Ceramah Master Cheng Yen: Menjadi Aliran Jernih dan Teladan dalam Dunia Medis

Pada bulan Agustus dan Oktober tahun lalu, Italia diguncang dua kali gempa bumi berkekuatan tinggi. Sejak saat itu, insan Tzu Chi Eropa menghimpun kekuatan cinta kasih dan pergi ke Italia beberapa kali untuk mencurahkan perhatian, melakukan survei, dan membagikan barang bantuan. Saat itu, berhubung ada pengungsi Suriah yang bersinggah di Serbia, insan Tzu Chi Eropa juga beberapa kali pergi ke Serbia untuk memberikan bantuan. Setelah penyaluran bantuan di Serbia berakhir, insan Tzu Chi Eropa kembali merencanakan penyaluran bantuan di Italia.

Beberapa hari yang lalu, insan Tzu Chi dari enam negara di Eropa kembali menuju Italia untuk membagikan bantuan kepada para korban gempa tahun lalu untuk terakhir kalinya. Pembagian bantuan kali ini menandakan akhir dari penyaluran bantuan ini.

Saat menyalurkan bantuan bencana, insan Tzu Chi memperlakukan semua orang seperti satu keluarga. Lewat pembagian bantuan ini, relawan kita bisa menghalau kemurungan korban gempa selama berbulan-bulan ini dan membuka pintu hati mereka. Inilah yang relawan kita lakukan di Italia kali ini.

Kita juga bisa melihat Ekuador. Kali ini, sebelum penyaluran bantuan berakhir, Uskup Agung Manabi menelepon pastor di sebuah gereja di Santa Ana untuk memberitahunya bahwa dalam rangka Hari Waisak, Tzu Chi ingin mengadakan upacara pemandian rupang Buddha. Beliau berharap pastor tersebut dapat mendukung insan Tzu Chi mengadakan upacara pemandian rupang Buddha di Santa Ana.

doc tzu chi

Pastor tersebut dengan tulus mengundang insan Tzu Chi pergi ke gereja untuk mengenal lingkungan gereja. Di depan patung Yesus di dalam gereja, dipasang sebuah layar agar relawan kita bisa menggunakan proyektor untuk memproyeksikan gambar Yang Mahasadar di Alam Semesta. Di tengah gereja juga disusun deretan meja untuk menaruh bunga dan air. Ini menunjukkan ketulusan pastor tersebut.

Saya sungguh sangat tersentuh melihat antarumat beragama saling menghormati dan membina keharmonisan. Ini demi ajaran Buddha dan demi semua makhluk.

Relawan kita terlebih dahulu bersumbangsih bagi korban banjir sehingga antarumat beragama bisa harmonis dan saling menghormati. Ini sungguh pemandangan yang harmonis. Selain itu, yang membuat saya tersentuh adalah beberapa warga setempat yang bersedia bergabung ke dalam barisan relawan Tzu Chi.

doc tzu chi

“Saat relawan Tzu Chi mengajak saya berpartisipasi sebagai relawan, saya langsung menyetujuinya karena ini adalah hal yang sangat saya sukai. Dapat menolong orang lain adalah hal termulia yang bisa kita lakukan sebagai manusia. Kini Tzu Chi telah menjadi bagian dari keluarga saya dan Ekuador,” kata Fernanda, relawan Tzu Chi dari Canoa. “Saya ingin menjadi relawan Tzu Chi. Saya mengasihi mereka,” imbuh Lisbeth, putri Fernanda.

 Kata-kata yang mereka ucapkan berasal dari lubuk hati mereka dan membuat orang merasa penuh kehangatan dan tersentuh. Kita juga melihat insan Tzu Chi di berbagai negara mempersiapkan upacara pemandian rupang Buddha. Insan Tzu Chi di Myanmar juga mempersiapkan dan mengundang orang-orang mengikuti upacara pemandian rupang Buddha. Mereka juga pergi ke desa-desa yang turut berpartisipasi dalam program celengan beras. Mereka berkunjung dari rumah ke rumah di 8 desa dengan membawa poster untuk mengundang warga mengikuti upacara pemandian rupang Buddha. Inilah yang dilakukan relawan kita di Myanmar.

Hari ini pada 12 tahun yang lalu, insan Tzu Chi dari 20 negara kembali ke Taiwan dalam rangka Hari Waisak. Saya pun menggenggam momen itu untuk meresmikan RS Tzu Chi Taipei. Hari ini pada 12 tahun yang lalu, saya berada di Xindian untuk menghadiri peresmian rumah sakit kita. Dua belas tahun berlalu dengan cepat.

Pembangunan RS Tzu Chi Taipei menghabiskan waktu selama lima tahun. Sesungguhnya, pembangunannya tertunda karena setelah pembangunan dimulai, Taiwan diguncang gempa bumi tanggal 21 September 1999. Karena itu, kita berfokus untuk menyalurkan bantuan di wilayah tengah Taiwan. Setelah membangun 51 gedung sekolah, kita baru melanjutkan pembangunan RS kita. Karena itulah, pembangunan RS Tzu Chi Taipei menghabiskan waktu selama 5 tahun.

doc tzu chi

Tahun ini, RS Tzu Chi Taipei telah berusia 12 tahun. Hal yang harus disyukuri sangat banyak. RS kita bersyukur kepada para relawan yang telah bersumbangsih selama bertahun-tahun dan para staf yang telah bekerja sama dengan harmonis. RS kita juga memberi penghargaan kepada para staf senior dan mengungkapkan rasa syukur kepada para ayah dan ibu Tzu Chi serta relawan rumah sakit. Pemandangan yang terlihat penuh kehangatan.

Misi kesehatan kita telah mewujudkan harapan saya dan tidak mengecewakan saya. Saya pernah memberi tahu dokter dan relawan kita bahwa saya berharap misi kesehatan kita bisa menjadi aliran jernih dan teladan dalam dunia medis. Kita bisa melihat bahwa semua itu telah tercapai. Bukan hanya memberi pelayanan di RS, tim medis kita juga keluar dari RS.

Tim medis menjangkau pegunungan dan pedesaan serta mengarungi lautan untuk memberikan pelayanan medis. Di mana ada pasien yang tak bisa keluar berobat, para dokter, perawat, teknisi medis, dan staf medis lainnya akan menjangkau mereka. Begitu ada hari libur, mereka akan memanfaatkannya untuk melatih diri dengan terjun ke tengah masyarakat untuk menolong orang-orang yang menderita. Hal yang harus disyukuri sungguh sangat banyak. Mereka menjalankan ikrar dengan hati penuh rasa syukur.

Kita bisa melihat para kepala rumah sakit dan dokter kita sangat tekun dan bersemangat. Mereka bukan hanya tekun dalam memberikan pelayanan medis dan merawat pasien dengan cinta kasih yang tulus, tetapi juga tekun mendalami Dharma. Setiap hari, mereka mendengar Dharma seperti yang lain. Mereka menyerap Dharma ke dalam hati dan mempraktikkannya di tengah masyarakat. Inilah yang disebut pelatihan ke dalam diri dan praktik ke luar.

Tim medis sungguh merupakan Tabib Agung yang mengobati fisik dan batin pasien. Selain menyelamatkan nyawa dan mengobati penyakit fisik pasien, mereka juga mengobati dan melindungi batin pasien. Mereka mengecilkan ego dan pergi ke rumah pasien untuk bersumbangsih. Mereka bersumbangsih dengan sukarela dan menerima dengan penuh sukacita. Mereka tidak menyia-nyiakan waktu, ruang, dan jalinan jodoh antarmanusia. Ini sungguh membuat orang tersentuh. Entah bagaimana saya harus memuji mereka.

Para dokter dan pasien saling bersyukur dan memercayai. Para tenaga medis kita membangun ikrar dan menjalankannya dengan penuh keyakinan. Sungguh, mereka bersumbangsih dengan sukarela dan menerima dengan penuh sukacita. Yang ingin saya sampaikan sungguh sangat banyak. Di rumah sakit kita, setiap kepala rumah sakit, dokter, dan perawat yang mengenakan jubah putih merupakan aliran jernih dan teladan dalam dunia medis. Saya sungguh sangat tersentuh.

Kembali membagikan bantuan di Italia sebagai penutup penyaluran bantuan
Antarumat beragama membina keharmonisan dengan hati penuh rasa syukur
Memberikan pelayanan medis ke pegunungan dan pedesaan dengan penuh cinta kasih
Menjalankan ikrar dengan penuh keyakinan untuk menjadi teladan dalam dunia medis

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 8 Mei 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 10 Mei 2017

Editor: Metta Wulandari

Semua manusia berkeinginan untuk "memiliki", padahal "memiliki" adalah sumber dari kerisauan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -