Ceramah Master Cheng Yen: Menjadi Teladan Praktik Keluhuran

“Mengapa tanganmu ditempeli itu?”

“Terasa sakit dari sini sampai sini. Saat sakit, saya akan menempelkannya. Jarang tidak sakit,” jawab Liu You-jin, ia menderita tumor tulang. Meski tidak enak badan, dia tetap menggenggam jalinan jodoh dan giat menyosialisasikan vegetarisme.

“Anda tetap datang meski merasa sakit?”

“ Ya, saya selalu begini. Meski sakit, saya tetap menahannya. Saya datang setelah minum obat pereda sakit. Semakin banyak yang kita lakukan, semakin banyak yang kita peroleh. Saat mampu bersumbangsih, bersumbangsihlah,” jawabnya lagi.

Saat kita tidak menyia-nyiakan setiap detik dan menit, berarti kita tekun melatih diri. Kita memanfaatkan waktu kita hingga dipenuhi sukacita dalam Dharma. Pikirkanlah tentang kehidupan kita. Kita menyia-nyiakan detik ini atau telah memanfaatkannya dengan baik? Pikirkanlah hal ini dengan baik.

Detik demi detik berlalu dengan kecepatan yang tetap. Waktu tidak bertambah, juga tidak berkurang. Yang berubah adalah pikiran kita. Jadi, kita harus bersungguh hati. Menghadapi kesulitan sebesar apa pun, kita harus tekun melatih diri, mengatasi kesulitan, dan mempraktikkan kesabaran Dharma.

 

Kita harus menghadapi penderitaan dengan kesabaran. Apa yang terbebas dari penderitaan? Penderitaan terkandung dalam segala hal. Saat kita dipenuhi sukacita, kita tidak akan merasa menderita. Saat seseorang dipenuhi sukacita, dia akan tekun melatih diri sehingga terbebas dari penderitaan.

“Himpunan kebajikan di seluruh dunia membutuhkan partisipasi setiap orang. Setiap hari, dengan menghemat uang untuk secangkir kopi dan uang saku, kalian dapat berdonasi untuk melawan pandemi,” kata Chen Xing-ying, Relawan Tzu Chi.

“Seingat saya, dia berhenti beberapa hari karena badannya sudah sakit hingga demam sehingga dia tidak bisa berpikir. Selain beberapa hari itu, asalkan dia sadar dan tidak merasa tidak enak badan, dia pasti menggalang cinta kasih, baik lewat telepon maupun secara langsung,” ujar Qi Xiao-rong, relawan Tzu Chi.

“Di Tzu Chi, bisa bersumbangsih hingga hari ini, saya tidak memiliki penyesalan. Saya akan mengikuti langkah Master dan bersumbangsih hingga napas terakhir,” jelas Li Yu-yan.

Apa yang dapat membuat kita bahagia? Apakah hal yang membuat kita bahagia adalah hal yang benar? Kebahagiaan praktisi Buddhis berasal dari memperoleh pemahaman Dharma. Dharma ditunjukkan di dunia ini dalam puluhan ribu cara. Dharma terkandung dalam segala sesuatu di kehidupan kita. Dalam melatih diri, kita mendengar Dharma. Setelah mendengar Dharma, kita menerapkannya dalam keseharian sehingga dapat memahaminya. Demikianlah kita memahami kebenaran lewat masalah-masalah yang dihadapi.

Setelah memahami kebenaran, kita dapat menolong dan membimbing orang lain dengan Dharma. Jadi, kita menyebarkan Dharma untuk membimbing semua makhluk. Jika tidak menyelami Dharma, bagaimana kita dapat menyebarkannya dan membimbing semua makhluk? Jadi, untuk membimbing sesama manusia, kita harus terlebih dahulu memahami kebenaran.

 

Untuk itu, kita harus mengerahkan segenap hati, semangat, dan kekuatan kita. Dalam melatih diri, kita harus berfokus dan mengerahkan segenap hati, semangat, dan kekuatan kita. Dengan demikian, barulah kita bisa menyerap Dharma ke dalam hati, mempraktikkannya, dan memahaminya. Berhubung hati dan semangat kita telah menyatu dengan Dharma, maka kita berusaha untuk memanfaatkan kehidupan, tubuh, dan tenaga kita sebisa mungkin.

Setelah memahami kebenaran, apakah kita akan berhenti? Tidak, kita harus lebih bekerja keras. Jadi, kita berusaha memanfaatkan kehidupan, tubuh, dan tenaga kita sebisa mungkin untuk bersumbangsih. Dalam mempelajari Dharma, jangan merasa bahwa kita sudah paham dan lulus, lantas berhenti. Jangan pernah berhenti. Meski sudah lulus, kita belum tersadarkan. Karena itu, kita harus terus melangkah maju dan memanfaatkan kehidupan, tubuh, dan tenaga kita sebisa mungkin.

Setelah memahami kebenaran, kita semakin harus bertekad untuk tekun melatih diri dan memberi persembahan. Kini, setelah memahami Dharma, kita harus membalas budi luhur Buddha dengan memberi persembahan dan mengesampingkan diri sendiri demi Dharma. Saat sebersit pikiran timbul, kita akan mempraktikkannya. Ini disebut melatih diri.

Pikiran yang timbul ini harus sangat jernih dan murni. Pikiran kita harus sangat murni dan jernih. Dengan pikiran yang murni dan jernih, barulah perbuatan kita akan murni. Jika pikiran kita tidak murni, perbuatan kita juga akan tidak murni.

Kita mengamati bahwa tubuh ini tidak bersih. Tubuh setiap orang tidaklah bersih, terlebih hati dan pikiran yang diselimuti kegelapan batin. Karena itulah, tubuh kita akan melakukan hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan. Itu disebut perbuatan jahat.

 

Saat kegelapan batin terbangkitkan, tubuh kita akan melakukan kejahatan. Demikianlah makhluk awam menciptakan penderitaan di dunia. Jika pikiran kita murni, perbuatan kita juga akan murni. Jadi, saat pikiran murni dan jernih, tubuh kita akan melakukan kebaikan. Untuk itu, kita harus tekun melatih diri dari kehidupan ke kehidupan. Jadi, kita menjadi teladan praktik keluhuran dan memberi persembahan dengan sukacita.

Saat kita menggunakan tubuh kita untuk mempraktikkan Dharma, segala perbuatan kita akan menjadi keluhuran. Jika kita tidak mempraktikkan Dharma, bagaimana kita bisa memahami arti dari melatih diri? Jadi, kita harus berpikiran murni dan jernih serta tekun melatih diri dari kehidupan ke kehidupan. Kita harus mempraktikkan Dharma, baru bisa menunjukkan keluhuran, menjadi teladan bagi orang-orang, dan membuat orang lain bersukacita melihat kita serta mengakui bahwa kita adalah praktisi yang bijaksana dan berpotensi.

Jadi, kita menjadi teladan bagi orang-orang dan membuat orang-orang bersukacita melihat kita. Bersumbangsih dengan gembira disebut memberi dengan sukacita. Demikianlah kita memberi persembahan. Dalam proses pelatihan diri kita, inilah yang harus kita lakukan setiap hari. Dharma ada di dalam hati dan tindakan kita.

Singkat kata, dalam meneladan Buddha, kita juga harus melatih konsentrasi dalam meneladan Buddha, kita juga harus melatih konsentrasi dan menerapkan Dharma dalam kehidupan sehari-hari kita. Dalam kehidupan sehari-hari, saat berinteraksi dengan sesama manusia, kita harus memiliki kesatuan hati, keharmonisan, sikap saling mengasihi, dan gotong royong. Jika semua orang dapat melakukannya, maka ladang pelatihan kita akan sempurna dan bisa menjadi teladan bagi dunia. Kita bisa menjadi teladan bagi dunia dan terjun ke tengah masyarakat untuk bersumbangsih bagi makhluk yang menderita.

Berfokus dan bertekad mempelajari Dharma
Berusaha untuk melatih diri dari kehidupan ke kehidupan
Mempraktikkan kesabaran Dharma hingga memperoleh sukacita dan kedamaian
Menyebarkan Dharma untuk membimbing semua makhluk

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 29 Agustus 2020         
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 31 Agustus 2020           
Bekerja untuk hidup sangatlah menderita; hidup untuk bekerja amatlah menyenangkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -