Ceramah Master Cheng Yen: Menjadi Teladan di Jalan Bodhisatwa

“Sudah terbiasa ada lubang di sini. Saya sudah terbiasa selama dua tahun ini. Prosesnya sangat menyakitkan. Lubang yang saya tutup ini harus saya lepaskan saat ingin menarik napas. Setelah itu, baru bisa berbicara lagi. Dampak bagi saya adalah saat berbicara, saya tak bisa melakukan hal lain karena tangan saya harus menutup lubang ini. Umumnya, orang-orang terlalu memikirkan penyakit mereka. Sesuai hukum alam, manusia mengalami fase hidup, tua, sakit, dan mati. Apa gunanya jika saya hanya berdiam di rumah? Saya tetap sakit. Mengapa saya tidak keluar bersumbangsih,?” kata  Yang Mei-hua seorang  Relawan Tzu Chi.

Kita bisa melihat relawan kita bersumbangsih secara nyata dengan tulus. Dia bukan berdoa dengan tulus untuk memohon kesehatan, melainkan memanfaatkan tubuhnya untuk membawa manfaat bagi sesama tanpa menyia-nyiakan satu detik pun. Sebelumnya, dia menderita penyakit serius, yaitu kanker. Di tenggorokannya juga terdapat sebuah lubang karena menjalani operasi trakeostomi. Saat akan menarik napas, dia harus melepas tangannya dari lubang itu agar bisa bernapas dengan lebih lancar.

Dalam kegiatan daur ulang mingguan, dia tetap mengemudikan truk daur ulang untuk mengumpulkan barang daur ulang. Meski menderita penyakit serius, dia tetap begitu tegar dan bersiteguh melakukan daur ulang. Dia berkata bahwa jika sudah terkena penyakit, kita harus optimistis. Dia tahu bahwa kehidupan bisa berakhir dalam sebuah tarikan atau embusan napas. Dia akan bersumbangsih selama tubuhnya masih bisa bergerak. Dia juga berkata bahwa setiap hari, dia menghabiskan tidak sedikit sumber daya alam, seperti kapas dan obat. Dia juga menciptakan banyak sampah.

“Sekarang saya semakin wajib bersumbangsih karena menggunakan banyak kapas dan menciptakan banyak sampah setiap hari. Alangkah baiknya jika tidak seperti ini. Karena itu, saya harus memperbaikinya dengan lebih banyak bersumbangsih. Bukankah waktu kita terbuang sia-sia jika hanya duduk di rumah? Manusia harus bersumbangsih bagi sesama. Jika tidak, kita hanya menyia-nyiakan hidup kita. Saya bagaikan barang daur ulang yang telah didaur ulang oleh Tzu Chi. Saya merasa sangat gembira. Saat melakukan kegiatan Tzu Chi, saya sangat gembira. Waktu kita sudah tidak cukup lagi, untuk apa memikirkan kesehatan? Saya berharap bisa mengemban misi Tzu Chi karena saya berpikir bahwa jika bisa lebih banyak bersumbangsih, saya bisa menginspirasi lebih banyak orang. Kehidupan bisa berakhir dalam sebuah tarikan atau embusan napas. Jadi, saya harus berusaha menuntaskan misi saya,” kata  Yang Mei-hua.


Dia merasa harus lebih banyak bersumbangsih untuk melindungi bumi lewat kegiatan daur ulang. Di Malaysia, juga ada relawan lain yang hidupnya penuh cobaan. Dia terus melakukan pekerjaan paruh waktu hingga akhirnya menjadi pembantu rumah tangga. Dia mengikuti pelatihan relawan dan telah dilantik. Dia juga memperhatikan banyak orang kurang mampu. Dia merasa bahwa dirinya dipenuhi berkah. Setidaknya, dia memiliki kekayaan batin. Dia sangat berpuas diri. Saat didiagnosis terkena kanker kandung kemih, dia menerimanya dengan tenang dan menjalani operasi. Usai menjalani operasi dan pemulihan, dia segera bergabung kembali.

“Adakalanya, saya berpikir bahwa hidup manusia sangat tidak kekal. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada detik berikutnya. Karena itu, kita harus menggenggam setiap jalinan jodoh. Jika berkesempatan, kita harus bersumbangsih. Master berkata bahwa kita tidak memiliki hak milik terhadap hidup kita. Yang kita miliki hanyalah hak guna. Karena itu, kita harus memanfaatkan hidup kita semaksimal mungkin. Tubuh bisa merasa lelah, tetapi hati tidak akan lelah,” ujar Hong Shu-zhen Relawan Tzu Chi.

Ada seorang anak yang hidup bersama neneknya. Insan Tzu Chi yang mendampingi mereka dalam jangka panjang adalah Relawan Hong. Anak itu mendapati bahwa sudah sebulan lebih tidak melihat Relawan Hong. Neneknya baru memberitahunya bahwa Relawan Hong telah menjalani operasi dan kini kembali melakukan daur ulang. Neneknya bertanya apakah dia ingin membantu Relawan Hong.

“Nenek berpesan untuk tidak membiarkan Bibi mengangkat barang yang terlalu berat. Jadi, Nenek menyuruh saya datang membantu. Sebelas tahun, Bibi mendampingi saya dari saya kecil. Sebelumnya, Bibilah yang menolong dan memperhatikan kami. Sekarang, sayalah yang akan memperhatikannya. Saya berterima kasih atas cinta kasihnya terhadap kami,” kata Adik Hou seorang penerima bantuan Tzu Chi.

Anak itu bersedia membantu melakukan daur ulang setelah pulang sekolah. Seperti Relawan Yang, Relawan Hong juga berusaha bersumbangsih selama tubuhnya masih bisa bergerak. Berkat dirinya, banyak orang yang terinspirasi dan tertolong.

“Saya berharap setiap orang bisa dipenuhi sukacita dalam Dharma di ladang pelatihan Tzu Chi. Saya berharap setiap orang yang datang ke sini dapat berubah menjadi lebih baik dan merasakan ketenangan. Saya hanya berpikir untuk melakukan hal yang benar. Saya tidak memikirkan yang lain. Saya hanya ingin menggenggam jalinan jodoh,” kata Adik Hou. 


Mereka menjadi teladan untuk menginspirasi orang lain. Benar, kita harus bertindak secara nyata. Hanya berikrar tidaklah cukup. Kita juga harus memahami, mempraktikkan, dan menyebarkan Dharma lewat tindakan nyata. Dengan begitu, barulah kita bisa menyucikan hati manusia, mewujudkan masyarakat yang harmonis, dan melenyapkan bencana di dunia ini. Jadi, setiap orang harus mempraktikkan ajaran kebenaran. Mempraktikkan ajaran kebenaran sangatlah penting. Kita hendaknya lebih bersungguh hati dan bekerja keras. Dharma harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Asalkan memiliki tekad untuk berbuat baik, setiap orang merupakan penjelmaan Buddha dan Bodhisatwa. Dengan mempraktikkan Dharma, kita dapat menyebarkan semerbak moralitas dan Dharma yang membuat orang-orang yang menciumnya dipenuhi sukacita dalam Dharma. Karena itu, kita harus sungguh-sungguh mempraktikkan Dharma. Bodhisatwa dunia telah memperindah dunia ini. Bodhisatwa dunia bagaikan bunga teratai yang bermekaran di kolam berlumpur. Bunga teratai memperindah kolam berlumpur. Bunga teratai bisa bermekaran juga berkat nutrisi yang diperolehnya dari kolam berlumpur. Jadi, kita mendalami ajaran Buddha bukan hanya untuk menguntungkan diri sendiri, tetapi juga untuk menguntungkan orang lain.

Kita bisa melihat kali ini, Haiti dilanda bencana besar. Kemarin, RS Tzu Chi Taichung menggelar kegiatan amal. Dalam kegiatan itu, pengunjung bisa menikmati makanan yang lezat sekaligus menciptakan berkah. Pahala mereka sungguh tak terhingga. Namun, yang lebih saya harapkan adalah menggalang cinta kasih. Kita harus mengingatkan orang-orang bahwa dunia ini penuh dengan bencana. Setiap orang hendaknya membangkitkan cinta kasih. Kini dunia ini penuh dengan Lima Kekeruhan. Bagaimana cara kita memperindah dunia ini? Bagaimana cara kita melenyapkan penderitaan semua makhluk? Semua itu harus dimulai dari sebersit niat.

Tetap bersumbangsih meski menderita penyakit serius

Menjadi teladan di Jalan Bodhisatwa

Tekun dan bersemangat menyelamatkan orang yang menderita

Setiap orang bisa meneladani Bodhisatwa Avalokitesvara

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 19 Oktober 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 21 Oktober 2016

Jika selalu mempunyai keinginan untuk belajar, maka setiap waktu dan tempat adalah kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -