Ceramah Master Cheng Yen: Menjadi Tempat Pertolongan, Perlindungan, dan Sandaran
“Saya
hanya mendapat 2,5 dolar AS per hari, sama sekali tidak cukup untuk berobat.
Saat melewati genangan banjir di musim hujan, saya menginjak pecahan mangkuk. Telapak
kaki saya juga sangat gatal. Ini juga meninggalkan bekas luka,” kata Hun
Thea, seorang pemulung.
“Yang
paling berbahaya adalah pecahan kaca yang bisa melukai tangan. Terkadang,
sampah medis dari rumah sakit berisi jarum-jarum. Saya tidak berani
mengumpulkannya. Sekarang tubuh saya sangat gatal dan kotor. Saya sedang mandi
dan mencuci pakaian agar bisa memakainya untuk bekerja besok,” ujar seorang
enghuni di sekitar TPA.
Lihatlah, ada banyak Negara yang sampah-sampahnya
menggunung. Ini karena manusia menciptakan sampah dengan cepat. Jika manusia
berpola hidup konsumtif, maka akan tercipta banyak sampah. Kita bisa melihat sebuah
gunung sampah di Mozambik, Afrika yang tingginya sudah melebihi 15 meter. Itu
adalah kawasan kurang mampu. Ada sekelompok orang yang bertahan hidup dengan memungut makanan dan barang dari gunung sampah itu.
Kita hendaknya berempati pada mereka. Bandingkanlah
kehidupan kita dengan kehidupan mereka. Kondisi kehidupan mereka sungguh tidak
terbayangkan bagi kita. Selama puluhan tahun ini, masalah sampah seperti ini tidak
bisa diatasi. Di seluruh dunia, berbagai negara mengalami masalah yang sama. Orang
yang hidup kekurangan juga sangat banyak.
Kali ini, akibat guyuran hujan deras, gunung sampah di
Mozambik itu longsor. Banyak rumah yang tertimbun tanah longsor dan sebanyak 17
orang meninggal dunia. Sekitar 8 kilometer dari lokasi longsor, terdapat sebuah
kantor Tzu Chi. Saya sering memuji bahwa ada lebih dari seribu orang yang
melatih diri di sana. Setelah mendengar kabar ini, insan Tzu Chi segera
berkomunikasi dengan pemerintah setempat sehingga diizinkan untuk memberi
perhatian
di lokasi bencana.
Di jalan menuju lokasi bencana, truk relawan kita mogok
karena banjir. Namun, mereka tetap mengarungi air untuk menjangkau lokasi
bencana guna menenangkan dan menghibur korban bencana. Setelah mengetahui bahwa
korban bencana berada di dua tempat penampungan, insan Tzu Chi segera pergi ke
sana untuk melakukan persiapan dan mulai menyediakan makanan hangat pada hari
ketiga.
Mendengar kabar tentang bencana itu, relawan dari berbagai
wilayah yang jauh juga pergi ke sana. Mereka juga mengatasi kesulitan
transportasi untuk menjangkau lokasi bencana guna menenangkan dan menghibur
korban bencana. Di tempat penampungan, relawan kita menyediakan makanan hangat serta
membagikan selimut, tenda, dll. Relawan kita melindungi dan merawat mereka
dengan hangat.
Relawan setempat sangat kekurangan, tetapi dengan bekerja
sama, kekuatan mereka juga sangat besar sehingga bisa bersumbangsih bagi orang
yang kekurangan atau membutuhkan bantuan darurat. Karena itulah, semua orang
hendaknya saling membantu dan menyatukan kekuatan.
Sungguh, kekuatan cinta kasih mereka setara dengan kita. Dengan penuh efisiensi
dan kekuatan, relawan kita menghibur korban bencana, menyediakan makanan tepat
pada waktunya, serta merangkul dan menenangkan mereka.
Relawan di Mozambik telah melakukannya. Insan Tzu Chi
merupakan Bodhisatwa dunia yang menjangkau tempat-tempat yang dilanda
penderitaan untuk menjadi tempat pertolongan, perlindungan, dan sandaran bagi
semua makhluk. Bukankah ini semangat Bodhisatwa yang diulas dalam Sutra Makna
Tanpa Batas? Sekelompok Bodhisatwa ini menjangkau wilayah yang paling
membutuhkan bantuan. Kita juga sepenuh hati mendukung mereka menjalankan misi. Lokasi
bencana itu sangat membutuhkan bantuan dari Tzu Chi.
Kemarin, relawan dari Kamboja kembali ke Taiwan. Pada 24
tahun yang lalu, kita pernah menyalurkan bantuan di Kamboja. Kemudian, terjadi
perang saudara yang sangat sengit sehingga organisasi dari negara lain tidak
bisa masuk ke sana. Karena itu, penyaluran bantuan terhenti. Pada tahun 2011 beberapa
pengusaha Taiwan mulai menjalankan misi Tzu Chi di sana. Sekelompok Bodhisatwa
ini bersumbangsih dengan mantap dan sepenuh hati.
Selama beberapa tahun, kita mengadakan pembagian bantuan
berskala besar dan baksos kesehatan. Melihat kita mengadakan pembagian beras, baksos
kesehatan,
sosialisasi pelestarian lingkungan,
dan lain-lain, pemerintah setempat merasa bahwa mereka membutuhkan organisasi
seperti Tzu Chi. Jadi, kini pemerintah setempat berharap Tzu Chi bisa menolong
warga kurang mampu dan mengatasi masalah sampah di sana.
Kemarin, relawan dari Kamboja berkata bahwa mereka berbagi
dengan orang-orang bagaimana cara melakukan daur ulang. Saya juga berkata pada
relawan dari Kamboja bahwa anak-anak harus menerima pendidikan. Kini mereka telah
membantu 53 anak bersekolah. Namun, masih ada sebagian anak yang belum menerima
bantuan. Saya memberi tahu mereka bahwa meski hidup kekurangan, anak-anak tetap
harus menerima pendidikan.
Singkat kata, yang dibutuhkan di dunia ini adalah orang-orang
yang penuh cinta kasih. Jadi, kita berharap setiap orang dapat membangkitkan
cinta kasih serta bersedia bersumbangsih dengan aktif dan berani. Sungguh,
setiap orang memiliki kekuatan untuk menolong sesama. Jika setiap orang bisa
bersumbangsih, maka banyak masalah akan terselesaikan. Jadi, kita harus mengajak
orang-orang untuk bersumbangsih. Baiklah. Demi orang yang membutuhkan, kita
harus mengimbau orang-orang membangkitkan cinta kasih dan menghimpun kekuatan untuk
bersumbangsih. Ini sangatlah penting.
Orang miskin yang kaya batinnya menghimpun
cinta kasih
Segera bekerja sama untuk menyediakan
makanan hangat
Menjadi tempat pertolongan, perlindungan,
dan sandaran
Memperhatikan dan bersumbangsih bagi
seluruh dunia
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 23 Februari 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 25 Februari 2018