chi Tainan menyambut kedatangan Master Cheng Yen. Hari ini adalah hari yang menggembirakan serta sangat istimewa. Hari ini pada sepuluh tahun yang lalu, saya berdiri di sini. Kini, sepuluh tahun kemudian, saya juga berdiri di sini.

Namun, pemandangan di sini sudah berubah. Meski melihat anak-anak yang sama, tetapi kini mereka telah tumbuh besar. Saya masih ingat sepuluh tahun yang lalu, saya berkata bahwa mereka bagai sekelompok burung pipit. Itu karena saat saya berbicara di sini, mereka tidak sabar untuk mengobrol dengan teman-teman mereka. Entah mereka mendengarkan saya atau tidak. Mereka terus berbicara bagai burung pipit yang mencicit.

Namun, hari ini kondisi sudah berbeda. Lihatlah mereka berdua yang telah bertumbuh dari burung pipit menjadi burung foniks yang sangat indah. Pada saat yang sama, kita juga melihat foto-foto sepuluh tahun yang lalu. Masa-masa itu sungguh pantas dikenang. Saya masih ingat saat saya datang, ada seorang murid laki-laki kelas 3 SD yang sangat berani. Begitu saya turun dari mobil, dia terus mendampingi saya dengan penuh perhatian.

Bersama sekelompok murid lain, dia berkata, “Kakek Guru, saya akan memandu Kakek Guru.” Jadi, saya berjalan mengikuti sekelompok murid laki-laki itu. Di setiap belokan, dia berkata, “Kakek Guru, berhati-hatilah.” “Mohon ikuti langkah-langkah saya.” Setiap kali akan berbelok, dia meminta saya untuk berhati-hati dan mengikuti langkahnya.

doc tzu chi indonesia

Saat tiba di perpustakaan, dia berkata, “Kakek Guru, ikutilah saya.” “Lihatlah perpustakaan kami.” Dengan sangat sopan, dia mempersilakan saya masuk dengan membungkukkan badan. Semua itu masih terbayang jelas dalam benak saya. Dia juga menjelaskan tentang buku-buku di perpustakaan pada saya. Saya masih mengingatnya dengan jelas. Yang lebih mengesankan adalah saat dia berkata, “Teman-teman, jangan berdesak-desakan.” “Kamu membuka jalan di depan.”

Saya mengelus kepalanya dan berkata, “Kamu bagaikan Tzu Cheng cilik.” Dia dan teman-temannya bagaikan Tzu Cheng cilik. Saat akan masuk ke sebuah ruang kelas, dia berkata, “Kakek Guru harus waspada.” Saya merasa heran apa yang akan terjadi. Dia berkata, “Begitu Kakek Guru masuk, akan terdengar suara genderang yang keras.” “Ada tim genderang yang akan memainkan genderang.” “Kakek Guru jangan terkejut.” Dia sangat perhatian. Anak-anak yang bagai burung pipit itu kini telah tumbuh besar.

Tadi, kita juga melihat murid-murid dari SD, SMP, dan SMA kita yang menerima “Penghargaan Kakek Guru”. Di antara mereka, ada seorang gadis yang bernama Ye Peng-wei dan sudah saya kenal sejak dia masih duduk di bangku SD. Dia akan segera masuk perguruan tinggi. Jadi, waktu berlalu dengan sangat cepat. Saat saya bertanya apa cita-citanya, dia berkata bahwa dia ingin menjadi perawat.

Ada pula seorang murid lain yang berkata bahwa dia juga ingin menjadi perawat. Sesungguhnya, saat masih duduk di bangku SD, mereka sudah memberi tahu saya bahwa kelak mereka akan menjadi perawat. Mereka sudah berjanji pada saya. Tentu saja, dokter dan perawat selalu terjun ke tengah masyarakat untuk melindungi kehidupan. Saya sangat berharap murid-murid kita bisa menjadi insan berbakat di berbagai bidang di tengah masyarakat. Inilah tujuan misi pendidikan kita.

doc tzu chi indonesia

Misi pendidikan bertujuan untuk membimbing murid-murid kita menyadari makna kehidupan yang sesungguhnya. Kita berharap bisa membina insan berbakat bagi masyarakat dan meninggalkan jejak cinta kasih bagi umat manusia. Saya berharap jejak langkah setiap orang di dunia ini dapat membawa manfaat bagi umat manusia. Dunia ini tidaklah besar. Jadi, kita ingin membina insan berbakat yang bisa membawa manfaat bagi umat manusia di seluruh dunia. Kita bisa melihat bahwa misi pendidikan kita dijalankan dengan sepenuh hati.

Saya bersyukur kepada para guru yang sepenuh hati berdedikasi untuk pendidikan. Saya juga bersyukur kepada kepala sekolah kita yang membentuk tradisi sekolah. Misi pendidikan kita dimulai dari Kepala Sekolah Lin dan Kepala Sekolah Zeng. Merintis sekolah sangatlah sulit. Setiap langkah terasa sangat berat. Sungguh, kita mengalami banyak kesulitan. Contohnya pembangunan gedung sekolah.

Meski demikian, kita berharap bisa membina insan berbakat yang bisa mengambil langkah nyata untuk bersumbangsih bagi umat manusia. Tiada yang mustahil jika kita semua memiliki tekad yang sama. Sekolah ini bisa dibangun berkat akumulasi tetes demi tetes sumbangsih dan doa para insan Tzu Chi. Kita sangat berharap bisa membina insan berbakat bagi dunia. Ini adalah harapan kita bersama.

doc tzu chi indonesia

Saya sangat bersyukur atas kepercayaan orang tua murid terhadap Tzu Chi. Mereka memilih untuk menyekolahkan anak mereka di Tzu Chi meski ada banyak pilihan lain di Tainan. Saya berharap keyakinan insan Tzu Chi, kepercayaan orang tua murid, ketekunan anak-anak, serta dedikasi para guru dan kepala sekolah kita dapat membuat sekolah kita menjadi sekolah teladan hingga sepuluh tahun yang akan datang, bahkan ribuan tahun yang akan datang.

Terima kasih atas sumbangsih penuh cinta kasih para Bodhisatwa kita. Saya sangat bersyukur. Saya juga mendoakan kalian. Semoga setiap orang dapat menggunakan kesungguhan hati dan cinta kasih dalam menjalankan misi pendidikan. Terima kasih, saya mendoakan kalian semua.

Melihat pencapaian SMA Tzu Chi Tainan pada ulang tahun yang ke-10
Memandu dengan penuh perhatian dan membangun tekad luhur
Meninggalkan jejak cinta kasih dan membina insan berbakat
Bersatu hati dan bergandengan tangan untuk menjadi teladan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 12 Desember 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 14 Desember2017

Orang bijak dapat menempatkan dirinya sesuai dengan kondisi yang diperlukan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -