Ceramah Master Cheng Yen: Menjadi Teladan dalam Bersumbangsih

Bodhisatwa sekalian, setahun berlalu lagi. Waktu berlalu dengan sangat cepat. Saya selalu bilang bahwa tiada waktu lagi. Waktu tidak menunggu orang. Waktu terus berlalu sedetik demi sedetik. Kita tidak bisa bilang, "Tunggulah, tahun depan baru saya datang. Tunggulah, bulan depan baru kita bicarakan lagi. Tidak apa-apa jika tidak melakukannya hari ini karena masih ada hari esok."

Bagi saya, saya selalu menghargai setiap detik yang ada. Setiap detik yang berlalu mengingatkan saya untuk memanfaatkan momen saat ini. Saya harus menggenggam saat ini.

Beberapa hari ini, sejak hari pertama tiba di Tainan, para relawan Tzu Chi membuat saya sangat tersentuh. Saya melihat pementasan adaptasi Sutra dan lautan Dharma yang sangat indah. Keindahan yang ditampilkan membuat saya terharu dan hampir meneteskan air mata.

Gerakan tangan para anggota Tzu Cheng juga sangat berirama dan indah. Ini membuat saya teringat pada Bodhisatwa Avalokitesvara yang berlengan dan bermata seribu.

Ketahuilah bahwa Tathagata Pengetahuan Dharma Sejati beremanasi sebagai Bodhisatwa Avalokitesvara saat ini. Jadi, bisa dikatakan bahwa setiap anggota Tzu Cheng bagaikan Tathagata Pengetahuan Dharma Sejati. Mereka menampilkan kelembutan dan keanggunan tangan Bodhisatwa Avalokitesvara.

Ada pula para anggota Tzu Ching. Mereka pasti telah berlatih dengan giat. Gerakan tubuh mereka sangat kompak dan rapi. Ini sungguh tidak mudah.

Formasi para relawan Tzu Chi juga sangat rapi. Setiap orang berbaris dengan rapi dan bergerak dengan kompak.


Ada pula anak-anak TK. Mereka juga mengikuti gerakan orang dewasa dengan sangat baik. Wah, sekelompok anak itu sangat menggemaskan. Mereka berlari dengan cepat. Untungnya, mereka bisa memelankan langkah saat semakin dekat dengan saya. Kemudian, mereka merangkul saya sebelum saya sempat bergerak. Bahkan anak TK pun begitu teratur. Mereka baru duduk di bangku TK.

Sebelum ke sini, saya bertemu dengan para guru dan murid dari sekolah menengah, dasar, dan TK Tzu Chi Tainan. Mereka datang berbagi kisah dengan saya. Saya sangat bersyukur mendengarnya. Saya berterima kasih kepada kepala sekolah kita yang telah membangun tradisi sekolah dengan begitu kuat. Saya berterima kasih kepada para guru yang sangat memiliki semangat misi. Mereka berusaha keras dalam membimbing dan mendidik anak-anak. Keteladanan para guru bagaikan cermin bagi anak-anak.

Tadi pagi, saya berkata kepada para guru bahwa anak-anak bagaikan sebidang cermin yang sangat bersih dan terang. Apa pun yang diperlihatkan, cermin ini akan merefleksikan segala sesuatu dengan jelas. Ucapan dan tindakan guru akan diikuti oleh anak-anak. Jadi, kita harus tahu bagaimana cara membimbing orang.

Setiap insan pengajar hendaknya tahu bahwa setiap ucapan dan hal yang dilakukan harus dapat menjadi teladan bagi orang lain. Inilah tata krama relawan Tzu Chi.


Sebagai relawan Tzu Chi, janganlah kita hanya membangkitkan ketulusan di hadapan rupang Buddha, melainkan tulus terhadap semua orang yang ditemui layaknya terhadap Bodhisatwa. Kita harus mengungkapkan rasa syukur kepada semua orang yang ditemui.

Sebagai Bodhisatwa dunia, saat bertemu dengan orang yang menderita, kita hendaknya bersumbangsih tanpa memiliki pamrih. Dengan berpegang ada ajaran Buddha, kita terjun ke tengah masyarakat untuk bersumbangsih. Inilah Bodhisatwa yang sesungguhnya.

“Murid Jing Si dari Tainan berikrar dengan hati yang tulus. Misi Tzu Chi telah diemban selama 55 tahun dengan penuh makna dan dengan susah payah. Kami tidak akan melupakan tekad awal. Ajaran Master akan kami ingat selamanya. Akan kami ingat selamanya. Waspada terhadap pemanasan global; sadar terhadap ancaman virus penyakit. Kami akan tulus bertobat dan menyelami Sutra; bervegetaris dan melindungi semua makhluk. Bervegetaris dan menyoalisasikan pola makan vegetaris, saya bisa, saya bisa, saya bisa.”

Hari ini saya berada di Kantor cabang Tzu Chi Tainan bersama kalian. Saya melihat dan mendengar pencapaian kalian selama 20 tahun ini. Kita memiliki ladang pelatihan yang demikian baik sehingga kalian dapat melatih diri bersama.


Kita harus berterima kasih kepada Bapak Zhuang yang mendonasikan lahan ini kepada kita pada 20 tahun lalu. Dengan cinta kasih tanpa pamrih, kebijaksanaan, dan kekuatan ikrarnya, beliau mendonasikan lahan ini kepada Tzu Chi. Beliau berharap lahan ini dapat memberi manfaat bagi banyak orang dan terus mewariskan semangat Tzu Chi di dunia. Inilah kebijaksanaan dan cinta kasihnya.

Kita harus bersyukur setiap saat. Kita harus berterima kasih kepada Bapak Zhuang. Kita harus lebih bersyukur atas kehidupan kita karena telah memanfaatkan hidup ini untuk bersumbangsih di dalam Jalan Bodhisatwa. Semua ini bersumber dari pikiran. Karena memiliki tekad yang sama, hari ini kita bisa berkumpul di sini.

Kita harus terus bekerja keras dan tidak berhenti untuk menyebarkan semangat Tzu Chi ke seluruh dunia. Kita harus memanfaatkan setiap detik yang kita miliki untuk berlatih dan bersumbangsih tanpa henti. Lakukanlah dengan baik. Pada waktunya, saya akan pergi dan akan datang kembali.

Kita harus mengembangkan berkah dan kebijaksanaan dari kehidupan ke kehidupan.

Saya mendoakan kalian semua. Terima kasih.

Menapaki Jalan Bodhisatwa dengan sepenuh hati dan tenaga
Bersatu hati untuk bersumbangsih tanpa pamrih
Mendalami ajaran Buddha dan menyelami Sutra
Memperkuat tekad untuk membina berkah dan kebijaksanaan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 21 Januari 2021           
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 23 Januari 2021
Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -